Dalam dinginnya malam, Felix mengenggam tanganmu, menyalurkan kehangatan dari dinginnya malam hari. Ia pula menatapmu dengan tatapan sendu, suara lirihnya keluar untuk berujar, "Jangan Pergi!" Pelan, suaranya pelan dan hampir tak terdengar di telan bunyi angin malam. Kamu melirik sekilas tangan kalian yang saling bertaut, sebelum kembali mempertemukan manik kalian. Kamu terenyuh melihat bagaimana keadaan Felix yang tidak baik-baik saja, air mata yang terus-menerus turun dari kelopak matanya membuat hatimu merasakan sakit tak karuan.
Sebisa mungkin kamu menampilkan seulas senyuman, pikirmu barangkali seutas senyuman yang tercipta dari bibirmu dapat memberikan Felix sedikit rasa ketenangan. Tangan mu yang tak di genggam olehnya perlahan naik menuju pipi Felix, menghapus setiap tetesan air mata yang membasahi pipi tirusnya. Kamu telah selesai dengan kegiatan menghapus air mata Felix tapi kamu masih membiarkan tanganmu bertengger di pipinya.
"Jangan Menangis! Ini hanya untuk waktu yang sangat singkat. Percayalah!" Kamu berujar demikian dan mendapati Felix kembali menangis, air matanya keluar membasahi tanganmu yang masih menempel pada pipinya.
"Aku hanya tidak bisa hidup berjauhan denganmu." Felix berujar lirih, hatimu merasa sakit melihat Felix yang tak kunjung meredakan tangisnya, tanpa sadar matamu berbinar dan perlahan air matamu mulai keluar menolehkan tiap-tiap garis air di kedua belah pipimu.
"Bahkan jika samudera yang menjadi jarak kita. Percayalah, bahwa aku, kamu, yang kini menjadi kita akan selalu merasa dekat. Karena ketika raga kita berjauhan, masih ada hati kita yang selalu menjadi satu. Selamanya."
****
Sembilan tahun berlalu, semuanya berubah, hal-hal yang mengelilingi Felix mulai berubah. Semuanya mulai terlihat moderen dengan banyaknya bangunan, jalanan dan tiap sisi-sisi kota yang di renovasi.
Tapi, ada satu hal yang tetap sama tentang Felix. Masih sama, persis, dan tak pernah berubah barang sepersen pun.
Perasaan Felix kepada kamu.
Semuanya masih begitu jelas, Felix begitu setia denganmu. Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dia menunggumu dengan keadaan dimana kalian sudah tak pernah lagi berbagi kabar. Setelah malam dimana kalian menangis mengucap perpisahan, malam itu juga adalah malam terakhir kalian saling berhubungan.
Kamu hilang tanpa kabar, meninggalkan luka menganga untuk Felix, yang tak kunjung sembuh kendati sembilan tahun telah berlalu. Juga, meninggalkan satu janji yang kamu ucapkan malam itu dan masih menjadi sebuah memori segar di pikiran Lee Felix. "Ini adalah awal musim semi kan? Hari ini juga bunga sakura mulai bermekaran. Felix, tolong ingat ini! Ketika musim semi kembali datang ditahun esok, mari kita bertemu lagi disini, dibawah pohon sakura yang kini sedang kita lihat. Aku tak bisa berjanji bahwa tahun esok kita akan kembali bertemu, hanya saja, tolong tunggu aku! Seberapa lama pun itu, tolong, tunggulah aku!" Kamu berujar dengan deraian air mata yang tak kunjung surut, Felix mendengarkan tiap-tiap kata tersebut dengan seksama juga dengan air mata yang masih setia keluar itupun lantas mengangguk. Felix berjanji, selama apapun itu, ia akan selalu menunggu. Karena ia percaya bahwa takdir akan menempatkan kalian dalam kebersamaan lagi.
Dan itulah sebab dari keberadaan Felix di bawah pohon sakura, saksi bisu untuk kejadian perpisahan mereka. Felix masih menunggu dan tetap menunggu, ia tak pernah bosan apalagi menyerah. Bahkan ketika matahari mulai menampakkan jingganya dan ketika saat itu pula bulan mulai menjadi sumber cahaya langit.
Felix duduk di bangku yang tersedia dibawah pohon sakura tersebut, disebelahnya tergeletak sebuket bunga Lili putih yang ia siapkan untuk Kamu. Felix menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Menghela napas pelan, dan kembali merasa bahwa ia akan kembali pulang dengan membawa kekecewaan.
Tidak lagi menangis, ia hanya menampilkan seutas senyuman kecil sembari menunduk menatap kedua ujung sepatunya. Setelah itu mendongak sembari merapalkan sebuah kalimat, "Tidak apa-apa, mungkin tahun ini takdir juga belum mau mempertemukan aku dengannya." Setelah itu ia beranjak dari kursi yang telah ia tempati sedari pagi sembari membawa asal bunga Lili yang telah ia siapkan dengan sepenuh hati, lantas berjalan gontai sebelum kembali terhenti ketika mendengar suara yang sangat ia rindukan.
"Lee Felix."
Felix seketika menoleh, mendapati sosok yang selama ini ia rindukan, sosok yang selama sembilan tahun ini masih dan selalu mengisi penuh hatinya. Kamu, wanita yang ia cintai, kini telah datang.
Felix dapat melihat bagaimana mata kamu yang terlihat berair. Ia juga tak dapat mengabaikan perubahan pada dirimu, kekasihnya telah tumbuh menjadi wanita yang cantik dan juga feminim. Langkahnya ragu, Felix ingin memastikan bahwa yang berada dihapadannya ini benar-benar Kamu dan bukan khalayannya semata.
Maka ketika Felix sudah berada pada jarak yang sangat dekat, Felix mulai bergumam pelan, "(Y/n)-" Jeda. "Kamu datang?"
Yang dibalas anggukan oleh kamu, "Felix, apa kamu masih mengingatku?" Perkataan itu terlontar dibarengi dengan air mata yang mulai menetes dari manik malam milikmu. Felix diam, lantas kamu kembali berujar, "Kenapa kamu masih menungguku, Felix?"
"Karena itu adalah yang kamu janjikan!" Suaranya berat, terasa sedikit emosional dan dirimu pun mendapati manik Lee Felix mulai berair. "Pertama, karena janji yang pernah kita buat membuatku selalu ingin menunggumu, selama apapun itu aku akan setia menunggumu. Kedua, karena aku percaya oleh takdir, saat kamu pergi, kupikir awalnya tuhan tak berniat mempersatukan kita. Dan setiap aku menunggumu di awal musim semi seperti apa yang kita janjikan, aku selalu ingin menyerah sebab tak kunjung mendapat kebahagiaan. Tapi aku masih bertahan hingga sekarang, karena janji dan takdir yang ku percayai akan membawamu kembali padaku. Dan saat itu telah tiba, Saat ini, kamu akhirnya datang." Lanjutnya.
Kamu yang mendengar itu terenyuh, mendengar penuturan Felix yang begitu setia padanya membuat ia merasa sangat berterimakasih sebab takdir dan tuhan telah mempertemukan mereka.
"Felix, terimakasih telah menungguku untuk waktu yang sangat-sangat lama. Setelah ini, tidak akan ada lagi perpisahan, aku dan kamu akan selalu bersama apapun yang terjadi. Felix, ayo kita buat takdir kita menjadi indah tanpa adanya sebuah perpisahan lagi." Kamu mengakhiri kalimatnya dengan seulas senyuman hangat yang langsung dibalas dengan senyuman indah dari Felix.
Setelahnya secara naluri mereka berpelukan, menyalurkan segala perasaan yang campur aduk, menyalurkan segala kerinduan yang tiap harinya selalu bertambah.
Kamu melepaskan pelukan kalian dengan tubuh yang masih menempel pada Felix, dan kedua lengan Felix yang bertengger manis di pinggangmu. Kalian saling tersenyum, menyalurkan kehangatan atas kelegaan untuk datangnya akhir perpisahan mereka. "Setelah ini, banyak yang harus kamu ceritakan! Kamu berhutang banyak sekali cerita, sayang!" Felix berbicara dengan nada sedikit marah, tapi ia tetap tersenyum dan kembali membawamu kedalam hangatnya dekapan.
Di lubuk hati kalian yang paling dalam, terucap sebuah harapan dan doa tentang semoga takdir akan memberi kalian sebuah kebahagiaan tanpa adanya perpisahan.
End
-
Hai, ini cerita pertamaku dan semoga kalian suka♡ aku sangat butuh kritik dan saran kalian, juga terimakasih karena sudah mau mampir di ceritaku ini, hehe, luv youu
KAMU SEDANG MEMBACA
Straykids With You//oneshoot//
Fiksi PenggemarSekumpulan one-shot dan two-shot dengan alur sederhana antara straykids dan kamu.