Bella

16 0 0
                                    

Aku memang bukan wanita shaliha, tapi tidak masalah kan jika aku belajar untuk menjadi shaliha?
♥♥♥

Mereka bilang aku berbeda. Kata itu membuat Fathimah selalu dipandang sebelah mata, dan tidak jarang setiap orang selalu mengatakan padanya bahwa dia terlalu fanatik dalam beragama.

Apalagi di tempat kerjanya, dia seakan-akan menjadi pusat perhatian.

"Mbak Fathimah!" seseorang memanggilnya dari kejauhan. Fathimah yang sedang duduk di depan toko tempat ia bekerja langsung menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.

Seorang gadis bertubuh mungil, dengan pakaian serba hitam yang menutup tubuhnya, dan juga cadar yang menutup wajah cantiknya. Matanya yang teduh saat menampilkan guratan senyum membuat Fathimah merasakan sebuah ketenangan.

"Assalamu'alaikum warrahmatullah wabarakatuh" gadis mungil itu menjabat tangan Fathimah lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Wa'alaikumsalam warrahmatullah wabarakatuh, Mbak." Fathimah menggandeng tangan gadis itu dan menuntunnya untuk duduk di kursi tempatnya tadi. Senyum manis dan bahagia masih membingkai wajah Fathimah.

"Bagaimana Mbak? Aku bolehkan main ke tempat kerja Mbak dalam waktu yang agak lama?"

Sebut saja nama gadis itu Bella. Seorang gadis yang dikenal oleh Fathimah di lapak online tempat Fathimah biasa membeli perlengkapan syar'i. Pertemuan yang sangat sederhana membuat mereka menjadi lebih dekat dan bersahabat seperti sekarang. Dia sangat senang mengenal Bella, dan juga bersyukur Allah mempertemukan Bella dengannya, dan ia juga banyak belajar agama darinya. Yaa... meskipun sebenarnya mereka memang masih sama-sama belajar, tapi disini Bella lah yang lebih sering mengajarkan kepada Fathimah dan memberikan banyak motivasi-motivasi padanya.

Bella memiliki usia yang lebih muda dari Fathimah. Tapi ntah kenapa karena terbiasa, Fathimah selalu memanggilnya dengan sebutan "Mbak". Mungkin karena terbiasa lalu menjadi sebuah kebiasaan.

Bella, adalah seorang gadis belia yang memutuskan untuk bercadar pada saat usianya masih muda. Dia anak pertama dari empat bersaudara, dia tinggal dirumah bersama tiga orang adiknya dan juga neneknya. Kedua orang tuanya sudah lama merantau ke Negeri Jiran. Fathimah sangat senang berteman dengan Bella, karena dia selalu mengajaknya dalam kebaikan, ramah dan suka menebarkan senyum kepada siapapun. Bahkan dia tak segan-segan untuk menegur jika Fathimah melakukan kesalahan atau hal-hal yang kurang baik.

"ma syaa Allah, boleh kok mbak. Sampean boleh main disini sampai kapanpun sampean mau." Fathimah tersenyum menampilkan kebahagiaan dan ketulusan untuk mengijinkan Bella bermain ditempat kerjanya.

"Eh..ehh.. Siapa dia yang berada di standnya Fathimah?"

"Ya, mungkin dia golongannya, orang-orang yang berpakaian seperti itu kan punya komunitas sendiri katanya."

Fathimah menatap kerumunan gadis dan juga ibu-ibu yang sedang membicarakannya sedari tadi. Mereka menggunjing, menatap remeh, dan sesekali menertawakan Fathimah. Tapi dia tetap bersabar, meski dia tidak tahu apa yang membuat mereka sangat bersemangat sekali untuk menggunjing dirinya.

Tak heran, jika selalu ada orang-orang yang  memandang tak suka kepada mereka, baik yang menampakkannya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Setiap orang juga sudah tahu bahwa doktrin masyarakat kepada wanita yang bercadar sangat kental dengan kata aliran sesat, dan fanatik dalam beragama. Belum lagi dengan isu tentang teroris yang identik dengan pakaian cadarnya. 

"Kenapa sih mbak, mereka selalu menggunjing dan menertawakan orang- orang yang berpakaian syar'i seperti ini"

"Ya, mungkin mereka memiliki pandangan lain tentang cadar, dan kita tidak perlu khawatir dan merasa sakit hati dengan ucapan mereka"

"Tapi mereka sudah kelewatan mbak, padahalkan kita juga tidak pernah mengurusi kehidupan mereka."

"Bersabarlah mbak, laa tahzan innallaha ma'ana jangan bersedih, Allah bersama kita."

Fathimah dan Bella duduk berdua sambil menceritakan banyak hal, dan selalu saja ada tawa yang menghiasi perbincangan mereka.

"Siapa itu Fathimah?" tanya seorang wanita paruh baya kepada Fathimah. Wanita paruh baya itu adalah orang tua dari pemilik toko tempat dia bekerja.

"Dia teman saya bu."

"Jangan ngobrol terus, nanti gak ada yang beli"

"Iya bu." Fathimah mengiyakan dan membalasnya dengan senyuman.

"Temannya nanti suruh cepat pergi, takutnya nanti orang-orang yang mau membeli pada takut."

Fathimah hanya membalasnya dengan senyuman.

Sungguh sebenarnya dalam hati Fathimah merasa heran, kenapa bisa berfikiran seperti itu ? Bukankah Allah sudah mengatur dan menjamin rizki untuk setiap makhluk yang ada di langit maupun yang ada di bumi, bahkan hewan yang melata sekalipun.

⭐⭐⭐
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz). {Qs. Hud : 6}
⭐⭐⭐

"Beliau bilang apa mbak?" tanya Bella.

"Nggak mbak, cuman nggak boleh banyak ngobrol lama-lama nanti mengganggu pekerjaan katanya."

"Ohh... Aku marigini pulang saja ya mbak"

"Kenapa cepet-cepet pulang mbak?"

"Nggak apa-apa mbak, kalo lama-lama nggak enak, nanti jadi ganggu."

"Yaudah kalo seperti itu. Nanti in syaa Allah aku ijin pulang lebih awal mbak, nanti kita pergi ke kajian bareng ya..."

"Iya mbak in syaa Allah, aku tunggu dirumah."

Ketenangan, perasaan inilah yang selalu Fathimah rasakan saat bersama demgan Bella. Dia adalah teman yang selalu menyalurkan kasih sayang dan tanpa disuruh selalu saling mengajak kepada kebaikan.





💞 Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, dan jangan lupa tinggalkan jejak..


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang