"Bruukk!"Yuna begitu saja menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia bahkan belum mengeluarkan seragam dan kaos kaki nya. Ia benar benar lelah.
Yuna mengusap wajahnya dan mengerang kecil. Sungguh hari yang melelahkan.Kemudian Yuna bangkit dari tempat tidur , bergegas mandi dan mengganti pakaian. Ia kemudian menuruni anak tangga menuju dapur. Ia bahkan belum makan apa apa untuk seharian ini dan kepalanya masih terasa sakit.
"Apakah ada sesuatu yang bisa di makan disini?"
Ia membuka kulkas dan mendapati kotak-kotak susu, roti dan beberapa jenis buah.Kemudian ia membuka lemari makanan. Terdapat banyak snack dan makanan instant di dalam.
Ia kembali ke kamarnya dengan membawa se kotak susu dan snack kentang favoritnya.
Ia duduk di meja belajar sambil meletakkan bawaannya tadi.Ia membuka ponselnya, terlihat notifikasi pesan dari nomor tak dikenal
"Gwaenchana?"
Lantas ia flash back dengan kejadian yang terjadi di lapangan sekolahnya beberapa jam yang lalu.
"Berikan bola nya padaku felix"
"Ayo lah berhenti bermain-main, kemarikan bola itu"
"Kalo begitu tangkap ini"
Seseorang bernama felix itu melemparkan bola dengan sangat kencang
"Awas.."
Sebuah teriakan terdengar mengagetkan Yuna dan Ryujin yang sedang berjalan di sekitar lapangan. Sebuah bola basket sedang mengarah ke mereka berdua.
"Yuna awas kepalamu" Ryujin teriak tak kalah kencang dari seseorang diseberang sana
Terlambat. Sebuah bola mendarat mengenai kepala Yuna yang membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh
Ryujin kemudian menolongnya sambil menepuk menepuk wajah yuna
"Yuna, bangun yunaa"
Ryujin yang panik pun berteriak meminta bantuan. Seolah sahabatnya sedang sekarat.
Kemudian sekelompok cowok dari tim basket itu pun berkerumun, sambil mencoba untuk menolong Yuna.
"Permisi, kau baik baik saja? Kau terluka?"
Yuna bahkan tidak dapat mendengar sekelilingnya. Yang ia rasakan sekarang hanyalah pusing dan pada akhirnya ia kehilangan kesadaran.
.
.
.
.Di Uks
Yuna membuka matanya perlahan. Ia masih merasakan nyeri pada kepala nya itu.
Kemudian ia memutar bola matanya hingga pupilnya berhasil menangkap seorang cowok sedang duduk , menemani nya di ruang uks ini.
"Oh kau sudah sadar?" Cowok itu pun bangun dari duduknya menuju ke tempat tidur dimana Yuna berbaring.
"Aku dimana? Kamu siapa?" Yuna yang masih bingung dengan keadaannya sekarang, masih bertanya tanya.
"Kau tidak mengenalku? Kenalkan Aku Lee Minho, kelas 12. ketua osis sekolah ini"
"Satu jam yang lalu, kamu mengalami kecelakaan kecil. Kamu kehilangan kesadaran jadi aku dan temanmu membawa mu kesini"
ia kemudian tersenyum kepada Yuna, Sangat manis."Dimana Ryujin?" Yuna kemudian mencoba untuk bangun
"Dia kembali ke kelas mu. Aku meminta nya untuk membawa tas mu kesini. Aku akan mengantar mu pulang" Minho meraih tas berukuran sedang berwarna baby pink itu.
"Tidak perlu. Kamu udah bawa aku kesini udah cukup. Aku tidak mau berutang budi terlalu banyak" kata Yuna sedikit tidak enak kepada kakak kelas nya ini . Dia bahkan tidak mengenalnya.
"Jangan keras kepala gadis mungil, kamu harus pulang. Kamu perlu istirahat, kamu bahkan belum baikan"
Yuna hanya menurut. Benar kata dia. Kepala nya bahkan masih nyeri.
Kemudian Minho berjongkok untuk memasangkan sepatu Yuna.
Siap.
Kemudian Minho berbalik, ia memasang punggung nya.
"Ayo naik"
Yuna yang kebingungan cuma diam.
"Mengapa aku harus naik? "
"Apakah kamu mau jalan kaki sampai parkiran? Sudah ayo cepat naik"
Yuna pun menurut.
Kemudian mereka berdua keluar dari ruang uks dengan Minho menggendong Yuna.
Seluruh murid yang melihat mereka terheran mengapa ketua osis menggendong murid kelas 11 itu?
Tbc
.
.
.
.
.
.
.