Pagi itu suasana sekolah nampak ramai seperti biasanya, tak ada yang berubah, hanya saja kegiatan kejar kejaran yang biasanya terjadi setiap pagi tak lagi ada. Keenamnya berjalan bersama, meski terlihat bersama, namun sangat ketara sesuatu telah terjadi kepada mereka.
"Gue duluan" mugie melangkah menjauhi kelimanya tanpa menoleh sedikitlmpun
"Gimana cara kita bikin semuanya balik lagi"billy sudah tak tahan, sejak kejadian dirumah Mugie mereka tak terlihat seperti biasanya, walau terus bersama saat disekolah namun tak ada lagi kekacuan dan hal konyol lainnya yang mereka lakukan
"Gue pergi" dengan dingin Arga melangkah meninggalkan mereka
"Ck tau ah lelah gue lelah" dengan frustasi bagus menyusul arga menuju kelas mereka diikuti yang lain
****
Kalas nampak ramai, ada yang bergosip, menonton dari laptop, bermain game dan masi banyak lagi, berbeda dangan Mugie, gadis itu duduk di bangku pojok belakang, menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan berbantal kedua tangannya, helaan nafas kembali terdengar darinya, semuanya terasa berbeda, keadaan kelas yang ramai seakan mengejeknya.
Hampa, entah ia tak tau dengan pasti, hanya saja ada kerinduan di hati kepada sahabatnya.
Drrrtt drrrtt
Sebuah pesan masuk ke handpohonenya, dengan malas ia membukanya
DEDY : lo ditantang balapan ntar malem, kuy ga ?
MUGIE : kuy
Setelah membalas pesan singkat itu ia kembali menelungkupkan wajahnya, mengabaikan kelas yang sudah dimulai, beruntunglah sang guru tak menyadarinya, hingga bel istirahat berbunyi.
Rooftop
Dengan wajah datar, ia melangkah keluar kelas menuju rooftop, ia hiraukan tatapan para murid yang mengarah padanya.
Semilir angin menyambutnya saat menginjakan kaki di rooftop, berjalan kearah pembatas dinding, diselipkannya sebatang rokok di bibirnya, ia nyalakan dan dihisapnya pelan, ia memang perokok, namun sudah lama berhenti dan entah mengapa ia melakukannya lagi
"Kalo gue mati, mungkin semuanya akan lebih baik" monolognya sambil kebali menghisap batang nikotin itu, tak peduli bajunya akan berbau asap rokok toh takaan ada yang peduli pikirnya
Didudukkanya dirinya bersandar pada tembok pembatas, sambil memejamkan mata ia kembaki menyulut rokok, dua batang sudah ia hisap tanpa mempeedulikan jika ketahuan oleh pihak sekolah
*****
"Gue mau ke kelas mugie, ada yang mau ikut gak?" Billy bertanya pada temannya yang lain
"Kuylah, kalian ?" Jawab bagus sambil beranjak dari kursinya disusul Gaga dan juga Koko
"Lo gak ikutan ?" Koko menolehkan kepalanya pada Arga yang tetap bergeming
"Ck, tinggal aja. Mereka butuh waktu" ucap billy dan nulai melangkah menuju kelas Mugie diikuti yang lain, meninggalkan Arga yang menatap punggung mereka menjauh
Sesampainya di kelas sahabat perempuan mereka, mereka menanyakan kepada teman sekelas gadis itu kemana ia pergi dan hanya mendapat gelengan tak tidak tau
"Ahhh kemana lagi si dia, bolos ? Tawuran apa balapan?" Bilky menggerutu kesal "kapan coba tobatnya hade" lanjutnya
Mereka meninggalkan kelas dan pergi menuju kantin, saat di kantin tak sengaja Gaga melihat teman segeng Mugie yaitu Dedy, namun nihil iapun tak tau keberadaan gadis itu dimana.
****
"Kenapa?" Sebuah suara terdengar, tanpa membuka mata ka sudah tau itu siapa
"Bukan urusan lo" jawabnya dingin
"Lo ga berubah, tetep aja egois" ucap orang itu
"Ya gue emang egois, jadi lo jauh jauh dari gue, jangan sampe kejadian dulu keulang lagi" sambil tetap memejamkan mata tak lupa kembali menyulut rokoknya
"GI UDA, GA USAH NGEROKOK LAGI" dengan kesal Kris merebut rokok ditangan Mugie dan membuangnya
"Gi, semua bukan salah lo oke, gue mohon jangan gini, lo ga kasian liat ortu lo hm" sembil memegang bahu Mugie Kris berucap lembut
Kris Ferdian adalah sepupu Mugie, dulu mereka sangat dekat sebelum kejadian itu terjadi dan mengubah semuanya, Kris sangat tau apa yang sepupunya itu rasakan, namun sifat keras kepalanya itu membuatnya tak pernah mau mendengarkan nasehat Kris
"Lo tau ortu gue ga pernah peduli lagi sama gue, mereka hanya peduli sama dia, bahkan waktu gue dirumah sakit mereka ga dateng" Mugie menolehkan kepalanya pada Kris dengan tatapan terluka "jadi, ga usah nyuru gue buat perduliin mereka dan lo, ga usah sok peduli"
Setelah berkata seperti itu Kris hanya bisa diem memandang kepergian Mugie, entah apalagi yang harus ia lakukan untuk sepupu perempuan satu satunya itu
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Mugie's Diary
Teen Fictionlantunan lagu indah dalam tawa, senyum bahagia membentuk lekisan nyata. tentang aku dan mereka , tentang kita, penuh rasa mengelilingi. terimakasi sahabat