Namanya Fia

208K 2K 105
                                    

Edward sudah berjanji mau membelikanku sekotak donat, entah mengapa aku sangat menginginkan donat beberapa hari ini.
Sudah dua jam setelah aku menghubunginya, tapi Edward belum datang juga.

Aku menekan nomor hp Edward,

"Edu, jadi kan donatnya?" Akhirnya Edward mengangkat telponku,

"Ra, aku lagi ada urusan. Nanti aku hubungi lagi ya.." Edward menjawab tanpa mendengarkan pertanyaanku. Aku mendengus kesal, aku berusaha menghubunginya lagi, tapi handphone nya tidak aktif.

Jam kantor sudah selesai 2 jam yang lalu, harusnya Edward sudah ada di rumah sekarang. Memang tadi Edward ada jadwal bertemu dengan klien, biasanya ia mengajakku, tapi ini ia tidak membolehkanku ikut, alasannya Billy nanti menangis.

Aku membuka pesan yang ada di hpku, beberapa pesan belum aku buka.

Aku juga mendengarkan beberapa voice mail yang masuk saat nomorku sibuk,

Rata-rata itu pesan dari Edward, tapi ada satu pesan dengan suara yang tidak asing lagi.

"Ra, aku merindukan Billy. Terkadang, juga mamanya.." ucap suara itu. Siapa lagi kalau bukan Romi, lelaki dengan suara yang lembut. Romi belum berubah, ia masih seperti Romi dulu. Aku tidak bisa benar-benar mengakhiri hubunganku dengan Romi, karena Romi tetaplah Papa dari Billy.

Ting Nong..

Terdengar suara bel. Aku berjalan ke arah pintu depan.

"Edu.." aku berlari memeluk Edward. Edward memelukku dan mencium kening, mata dan terakhir mulutku.

Ciuman kilat yang membuatku bahagia.

"Ra, perkenalkan.. Ini Fia.."

Dibelakang Edward ada seorang wanita. Mengenakan celana jeans hitam dan kaos berwarna putih, kakinya panjang, badannya langsing, rambutnya lurus dan tebal. Fia memiliki hidung yang mancung dan alis hitam yang tebal, kontras sekali dengan kulitnya yang putih.

"Dia yang akan menjaga Billy.."

Fia tersenyum dan menjulurkan tangannya kepadaku. Aku menerima jabatan tangannya.

"Hai, aku Ara. Mamanya Billy,"

"Iya Bu, perkenalkan saya Fia. Syafia."

Fia tersenyum, senyumnya begitu manis. Aku memalingkan wajah ke Edward, tampak Edward ikut tersenyum. Entah mengapa dadaku sesak.

"Mana donat pesanan ku?" Tanyaku ketus,

Aku menagih janji.

"D-donat? Hm.. itu.. a-anu.." Edward menggaruk-garuk kepalanya, terlihat bingung..

" Begini Bu, tadi Bapak menjemputku di rumah, kebetulan donat yang Bapak bawa terlihat adik-adikku, jadi, Bapak memberikannya untuk mereka.." jelas Fia. Edward salah tingkah.

"Oh, ya sudah Fia. Masuk. Kamarmu di dekat dapur. Kamar Billy, di samping kamar utama dekat ruang tamu." Aku menjawab, sambil membalikkan badan.

Edward mengejarku.

Aku masuk kamar, dan duduk di tepi tempat tidur.

"Ra.." panggil Edward yang mengikutiku dari belakang. Aku diam, aku hidupkan hp dan membalas satu persatu chat yang selama ini tidak pernah ku gubris. Hanya untuk mengalihkan perhatian Edward.

"Kamu kenapa?" Tanya Edward pelan.

Aku juga tidak mengerti aku kenapa. Aku hanya kesal.

Kesal? Tanpa alasan.

Aku masih tetap diam duduk membelakangi Edward. Edward mengusap rambutku lembut,

"Kalau kamu mau donat, aku akan pesankan pakai ojek online ya. " Tawar Edward. Aku hanya diam, tidak menggubrisnya.

"Ra.. " Edward memelukku dari belakang, "aku membawakan pengasuh Billy, agar aku dan kamu bisa lebih leluasa berdua sayang.."

Edward membalikkan badanku.

"Hei, cantikku.." Edward mengangkat daguku yang menunduk,

"Aku.." aku berusaha menafsirkan apa yang membuatku kesal pada Edward,

"Aku, hanya kesal. Perempuan yang kamu bawa, dia.." aku menghentikan omonganku, Edward masih menatapku bingung, menunggu lanjutan perkataanku,

"Dia cantik sekali.." jawabku.

"Hahaha," tawa Edward pecah,

"Apa maksudmu, Ra?" Tanya Edward memegang kedua rahang wajahku.

"Apa kamu cemburu?" Edward menatapku, aku menunduk, "dengan pengasuhmu?" Edward meyakinkan tidak percaya. Aku masih menunduk..

"Ra, sudah banyak hal yang kita lalui, aku menantimu sudah lama. Kalau aku mau, banyak perempuan yang lebih cantik lagi. Lebih berpendidikan lagi, yang mau denganku. Tapi aku memilihmu," Edward menatap mataku tajam.

"And, you are the chosen one."

"Aku tau kamu memiliki trauma pada masa lalumu, tapi aku ingin kamu tau, kamu adalah wanita terakhir untuk aku.."
Edward mencium bibirku lembut.

"Jangan tinggalkan aku," bisikku lembut.

"Tidak akan,"
Jawab Edward pelan. Ia merebahkan badanku di atas tempat tidur Tangannya mulai turun, menyusuri leher, pinggang dan menjalar ke dalam, membuka tali bra ku.

"I love you. Percaya aku.."

Edward menciumi leherku, dada, dan membantu melepaskan pakaianku.
Aku bantu Edward melepaskan pakaiannya,
Edward terus turun, sampai akhirnya ia menemukan vaginaku. Tidak lama, ia menghabisinya.

"Du, hhh.. ah..." Aku membiarkan Edward berada jauh di dalam. Aku menyukainya,

"Du,, ayo.."
Aku mengangkat badan Edward, Edward menatapku, senjatanya ia arahkan ke vaginaku. Ia masukkan perlahan.

"Ah, nikmat sekali.." aku tidak kuasa menahan kenikmatan yang Edward berikan.

Edward perlahan menarik turunkan pompaannya, ia mempermainkan birahiku. Aku mengerang.

Ritme yang tadi nya pelan, lama kelamaan semakin cepat. Aku memeluk Edward keras, Edwar menghujam senjatanya dalam masuk ke dalam ragaku.

Aku terlalu mencintainya..

💚💛🧡

Buat pecinta KAH 1 dan 2, bisa ya kasih masukan ide cerita untuk Author, atau masukan agar cerita KAH lebih bagus lagi.

Komentar juga diterima.
Terimakasih sudah membaca KAH2,
Salam hangat-Author🍂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KETIKA AKU HAMIL 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang