Part 2

513 31 0
                                    

****

    Sudah 2 hari ini lisa diperbolehkan keluar rumah. Biasanya ia pergi ke taman, perpustakaan kota, dan mall. Lisa sangat senang dengan hal ini. Katanya ini seperti kupu-kupu yang baru bebas dari kurungan selama bertahun-tahun lamanya.

   Matanya tertuju kepada sosok laki-laki yang tak jauh dari pandangannya. Ia terlihat pucat tapi wajah tampannya masih terteka. Pria itu sedang duduk di bawah pohon rindang sambil menutup matanya.
Lisa penasaran, ia mencoba mendekati pria itu dan menjajarkan tubuhnya dengan duduk di samping pria itu. Pria itu tetap saja menutup matanya. Terlihat dari dekat ia mengenakan earphone untuk mendengarkan musik.
Karena tidak ada tanggapan, lisa mulai mengalihkan kabel earphone satunya ke telinga lisa. Pemiliknya pun terkejut saat menemukan seorang gadis di sampingnya.

"Kau! Tidak sopan sekali."
  
   Pria itu kesal dengan lisa. Ia pun mengambil kabel earphone dari telinga lisa dan berdiri meninggalkan lisa.

"Tunggu.."
Tangan lisa menahannya.
"Maaf. Aku telah lancang. Dengan tidak sengaja aku mendengarkan lagumu. Boleh ku tahu apa judulnya?"

"Apa urusanmu?"

"Tidak ada. Hanya saja lagu itu enak di dengar."

"Aku tidak bisa membagi lagu ini."

   Pria itu berlari kecil meninggalkan lisa. Lisa menghentakkan kakinya. Ia kesal. Pria itu sangat sombong dan pelit. Hanya berbagi lagu saja tidak boleh. Apa dia sendiri yang membuatnya?

****

   Gadis itu masih saja kesepian. Ia belum menemukan teman untuk menemaninya. Bahkan hingga kini ibu lisa belum mengucapkan kata selamat kepada lisa. Gadis itu sedang murung di dalam kamar. Hari ini ia lelah untuk ke luar rumah seperti hari biasanya.

"Non lisa tidak jalan-jalan."

   Bi inah menyadarkan lamunan lisa. Gadis itu hanya tersenyum tipis.

"Mama masih belum ngucapin lisa selamat ulang tahun bibi."

"Yang sabar ya non, pasti mamanya non lisa masih sibuk. Ya kan"

   Bi inah mengelus lembut rambut lisa. Ia kasihan melihat keadaan lisa sekarang. Hari ini ia terlihat benar-benar depresi. Bi inah berniat membangunkan semangat pada lisa dihari-hari sebelumnya tetapi hal itu sia-sia. Kondisi lisa semakin hari semakin menurun. Hanya mama lisa lah yang bisa membangunkan semangat pada diri lisa ini.
   Tak berpikir panjang, bi inah segera bergegas keluar kamar lisa untuk menelpon nyonyanya.

"Halo nyonya, bisakah nyonya pulang sekarang?"

"Ada apa bi inah? Lisa baik-baik saja kan?"

"Ia baik. Tapi, dia benar-benar kesepian nyonya. Bisakah nyonya mengambil cuti sebentar untuk menemani non lisa di sini."

"Ah bibi.. Pekerjaan saya tidak bisa diganggu sekarang. Mungkin bulan depan saya bisa kembali."
  
   Sambungan langsung di tutup sepihak oleh mama lisa.

   Bi inah mendengus pasrah. Ia meneteskan air mata yang sudah lama ia sembunyikan. Ia memang sudah benar-benar berjuang demi keselamatan lisa. Ia sudah mengetahui bahwa gadis itu menderita depresi 5 tahun terakhir ini. Tapi ini yang terparah. Wajah lesu lisa sudah sangat terlihat jelas. Tugasnya sekarang hanyalah tetap mengawasi lisa dimanapun gadis itu berada.

"Bibi, bi.."

   Ucapan lisa terhenti saat melihat bi inah menangis.
Ia mendekati bi inah dan mengusap air mata itu.

"Bi inah kenapa menangis?"

"Tidak. Tidak apa-apa non."

   Bi inah menghapus air matanya dan membalikkan menjadi senyuman.

"Bi inah sayang sama lisa. Bibi mohon, lisa tetap bahagia ya? Tetap bersama bibi dan menemani bibi disini."

"Lisa juga sayang sama bibi. Tapi lisa tidak tahu.."

   Gadis itu tersenyum dan seperti memikirkan sesuatu dalam diam. Pada akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar rumah untuk sejenak menenangkan pikirannya yang kacau ini

"Non lisa mau kemana?"

"Lisa mau cari angin bi. Bolehkan?"

   Gadis itu tersenyum manis kepada bi Inah. Inilah kelemahan bi inah, senyuman lisa terlalu manis untuk tidak ada selamanya.

"Bibi temenin?"

"Tidak usah."

"Biar bibi panggilkan bodyguard ya?"

"Ah tidak bi! Lisa ingin sendiri."

"Baiklah... Jaga diri non lisa baik-baik. Jangan melakukan hal yang membuat non lisa dalam bahaya. "

"Iya bi. Lisa pamit dulu."

   Nampak dari belakang surai panjang yang indah berjalan meninggalkan tempat itu. Bi inah hanya bisa berharap bahwa gadis itu sembuh setelah kembali nanti sore. Atau bahkan berbanding terbalik. Ia hanya pasrah kepada tuhan. Ini keinginan gadis itu untuk sendiri. Ia pun tak akan menyuruh mata-mata untuk mengawasi lisa. 

****

   Lisa mengunjungi tempat dimana ia menemukan pria aneh waktu itu. Pria yang ia anggap pelit saat pertama kali mengenalnya. Ternyata pria itu memang tidak terlihat di sekitar itu lagi. Lisa mengerucutkan bibirnya karena sebal tanpa alasan. Ia pun berjalan lurus tanpa tahu arah tujuannya.
   Beberapa menit kemudian lisa melihat pria itu. Ia sedang duduk di halte dengan mata tertutup seperti waktu itu. Lisa mencoba mendekati pria itu lagi untuk yang kedua kalinya. Dari dekat tampak darah segar mengalir keluar dari hidung pria itu. Lisa semakin panik saat pria itu susah untuk dibangunkan.

"Seseorang tolong aku..."

****

  

Merah Muda Kelabu 3Shoot | Lizkook ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang