The Bloody Conspirasy

1.4K 62 21
                                    

[NHTD-10]
[NARUHINA FAN FICTION EVENT]
[NaruHina Tragedy Day-10]
[Disclaimer: Kishimoto Masashi Sensei]
[Kolaborasi Kelompok Lima (5)]

*

Tersebutlah batu bulan yang dipercayai sebagai penyeimbang energi dunia, pecah menjadi tiga bagian. Akibatnya dunia menjadi labil.

Adalah keturunan dari klan tertentu yang dipilih dapat menyatukan tiga bagian itu untuk mengembalikan kestabilan bumi. Klan pecahan dari Ōtsutsuki, yakni Hyuuga dan Uchiha.

Di bawah kepemimpinan Shikamaru, maka Hinata dan duo legendaris, Naruto dan Sasuke diberi misi oleh Hokage Hatake Kakashi untuk menyatukan pecahan tersebut. Ternyata, dalang dari kehura-haraan adalah Ōtsutsuki terakhir, Toneri yang tidak terima akan kekalahan asmaranya. Lebih mengejutkan, Sasuke juga menjadi partnernya.

Ōtsutsuki terakhir dan Uchiha terakhir, memiliki tujuan yang berbeda dengan menggunakan cara yang sama.

....

Dahulu, ada sebuah ramalan tentang Tiga Batu Bulan yang pecah. Dulu sekali, dunia memiliki permata yang menjadi penyeimbang setiap energi, sebagai titik keadilan di dunia. Namun, dari lukisan batu yang kulihat, permata tersebut pecah menjadi beberapa bagian. Namanya Batu Bulan, yang konon hanya dapat dilihat oleh satu orang yang disebut sebagai Pendamping Batu Bulan, satu-satunya orang yang kuyakini melukis sejarah Batu Bulan di bagian paling rendah tebing Hokage.

Tubuhku bergeser sekali lagi, memandang lukisan yang menunjukkan tiga garis berpencar ke tiga tempat di dunia. Sepertinya, tiga garis tersebut adalah pecahan-pecahan Batu Bulan.

Lagi, kakiku bergeser seiring goresan-goresan batu itu terus berlanjut. Terjadi banyak pertikaian, perebutan wilayah dan juga munculnya energi baru yang kekuatannya tidak terkendali. Sehingga membuat nyawa orang-orang hilang dengan mudahnya.

Pendamping Batu Bulan memakai cara yang sangat bagus saat menuliskan tentang permata dunia itu. Orang-orang dengan mudah mengerti bagaimana awal dari kekacauan yang sering terjadi selama ini.

Orang bodoh sepertiku saja mengerti. Pasti yang lain lebih cepat tanggap soal isi lukisan ini.

Nah, waktunya menagih kemajuan murid-muridku yang centil itu.

Langsung saja aku memelesat ke tempat latihan, seperti angin yang dengan mudahnya bergerak tanpa bisa dilihat, aku sudah berada di salah satu pohon dekat lapangan. Mengamati tiga gadis kecil yang nampaknya sudah mulai merajuk.

"Yo! Kaiya sudah siap pamer, rupanya."

"Lagi-lagi! Sensei benar-benar seorang guru bukan, sih? Kalau tidak serius melatih kami ... kami akan segera lapor kepada Hokage atas kelalaian Sensei!"

Anak ini ... dia hanya bisa omong besar.

"Silakan saja. Memangnya kau berani?"

"Sensei, bisa kita mulai? Waktuku terbuang hingga enam belas menit, tahu!"

"Baiklah, baik. Kaiya, coba perlihatkan kemajuanmu. Kuharap ada kemajuan."

"Baik."

Dia anak yang penuh keyakinan dan punya keseriusan paling tinggi di antara dua muridku yang lain. Namun, setelah lima detik berlalu, dia tetap di tempat. Tidak bergerak barang menunjukkan kemajuannya!

"Kau ini serius tidak?"

Aku merasa dorongan aneh menerpa tengkuk. Seperti angin, tetapi lebih tajam. Lantas aku melompat tinggi menghindari serangan tersebut dan mendarat tak jauh dari mereka.

Hampir saja aku dipermalukan.

Gadis itu tampak tidak suka lantaran serangannya masih belum bisa mengenaiku. Sementara Kaiya yang tadi bergeming di hadapanku, kini melebur menjadi gelembung-gelembung kecil.

FANON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang