One shot

13 3 1
                                    

Pernahkah kalian merasakan seseorang yang biasa menemani hari-hari kalian, tiba-tiba hilang begitu saja. Aku pernah merasakannya. Saat itu Aku ingin mengatakan padanya bahwa kami adalah sahabat, namun sebelum aku mengatakannya ia telah menghembuskan nafas terakhirnya.
Aditya Bagus, dialah sosok yang meninggalkanku tuk selamanya. Sungguh percuma saja penyesalanku ini, karena ia tak akan pernah kembali lagi dalam kehidupanku. Rasa kecewalah yang kurasakan seraya menangkupkan kedua tanganku tuk melantunkan doa-doaku tuk dia.
Tuhan dapatkah diriku mengulangi kisahku kembali dengannya? Jika tidak dapatkah Aku sampaikan permintaan maafku untuknya?
Akan kuceritakan kisahku ini pada kalian. Simaklah kisahku, Kinanthi Kinasih. Masih kuingat saat itu diriku sedang mengobrol bersama Ka Yuna (kakak Kinanthi), tiba-tiba seorang lelaki datang menghampiri kami.
Aditya : " Hai, Yuna selamat ulang tahun ya!"
Yuna : " Oh hai Dit! Terima kasih atas ucapannya."
Aditya : " Wah siapa gadis cantik yang ada di sampingmu ini ?"
Yuna : " Oh dia adikku (sambil menunjuk Kinan), namanya adalah Kinan."
Kinan : " Hai ka, namaku Kinanthi Kinasih biasa dipanggil Kinan." (sambil menatap Ditya dengan malas)
Aditya : " Hai juga manis, namaku Aditya Bagus kau bisa memanggilku Ditya"
Setelah sesi perkenalan itu, Ditya pergi untuk menemui temannya yang lain.
Setelah pertemuan itu secara tidak terduga kami sering bertemu entah itu disengaja maupun tidak sengaja, sehingga kami menjadi begitu akrab. Ditya adalah pribadi yang terbuka dan menyenangkan, sangat berkebalikan dengan sifatku. Walaupun Ditya adalah sosok yang terbuka, tetapi ia cenderung menutup masalahnya dari orang lain. Seharusnya setiap kami berjumpa aku menyadari bahwa ia terlihat semakin pucat dari hari ke hari. Bahkan ketika ia mengeluh pusing dan mengeluarkan darah dari hidungnya, Aku hanya menganggapnya bahwa ia lelah karena banyak beraktivitas. Semakin lama intens pertemuan kami menjadi berkurang. Aku pun hanya berpikir bahwa sat itu ia sedang mempersiapkan ujian kelulusan, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya ia sedang menjalani terapi di rumah sakit.
Ketika ia menemuiku setelah sekian lamanya, rambutnya banyak yang telah rontok. Namun, Aku tidak menganggap itu adalah masalah yang serius. Aku tidak menyangka bahwa itu adalah pertemuan terakhir kami.
Hari itu adalah hari ulang tahunku.Ia datang menemuiku untuk memberi ucapan selamat dan sebuah kado yang tak pernah kulupakan. Ia menuruti semua keinginanku pada hari itu. Mulai dari ia menemaniku bermain di game center, membelikanku barang-barang yang kuinginkan, dan masih banyak lagi. Hingga akhirnya jam telah menunjukkan pukul 7 malam. Ditya pamit untuk pulang ke rumahnya.
Seminggu kemudian Ka Yuna datang menghampiriku sambil menangis
Kinan : " Apa yang terjadi padamu Kak?"
Ka Yuna : " Hiks... hiks... Ditya... Kinan"
Kinan : " Ada apa dengan Ditya Ka? Apakah Ditya menyakitimu hingga kau menangis seperti ini?"(tanya Kinan dengan nada khawatir)
Ka Yuna : "Bukan itu yang membuat ku menangis Kinan, namun Ditya telah pergi"
Kinan : "Memangnya kenapa jika Ditya telah pergi, ia akan kembali lagi kan."
Ka Yuna : " Ia tak akan kembali lagi tuk selamanya Kinan, ia telah berpulang kepada Tuhan."
Setelah aku mendengar ucapan Ka Yuna saat itu, Aku terjatuh duduk dalam keadaan yang shock. Tiba-tiba air mataku jatuh mengalir dari pelupuk mataku. Aku menangis dengan meraung-raung memanggil namanya.
Saat itu, diriku menyadari bahwa sesungguhnya Ditya adalah sosok yang selalu menemaniku dalam keadaan apapun. Dialah yang menyinari diriku dalam kegelapan ku sama halnya dengan bulan yang menyinari kegelapan di malam hari. Ketika ia pergi sama halnya dengan kegelapan menyambutku kembali.
Ditya Aku butuh kau tuk menyinari kegelapan dalam hidupku. Ditya Aku merindukan kebersamaan kita dahulu. Namun kini kita telah berbeda alam. Meskipun kau kini telah tiada, namun bagiku kau tetap ada disisiku. Kau adalah cahaya yang menyinari kegelapan dalam kehidupan ini.
Kuharap kalian tidak mengalami kejadian yang telah kualami ini. Untuk kalian yang memiliki sikap tidak peduli dengan sekitarnya, cobalah untuk mengurangi sifat tersebut agar kalian tak berada dalam penyesalan yang mendalam seperti yang telah kualami ini. Hanya penyesalan dan rasa kecewalah yang kudapatkan, karena tak menyadari apa yang terjadi pada Ditya. Seandainya aku memaksa Ditya untuk pergi ke rumah sakit saat ia mengeluh pusing dan mimisan, Aku yakin penyakitnya dapat ditangani dengan cepat.
Tak akan pernah kulupakan seluruh kenangan diantara kita. Ditya Aku sayang padamu, kau telah menempati tempat spesial didalam lubuk hatiku.

Kisah ini kuambil dari kisahku jadi Aku ingin bagi kalian untuk lebih peduli dengan lingkungan kalian.

Rembulan yang Kehilangan CahayanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang