Surat Tugas - 01

1K 88 36
                                    

[Ubah warna tema latar menjadi hitam!]

Derit pintu kayu sebuah ruangan mengantar seorang pria keluar dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derit pintu kayu sebuah ruangan mengantar seorang pria keluar dari sana. Berbekal selembar amplop putih yang berisikan sebuah surat, pria ituㅡSakaㅡmengayunkan tungkai menjauh. Ada beberapa perawat yang tampak berlalu lalang, orang-orang yang bukan bagian dari rumah sakit, cleaning service yang tengah melakoni tugasnya dan beberapa aktivitas lainnya yang sepertinya tidak perlu digambarkan secara detail.

Pria bertitel dokter umum itu terus merajut langkah melewati koridor, jujur saja dalam setiap kaki panjangnya mengayun, timbul perasaan campur aduk. Ya, karena sebuah surat yang kini ada di tangannya.

"Saka!"

Seruan seseorang menarik atensinya. Kedua kakinya kompak berhenti bekerja dan pada detik selanjutnya tubuhnya berbalik. Didapatinya seorang wanita dengan tinggi semampai bersurai panjang dengan almamater kedokterannya muncul. Senyum cantik merekah menyambut Saka saat itu juga.

"Bener kan, ternyata kamu! Kamu udah terima suratnya?" Wanita dengan papan nama dr. Suzanne Berliana Sp. OG di almamater putihnya itu menatap tepat pada dua manik milik Saka.

Untuk beberapa detik Saka hanya bergeming menatap surat yang baru sekali ia baca tadiㅡsesaat setelah diserahkan padanya. "Ya, udah," jawabnya singkat.

"Bagus. Kalo gitu selamat bekerja sama, ya?" Suzanne tersenyum hingga mencipta sepasang sabit cantik pada area matanya. Tangan kanannya menepuk pelan pundak Saka sebanyak dua kali lantas berlalu begitu saja.

Senyum yang terkesan dipaksakan itu mengantar kepergian Suzanne. Saka memukul-mukulkan surat itu ke telapak tangannya. Bagaimanapun juga ini perintah dari pusat, apa yang tertulis harus ia laksanakan.

°°°

Selembar surat itu ditutup secara agak kasar hingga menimbulkan bunyi yang sedikit mengganggu pendengaran. Bahkan permukaan kertas yang tadinya rata kini menjadi kusut tidak karuan.

"Terus kalo kamu pergi, aku disini sama siapa?"

Pria yang datang membawa surat beberapa menit yang lalu itu mendekat. Tak berapa lama waktu berselang sampai pelukan hangat ia berikan.
"Tinggal sama Ibu dan Bapak sebentar aja, ya? Untuk beberapa hari. Nggak lama kok cuma seminggu," jawabnya lembut. Dagu lancipnya tertempel pada puncak kepala wanita yang seperti sedang merajuk ituㅡisterinya.

"Ck, kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa nggak yang lain aja yang pergi?"

Mendengar nada manja itu membuat Saka mengulum senyum. "Dari awal kan aku udah kasih tau konsekuensi punya pasangan dokter, aku minta pengertiannya, ya? Ini tugas dari pusat nggak bisa aku alihin apalagi aku tolak gitu aja. Cuma seminggu," balasnya menangkup wajah jelita sang isteri yang sedang tertutupi sendu sore ini karena kabar darinya baru saja.

𝙎𝙚𝙚𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang