Semesta,
Izinkan aku bercerita,
Tentang dia,
Yang namanya selalu aku langit-langitkan,
Yang sosoknya selalu aku agung-agung kan,
Terlalu asik memikirkannya, sampai membuat aku lupa,
Bahwa diriku, tak mungkin ada di kepalanya, hatinya, apalagi hidupnya,
Tentang aku dan dia,
Kami yang berubah menjadi asing,
Kami yang menjelma menjadi sepasang insan yang tak saling mengenal.
Semesta,
Aku benar benar tidak suka keadaan seperti ini,
Bisakah kau pinjamkan mesin waktumu sebentar saja?
Ayolah semesta,
Biarkan aku menelusuri ruang nostalgia yang pernah aku dan ia ciptakan bersama,
Yang tanpa disadari, aku sendiri sudah terjebak dalam ruangan itu,
Menunggunya, menantinya, melangit-langitkan namanya,
Berharap jika ia akan datang kembali,
Dan semua berakhir bahagia seperti cerita fiksi.Aku tahu, kalian semua pasti tertawa saat membaca celotehan ku ini,
Betapa bodohnya aku, terjebak di ruang yang bahkan sudah tidak terdaftar lagi di kepalanya.
Bisakah kau membawanya kemari, semesta?
Walau hanya hitungan detik saja,
Walau yang kudengar dari mulutnya adalah kata-kata penuh kebencian,
Dan walaupun yang aku lihat ialah tangannya yang menggandeng perempuan lain,
Tak apa urusan berpura-pura aku ahlinya.
11 januari 2019