Malam hari.
Langit gelap menyelimuti daratan Jepang, dengan cahaya bintang-bintang kecil yang berpendar untuk menghiasinya. Angin malam berembus dengan membawa udara dingin, menerpa lembut wajah seorang pria.
Senyuman samar terulas di wajah pria tersebut, menghiasi wajahnya yang rupawan meski sebagian wajahnya telah tertutup oleh semacam--bekas luka yang kian merambat ke seluruh tubuhnya seiring waktu berjalan.
Ubuyashiki Kagaya adalah namanya.
Hanya seorang pria biasa yang lemah dan rapuh, tetapi keberadaan dan eksistensinya sangat dihormati dan dihargai dalam pasukan pemburu iblis.
Bukan, bukan karena kedudukannya yang dielu-elukan sebagai 'ayah' dari pemburu iblis.
Namun, karena keramahan, kelembutan, serta kebaikan hatinya yang membuat siapapun akan luluh karena pesona dan wibawa yang ia miliki.
"Suamiku."
Suara lembut dari seorang perempuan dewasa terdengar, menyapa indera pendengaran Kagaya. Wajahnya yang teduh ia tengadahkan, mengarah pada sang istri dengan lembut.
"Amane." Kagaya tersenyum simpul kala mendapati sang istri tercinta tengah menghampirinya. Ia melangkah pelan ke arah Ubuyashiki Amane dengan pelan. "Ada apa?"
Amane mengulas senyum samar di wajahnya. Meski Kagaya hanya bisa melihat dengan satu matanya--dikarenakan matanya yang lain sudah terjalar oleh 'luka' itu, Amane sangat yakin kalau Kagaya akan mengetahui senyuman yang ia ulas di wajahnya.
"Kagaya-sama, apa kau tidak merasa bosan?"
Satu kalimat ditanyakan oleh Amane, membuat Kagaya mengernyit bingung. Bosan? Kenapa Amane bisa berpikir kalau dirinya bosan?
"Bosan?"
"Benar, Kagaya-sama. Selama ini kau selalu berada di sini, mengerjakan kegiatanmu sehari-hari yang tak pernah berubah. Apakah kau tak merasa bosan?"
Seumur-umur, meski Kagaya selalu melakukan rutinitas yang sama hampir setiap hati, dalam hatinya ia tak pernah merasakan apa yang disebut sebagai kebosananan.
Ia selalu menjalankan kegiatannya dengan tulus dan ikhlas, tanpa ada rasa bosan, malas, atau terbebani karenanya.
"Tidak, Amane. Meski setiap hari aku selalu menjalankan aktivitas yang sama, aku sama sekali tidak pernah bosan." Kagaya menggeleng pelan, sesaat sebelum ia menatap istrinya itu dan tersenyum simpul. "Seandainya aku bosan pun, aku tetap harus menjalankannya. Aku ini memegang posisi 'ayah' dari para pemburu iblis, kan?"
Amane hanya bisa menghela napas dan tersenyum samar kala mendapati reaksi suaminya itu.
"Bagaimana kalau sedikit jalan-jalan? Untuk melepas rasa bosanmu, Kagaya-sama."
Kagaya tersenyum dalam diam. Ia kurang lebih tahu kenapa Amane bersikap seakan sangat ingin menyuruh Kagaya pergi dari sana. Ia tahu, Amane pasti hanya ingin supaya Kagaya beristirahat, bukan?
Yah, meski Kagaya benci mengakuinya, memang benar selama beberapa hari ini entah kenapa banyak iblis berkeliaran, membuat Kagaya hampir tak beristirahat dalam hari-harinya.
"Baiklah, Amane. Mungkin sedikit udara segar bagus untukku."
***
Udara di luar berkali lipat lebih dingin daripada di rumah, semilir angin menerpa rambut pendek kehitaman milik Kagaya.
Namun, tentu udara dingin takkan menghalau langkah Kagaya yang telah berada di luar. Karena ia telah memilih untuk jalan-jalan di luar, maka tentu ia harus terus berjalan karena keputusannya, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba! « Oneshot(s) x Reader »
FanficKumpulan fanfiction yang berisi karakter Kimetsu no Yaiba x Reader! Mulai dari sweet sampai ke angst, diusahakan semuanya akan ada di sini~! Akan diusahakan rajin update, tidak seperti lapak saya yang sebelah--yang mana sudah jamuran dan tak terurus...