chapter 3

3 0 0
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku lantas menemui dia di depan perpustakaan.
-Dami mana novelnya?-
-oh iya nih-
dengan wajahnya yang asam seperti jeruk nipis dia menyodorkan novel.
-senyum dulu dong-
ledek ku pada nya
-apasih gamau, malu tau-
Untuk pertama kalinya aku bisa melihat dia tertawa secara lepas dan aku tak pernah menyangka akan mendapatkan kebahagiaan sesaat dengan nya. Semakin lama aku semakin nyaman dengannya. Bagaimana tidak, dia selalu mengistimewakan ku dibanding teman perempuan lainnya. Dia selalu menguatkan ku dengan rumus fisikanya, dan satu hal yang tak akan pernah ku lupa yaitu saat dia memberikan julukan Si dongeng yang suka menghafal, pada diriku.
Sudah sewindu, rasa nyaman kini telah bertambah menjadi takut kehilangan . kita semakin sering bertukar pikiran, kamu yang selalu berjanji menemaniku untuk bertemu dinasaurus, dan aku yang selalu menjadi fans pertama kamu. Namun semakin lama, aku mulai merasa apa keberadaanku selama ini berarti baginya. Sering kutanya apa arti ku bagi nya, dia hanya berkata entah. Sebuah kata yang kerap menjadi permasalahan diantara kita.

Ketika Hampa Menjadi SapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang