Kalung Turun-temurun - 06

466 69 27
                                    

Seruan lantang itu menghentikan ritual sesat yang tengah dilakoni oleh Pak Hartono beserta isterinya. Hanggini benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat, benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Bapak dan Ibunya lakukan.

Dua paruh baya itu kontan terkejut mendapati puterinya berlutut tak jauh dari keduanya. Gumpalan daging merah yang ada ditangan Pak Hartono ituㅡyang sepertinya masih terlihat berdetak itu disimpan kembali pada sebuah gentong berukuran sedang yang terbuat dari tanah liat.
"Bu, Hanggi gimana bisa naik kesini?"

Sedang isterinya yang tak lain adalah Ibu dari Hanggini hanya menggeleng cepat.

Gadis itu berlutut seraya menangis hebat melihat semua jajaran setan berkumpul menjadi satu di ruangan itu. Yang tidak ada dari mereka yang berwujud normal, semuanya buruk rupa dan jangan lupakan bau anyir dan busuk berbaur menjadi satu. Hanggini merasa pertahanan tubuhnya seperti diguncang.
"Apa yang Bapak sama Ibu lakukan? Kenapa hiks?" isaknya memejamkan matanya erat-erat, disaat itu kilatan-kilatan kejadian diluar nalar mulai terputar begitu saja di kepalanya. Yang dapat ditarik kesimpulan bahwa gumpalan itu, daging itu, benda yang berdetak tadi, itu adalah bayi yang belum dilahirkan. Hanggini merasa ketakutan dengan penglihatannya.

Bagai arca yang dipajang di sebuah museum, Indira membatu tanpa bisa bergerak ataupun sekedar membuka suara. Apa yang dirasakan oleh Hanggini perlahan turut dirasakan oleh wanita itu. Jelas tempat yang ia pijak kini bukan tempat biasa. Ia seperti tengah diawasi oleh puluhan pasang mata yang entah bagaimana bisa semakin membuatnya terpojok.

"Hiks kenapa kalian lakuin ini? KENAPA? KALIAN JAHAT!! JADI SELAMA INI KALIAN YANG SUDAH BUAT ANAK-ANAK DAN BAYI-BAYI DISINI MENINGGAL! HIKS KALIAN JAHAT!!!" pekik Hanggini kuat-kuat. Kedua orang tuanya yang telah mengetahui fakta bahwa ia seorang indigo pasti menutup penglihatannya sampai sebatas tangga maka dari itu ia tidak bisa melihat apapun yang ganjil dirumahnya. Semuanya tampak biasa di lantai satu.

Kalian sedang apa? SEMUANYA  BELUM SELESAI! CEPAT PERSEMBAHKAN BAYI ITU UNTUK KAMI!

Seruan sarat akan perintah itu terdengar kemudian. Satu sosok dengan kostum putih menjuntai, rambut panjang putih, wajah berwarna hitam, mata melotot lebar, dagu yang runcing, dua tanduk yang muncul pada dahi juga gigi taring yang panjang terlihat menampakkan diri ditengah-tengah ruangan. Dialah pemimpin disana.

Hanggini melihat tapi, berusaha acuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanggini melihat tapi, berusaha acuh. Gadis itu bangkit dan mengacaukan semuanya. Benda-benda tak lazim yang ikut terlibat dalam ritual tersebut ia acak-acak. Ia tidak ingin acara sesat ini terus berlanjut.

"Hanggi!!!" seru Pak Hartono menghentikan apa yang dilakukan oleh puterinya itu.

"KALIAN SEMUA PERGI!!!" teriak Hanggini pada mereka yang tidak terlihat, yang kini melingkari ketiganya.

𝙎𝙚𝙚𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang