Tercatat dari pertengahan tahun 2014 sampai dengan 2019 lebih dari 30 teman sepermainan, seperjuangan, termasuk seorang teman yang pernah meanggap Emak gue sebagai Mama angkat juga ikut tercyduk karena kasus narkoba.
Semuanya beragam, ada yang pemakai, kurir, dan bandar. Sangat disayangkan. Mereka itu sebenarnya bagi gue termasuk anak-anak orang berada, bahkan pekerjaannya pun di tambang batu bara, pasti bisa dibayangkan gajihnya?
Lalu pertanyaan di sini kenapa mereka sudah bergajih tinggi masih menjadi bandar maupun kurir?
Jawabannya simple, hanya 5 kata "rasa syukur tiada dalam dada".
Lalu kenapa mereka menjadi pencandu? Kalau ini beragam jawaban. Ada yang hanya sekadar untuk keren-kerenan, tuntutan pekerjaan, depresi, dan lain sebagainnya.
Apakah gue harus menjauhi atau membenci mereka? Jangan.
Jikalau mau menjauhi dan membenci juga. Jauhi dan bencilah sebencinya pada narkoba, bukan pada orangnya. Itu yang diajarkan almarhum guru gue dulu.
Kata beliau, "jangan pernah untuk membenci orang. Akan tetapi, bencilah perbuatan atau pun pekerjaannya. Miliki hati pengasih bukan pencaci dan suka merasa lebih baik pada manusia lainnya yang berada di muka bumi ini."
Padahal ini kesempatan empuk bagi gue untuk balas dendam dan mengolok-olok teman-teman yang tercyduk. Namun, gue urungkan.
Seringkali di antara 30 teman itu nginbok gue minta isikan pulsa dan pulsanya buat mereka tukar makanan maupun rokok. Padahal saat dulu mereka di luar, harta berlimpah ruah, mencapai kesuksesan yang luar biasa. Gue ditinggalkan dan sekarang dicari.
Pas 'kan jika ingin balas dendam?
Akan tetapi, gue masih mempunyai hati manusia bukan iblis.
Masih ingat tak percakapan ini yang pernah gue post.
"Kawan semoga kau sehat selalu, aku turut bahagia dengan segala pencapaianmu dan segala hal yang sudah kau dapatkan. Namun, jika kau berpikir aku ingin 'meminta pajak' atas segala hal yang sudah kau punya? haha ... bedakan lagi mana sahabat mana preman. Setidaknya hari ini aku belajar untuk tidak berubah jadi sedemikian angkuhnya hanya karena materi.
Salam dariku sahabatmu yang masih miskin.""Ya. Aamiin. Semoga kau sehat selalu juga, Bang. Karena memang, sahabat sejati bukan diukur dari seberapa banyaknya mentraktir. Akan tetapi, yang selalu mengingatkan akan sebuah kesalahan. Sepertimu, Bang. Betapa beruntungnya, aku mengenalmu. Banyak pelajaran yang bisa kuambil darimu.
Salam kembali, Bang. Dari sahabatmu di sini yang sekarang melarat."Sebagian jejak digital mereka tercyduk masih rapi tersimpan di grub kriminal, dengan wajah-wajah tertunduk muram.
Narkoba bukan saja menghancurkan masa depan, tapi juga bisa bikin nyawa lenyap.
Mulai sekarang katakan SAY NO TO DRUGS.
Berjanji pada diri sendiri dan kuatkan niat untuk lepas dari barang unfaedah itu. Ini bukan untuk siapa pun, tetapi untuk kebaikan diri sendiri.
Nikmatnya sesaat, sakitnya hingga sekarat.
Bukankah kalian tahu ini para pecandu? Bagaimana rasanya sakau itu tak enak.
Segera berbenah, renungi apa-apa yang selama ini diperbuat di dalam ruang pengap itu sembari bermunajad pada Sang Mahakuasa. Barangkali hidayah menelusup ke dalam sebongkah daging yang bernama hati.
Karena hidayah bukan untuk ditunggu, tapi diminta dan dicari sekuat tenaga. Semoga Allahu Rabbi memudahkannya.
Aamiin aamiin Allahuma aamiin.
Di Bumi, 18 Oktober 2019