Pencarian Kebenaran (Kisah Salman Al-Farisi)

36 1 0
                                    



Masihkah ada orang yang rela mengorbankan segenap jiwa dan hartanya untuk mencari kebenaran sejati? Mungkin saat ini sudah dapat dikatakan sangat jarang. Dengan kuatnya dorongan hedonisme dan kompetisi berbasis materialisme sangat sulit bagi seorang pribadi untuk tidak terjerat. Tapi sebenarnya tantangan setiap jaman selalu sama. Setiap masa dan peradaban selalu mempunyai daya tariknya sendiri dalam cara hidup hedonis. Tidak terkecuali bagi mereka yang hidup empat belas abad yang lalu. Empat belas abad yang lalu hiduplah seorang yang bernama asli Rouzbeh. Ia seorang Persia, negeri yang kini lebih dikenal sebagai Irak dan Iran.Tepatnya di sebuah kota bernama Kazerun. Sebuah kota dipropinsi Fars. Ayahnya seorang Bupati sehingga ia selalu dilimpahi dengan kemewahan dan kemudahan hidup. Namun hal itu menjadi kungkungan sendiri baginya. Ia terpenjara dalam sangkar emas yang diciptakan ayahnya, yang seorang Majusi, penyembah api. Suatu hari ia mendapat tugas dari ayahnya untuk mengontrol salah satu ujung wilayah kekuasaannya. Ketika ia melewati sebuah biara Nasrani ia tertarik untuk mendengarkan beberapa pepatah kata pendeta-pendeta tersebut. Namun akhirnya bukan hanya tertarik, ia memutuskan untuk menjadi seorang Nasrani. Tetapi ayahnya yang mengharapkan anaknya menjadi penerusnya dan tetap memeluk agama nenek moyang mereka menjadi kecewa dan berusaha memenjarakan Rouzbeh. Sehingga ia kini benar-benar tidak dapat kemana-mana. Melalui bantuan beberapa pendeta Nasrani akhirnya ia dapat melarikan diri dan bergabung dengan beberapa musafir. Ia melakukan perjalanan jauh hingga ke Suriah dan menjadi pelayan gereja disana. Namun ia menyadari bahwa kepala pendeta tersebut korup. Ketika kepala pendeta tersebut meninggal ia memberi tahu kepada semua jemaat tentang timbunan harta kepala pendeta tersebut. Setelah itu ia pun kembali melakukan perjalan keMosul, Nisibis. Hingga akhirnya pendeta terakhir yang ditemuinya pun wafat. Pendeta yang terakhir berkata kepadanya bahwa telah datang seorang nabi di tanah Arab, yang memiliki kejujuran, yang tidak memakan sedekah untuk dirinya sendiri. Rouzbeh pun pergi ke Arab mengikuti para pedagang dari Bani Kalb, dengan memberikan uang yang dimilikinya. Para pedagang itu setuju untuk membawa Rouzbeh. Namun ketika mereka tiba di Wadi al-Qura (tempat antara Suriah dan Madinah), para pedagang itu mengingkari janji dan menjadikan Rouzbeh seorang seorang budak, lalu menjual dia kepada seorang Yahudi. Singkat cerita Ia pun menjadi budak dan sampai kesebuah daerah bernama Yatsrib, yang kini lebih dikenal sebagai Madinah dan bertemu dengan rombongan yang baru hijrah dari Makkah. Ia melihat salah satu pria yang terlihat mulia didalam rombongan tersebut cocok dengan deskripsi yang ia dapat dari pendeta di Mosul tentang kedatangan seorang Nabi. Ia tidak memakan sedekah namun menerima hadiah. Mengucapkan dengan menyebut nama Allah sebelum makan dan Ia mempunyai tanda kenabian dipunggungnya. Akhirnya Rouzbeh dengan dibantun para sahabat manusia mulia tersebut dapat dibebaskan dari perbudakan dan menjadi seorang penganut yang taat dari ajaran manusia mulia tersebut. Ia berganti nama menjadi Salman Al-Farisi atau dikenal sebagai Salman The Persian. Kisah kepahlawanan Salman yang terkenal adalah karena idenya membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam Perang Khandaq. Ketika itu Madinah akan diserang pasukan Quraisy yang mendapat dukungan dari suku-suku Arab lainnya yang berjumlah 10.000 personel. Pemimpin pasukan itu adalah Abu Sufyan. Ancaman juga datang dari dalam Madinah, di mana penganut Yahudi dari Bani Quradhzah akan mengacau dari dalam kota. Rasulullah SAW pun meminta masukan dari sahabat-sahabatnya bagaimana strategi menghadapi mereka. Setelah bermusyawarah akhirnya saran Salman Al Farisi atau yang biasa dipanggil Abu Abdillah diterima. Strategi Salman memang belum pernah dikenal oleh bangsa Arab pada waktu itu. Namun atas ketajaman pertimbangan Rasulullah SAW, saran tersebut diterima. Atas saran Salman itulah perang dengan jumlah pasukan yang tak seimbang dimenangkan kaum Muslimin. Abu Sufyan, salah satu komandan Qurais pun mengakui kehebatan Salman. Strateginya inovatif dan revolusioner untuk bangsa arab saat itu. Strategi yang akhirnya di copy paste bangsa eropa sewaktu perang dunia I dan II. Salman sempat dikirim untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga dia wafat. Namun sifat asketis nya membuat beberapa penduduk terheran-heran. Ia menyumbangkan seluruh gajinya dan hidup dari menganyam tikar pandan yang ia jual untuk kebutuhan sehari-harinya. Mungkin ini menjadi sumber inspirasi presiden Mahmoud Ahmadinejad yang juga hidup sederhana, yang potret kehidupan sehari-harinya sempat ramai diberbagai milis. Demikian kisah hidup Salman The Persian. Seorang Prince of Persian sejati yang hidup asketis dan berkelana tanpa lelah mencari kebenaran absolut. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita. 

Kumpulan Inspirasi Cerita IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang