PART 3 (END) : 'Maaf' dan 'Terimakasih'

3.5K 302 42
                                    

Re-Post : November 14, 2019

Disclaimer : Takaya Kagami dan Yamato Yamamoto

Warning : Tanda baca, shounen-ai. Enggak Yaoi'kok :'v tapi kalo iya. Ah, kalian nilai sendirilah.

.

.

.

"Kau yang sejak dulu menyebalkan! Aku sudah lama menahan diri! Dan sekarang kau tumbuh jadi pemuda membosankan, kau egois! Dan kau hanya mau memikirkan..."

Tergiang kembali.

"Dan kau hanya memikirkan... apa mungkin Mika akan bilang 'diri sendiri'?"

Glek.

"Berarti itu tertuju padaku?" Yuu mengarahkan telunjuk ke diri sendiri, tepat di dada.

"Fuh~" Telinga Yuu ditiup perlahan. Sebab merasa tergelitik, Yuu langsung memutar tubuh dengan lincah ke belakang. Membuat posisi bersiaga dan jangan lupakan sikap kuda-kudanya.

"Kau mengagetkanku..." Tergambar senyum licik di wajahnya.

"Ternyata kau..."

.

.

.

"Shinoa?" Yuu menurunkan lengannya. Mengubah posisi tinju dengan cara melipatnya di depan dada. "kupikir..." pemuda bersurai raven itu menggantungkan ucapan sendiri berbarengan dengan perubahan ekspresinya, yang cemberut.

"Mikaela-san?" Shinoa mengangkat sebelah alis dan bibirnya dibiarkan tersungging. Sang gadis mengerling rapi.

Yuu menggeleng cepat, kemudian kembali mendudukan diri di atas ubin dingin. Membuat dua telapak tangannya menjadi penompang badan untuk sekedar duduk.

"Baguslah kalau begitu." Tukas Shinoa sembari menatap bentangan langit secara vertikal. Ada seulas senyum di sana, hanya saja bukan sebuah bentuk kelegaan seperti kalimat yang diutarakan barusan.

"Bagus?" Dahi Yuu mengernyit, ditatapnya gadis bersurai ungu itu. Menangkap gelagat ganjil dari mimik wajah sang gadis.

"Tampaknya dia berpikiran Yuu-san menyukai Guren-sama." Ucap gadis berpangkat sersan tersebut, tampak tergelitik sendiri dengan pemaparannya. Namun, tak melepas pandangan dari panorama berhias bercak kemilau.

"Eh?" Makin lama ditatapnya garis keturunan Hiragi itu. Nampaknya Yuu tengah bingung dan tak mencoba menebak-nebak isi otak Shinoa.

"Dia sudah pergi, jadi kau tak perlu terang-terangan menyatakan cinta'kan?" Mata Shinoa bertemu dengan Yuu. Zamrud dan orange. Padu, tetapi tak ada kecocokan.

"Mika pergi?!" Bukannya terkejut karena bentakkan dari Yuu, justru senyum licik yang tergambar di sana. Yuu mempererat genggaman pada tangannya hingga membuat decit nyaring karena bersentuhan dengan ubin.

"Ya," Yuu melirik Shinoa sekilas, lalu bangkit dari posisi duduknya.

Meninggalkan huniannya dengan cepat, bahkan tanpa alas kakipun.

This Is Not Satisfying MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang