05

27 2 0
                                    

  

    SUMPAH demi apa, Jihee ingin sekali membenturkan kepala Jimin ke tembok sekolah.

Pasalnya lelaki itu tak mau berhenti untuk terus mendekatinya.

Selain itu juga, lelaki itu sering sekali merangkulnya ataupun menggandeng tangannya dan hal itulah yang membuatnya kesal.

Bukannya apa, ia kan sudah bilang bahwa ia sangat membenci lelaki modelan Park Jimin. Gara-gara Jimin yang seenak pantat merangkul atau menggandeng tangannya.

Sekarang semua siswi mencibirnya yang tidak-tidak dan itu tentunya membuatnya tambah kesal.

"Aishhhh menyebalkan!!" teriak Jihee dengan mengacak-acak rambutnya kesal.
"Kau ini kenapa sih?" tanya Eunra yang sedari tadi memperhatikan Jihee yang seperti ingin berubah menjadi Hulk.

"Eunra bantu aku menjauhkan si Bantet menyebalkan itu dari hidupku"

"Kenapa sih kau membencinya? Dia itu tampan tau Ji" Jihee malah menatap geram Eunra.

"Berhenti memujinya Ra, sudah kubilang dari awal dia itu namja playboy tingkat akut. Masa bodoh mau dia bermuka tampan, yang jelas aku tidak menyukainya!"

"Iya deh terserahmu Ji, ngomong-ngomong dia sedang berjalan kemari tuh" Jihee bertambah geram saja.

Kenapa sih lelaki itu malah datang kekelasnya, sungguh ingin sekali Jihee mecincang seorang Park Jimin.

"Kenapa kesini?!" tanya Jihee dengan nada tak suka.

"Menjemput pacarku lah"

"Maaf apa aku tidak salah dengar? Apa kau bilang tadi?"

"Menjemput Shin Jihee pacar seorang Park Jimin" sedangkan Jihee terlihat ingin muntah mendengar ucapan dari Bantet menyebalkan itu.

"Sejak kapan aku jadi pacarmu? Maaf ya seorang Shin Jihee tidak akan pernah mau berpacaran dengan namja playboy seperti mu. Kau itu bukan tipe ku tau" ucap Jihee dengan angkuhnya.

Jimin hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis itu.

"Ayo pulang Ra" ucap Jihee kemudian lalu berjalan keluar bersama Eunra. Tetapi belum sempat dirinya benar-benar keluar dari dalam kelas, Jimin tiba-tiba saja mencekal tangannya.

"Lepaskan tanganku." perintah Jihee menatap sinis Jimin. Sedangkan Jimin malah tersenyum misterius yang membuat Jihee bergidik aneh.

Tatapan Jimin lalu beralih ke Eunra.

"Kau pulanglah terlebih dahulu, biar sahabatmu yang cerewet ini pulang bersamaku." setelah mendengar perintah Jimin, Eunra pun mengangguk lalu pergi dari dalam kelas menyisakkan Jihee dan Jimin saja.

Jihee menggerutu kesal, kenapa lelaki ini suka berbuat seenaknya sendiri sih. Sungguh Jihee rasanya ingin menendang pantat lelaki itu.

Jimin lalu beralih menatap gadis disebelahnya yang terlihat sedang menahan amarah, dan hal itu tentu membuat Jimin merasa lucu.

"Wae?" tanya nya.

"Kau menyebalkan sekali sih."

"Aku tahu aku tampan"

"Dasar gila! Kau pikir aku sedang memujimu!"

"Nado saranghae"

"Aishhh berbicara denganmu membuatku bisa gila!" lalu berjalan keluar kelas dengan menghentak-hentak kan langkahnya pertanda bahwa ia sangat kesal.

Jimin mengulum bibirnya, sumpah demi apa, kenapa gadis itu sangat imut sekali ketika kesal. Dan hal itulah yang membuat Jimin ingin sekali menggodanya.

Jimin lalu berlari mengejar Jihee dan merangkulnya saat sudah berada disamping gadis itu.

"Bisakah kau berhenti merangkulku, ini membuatku risih."

"Nanti kau juga akan terbiasa" sedangkan Jihee lagi-lagi menahan kekesalannya untuk tidak memukul pantat lelaki disebelahnya ini.

Untung saja sekolah sudah sepi jadi Jihee merasa sedikit lega karena tidak ada yang melihatnya dirangkul oleh Jimin.

.

.

.

   Jihee turun dari mobil Jimin tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Gadis itu berniat ingin membuka gerbang rumahnya tetapi Jimin menghentikannya dengan mencekal tangannya.

"Ck, apa kau tak tahu terimakasih?"

"Tentu aku tahu, lalu apa masalahnya?"

"Kau belum mengucapkan terimakasih padaku"

"Perlukah aku berterimakasih padamu?"

"Tentu saja perlu, aku kan sudah mengantarmu pulang"

"Tapi maaf saja ya, aku bahkan tidak meminta mu untuk mengantarku. Jadi aku merasa tak perlu mengucapkan terimakasih padamu. Sekarang lepaskan tanganmu." Jimin lagi-lagi tersenyum mendengar ucapan gadis itu, sungguh kenapa gadis dihadapannya ini semakin menarik saja bagi seorang Park Jimin.

Sedangkan Jihee menatap aneh Jimin, lelaki itu terlihat menyeramkan ketika tersenyum seperti seorang psikopat yang ingin membunuh mangsanya.

Sumpah Jihee tidak tahan berlama-lama didekat Jimin, rasanya Jihee ingin sekali menendang 'milik' Jimin ataupun memukul kepala lelaki menyebalkan ini.

"Aishhh masalahmu padaku sebenarnya apa sih?" tanya Jihee kemudian.

"Cukup kau menjadi pacarku" Jihee mendengus kesal mendengar jawaban dari Jimin.

"Sebenarnya rencana mu itu apa sih? Jika untuk menambah list mantan pacarmu, maaf aku tidak berminat"

"Jadi kau mengharap benar-benar menjadi pacarku kan" ucap Jimin kemudian yang membuat Jihee membelalak kaget.

"Mwo?! Tentu saja tidak, memangnya siapa yang sudi berpacaran dengan lelaki menyebalkan sepertimu hah"

Bukannya menjawab Jimin malah mendekatkan wajahnya pada Jihee yang membuat sang empu terkejut dan memundurkan kepalanya.

"Yakkk jangan macam-macam, jika kau tidak lupa kau sedang berada didepan rumahku." Jimin malah tersenyum menanggapi ucapan gadis ini.

"Jika ku katakan aku mengajakmu berpacaran karena aku suka padamu, kau tetap akan menolakku?" tanya Jimin dengan nada yang sangat lembut yang membuat siapa saja mendengarnya pasti akan merasa terbang.

Tetapi tidak untuk Jihee, mungkin awalnya Jihee merasa sedikit terbang karena ucapan lelaki itu yang terdengar manis, tetapi kembali ditegaskan bahwa sejak awal Jihee tidak pernah menyukai Jimin dan mengingat kenyataan bahwa lelaki itu yang sangat playboy.

Sudah jelas ucapan manis seperti itu hanyalah bualan semata dari seorang Park Jimin.

"Lalu apa peduliku, aku tetap tidak akan mau berpacaran denganmu. Sudah kukatakan dari awal bahwa aku tidak pernah tertarik ataupun menyukaimu jadi tolong berhenti untuk memintaku menjadi pacarmu." setelah mengucapkan itu Jihee buru-buru membuka gerbangnya dan pergi masuk kedalam rumahnya membiarkan Jimin diluar sana.

Jimin memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya dan memandang Jihee yang sudah hilang dari pandangannya.

Lelaki itu menghela nafas lalu memilih untuk masuk kedalam mobilnya berniat untuk pulang.

Hate to be Love (BTS PJM ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang