chapter 4

5 1 0
                                    

-kamu udah bosen ya sama aku?
Tanya ku lewat pesan  singkat
-enggak pernah bosen, kalau bosen sekarang apa?-
jawabnya
Sebaris kalimat yang bisa membuat rasa takut kehilangan menjadi rasa ingin memiliki. Akhirnya dia sadar juga apa arti ku bagi nya, dia yang dulunya sedingin es sekarang mulai sehangat kopi pahit. Dia sering memberikan perhatian kecil seperti memberikan semangat saat  besok aku ulangan kimia, menyuruhku tidur ketika ku mulai lelah, memang tidak seromantis lelaki lain diluar sana, namun caranya bisa membuatku makin susah lupa padanya.
Sekarang kami sudah kenal selama satu tahun satu bulan, dia mulai sering meninggalkan ku sendiri, membalas pesan ku sesempatnya dan sering menumpahkan amarahnya padaku saat aku merengek agar dia menemaniku seperti malam-malam sebelumya. Aku mulai kehilangan sosok lelaki yang sering kupanggil Dami, sering kali aku bertemu dengannya, namun bibir ini selalu kaku setiap ingin menyapa nya, kini cara ku untuk melepas rindu padanya hanya dengan memperhatikan nya dari jauh, terasa asing memang, namun apalah daya. Dia hanya menjadikan ujian sekolah sebagai alasan setiap kutanya kenapa kamu berubah?. Sampai suatu hari aku sudah tak tahan lagi dengan sikapnya, aku menumpahkan semuanya secara terang-terangan.

Ketika Hampa Menjadi SapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang