Dua

11 2 0
                                    

"Woy kebo! Bangun lo." Dito menarik selimut yang menutupi seluruh badan Nindy sambil menggerutu karena Nindy adalah type cewek yang susah bangun tidur di hari sekolah.

"Apa sih Dit, gue masih ngantuk nih." Gumam Nidny tidak jelas dengan mata yang masih terpejam. Tangan Nindy sibuk menggaruk kepalanya lalu tidak lama ia menaikan kembali selimutnya yang membuat Dito--selaku kakak kandung Nindy menggeleng pelan sambil mendelik.

"Bangun gak loh! atau gue siram pake air." karena tak kunjung bangun dan malah mendengkur lagi Dito dengan terpaksa berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamar Nindy lalu mengambil air segayung. Sesampainya di depan Nindy, Dito langsung mengguyur Nindy dengan air segayung. Reflek Nindy langsung terduduk karena tubuh dan kasur nya yang basah semua.

"Kak Dito!!?" teriak Nindy. Ia mengepalkan tangan nya gemas lalu berlari menyusul Dito yang sudah kocar-kacir di lantai bawah takut kena amukan sang adik.

Sial! Enak saja orang sedang tertidur
Pulas dengan mimpi indah nya harus di kacaukan dengan sekejap. Awas saja Nindy akan membalas itu setelah pulang sekolah, karena tidak mungkin Nindy membalas Dito sekarang pasalnya Nindy takut telat berangkat ke sekolah.

Setelah lima belas menit berlalu. Nindy menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Seperti biasa, gadis itu jarang sekali berjalan pelan di tangga.

"Eh Jun lo ada di sini?" tanya Nindy yang sudah duduk di samping Dito sambil menyumpal mulutnya dengan roti.

"Pertanyaan lo gak bermutu Nin! kalo gue gak disini, terus yang di depan lo ini siapa?" sungut Juna ngegas. Maklum sekarang awal bulan jadi gas nya masih kenceng-kencengnya.

Nindy hanya nyengir kuda, "Lo bawa sepeda kan Jun?" 

Juna hanya mengangguk karena mulutnya yang masih banyak roti membuat dia tidak bisa berbicara.

"Eh tapi gue ga bawa helm nya loh Nin, gimana ya? Bisa kena omel satpam lagi nih."

Dito yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya angkat bicara, "Sok-sok an lah lo anjir, bawa sepeda aja pake helm."

Nindy mengerucutkan bibirnya lalu menyahut ucapan kakak nya itu, "Eh pelindung kepala itu penting ya. Inget!" 

Nindy berjalan menuju lemari pantry lalu mengambil dua kantong kresek berukuran sedang.

Dito mengerutkan dahinya bingung, astaga kekonyolan apa lagi yang akan Nindy buat anak itu sering sekali membuat orang geleng kepala sama seperti lagu bang haji roma irama.

"Nih Jun buat lo satu, buat gue satu." ucap Nindy sambil melemparkan kantonh kresek tersebut.

Sepertinya otak Nindy dan Juna sejalan, karena apa yang Nindy lakukan Juna selalu langsung peka. Seperti sekarang ini, Juna langsung memakai kantong kresek itu di kepalanya sehingga terlihat menyerupai helm. Begitu pun dengan Nindy ia juga melakukan hal serupa lalu tersenyum senang.

Sedangkan Dito yang merasa menjadi mahkluk paling normal disini hanya bisa meringis pelan karena kelakuan dua kunyuk di depannya ini, "Dasar gak waras astaga!" Cibirnya sambil berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Let's go Girl!" Ucap Juna bersemangat dengan tangan yang meninju udara.

"Go Go Go!" seru Nindy dengan larian kecil nya. Biasanya mereka selalu bertiga tetapi karena Nara sudah pindah jadi tinggal mereka berdua.

Nindy menaiki pijakan sepeda Juna di belakang dengan tangan nya yang memegang bahu Juna sebagai pegangan. Bodo amat dengan cibiran orang-orang yang menganggapnya tidak waras karena menggunakan kantong kresek di kepala yang penting itu sama saja seperti helm yaitu menutupi kepala.

Filosofi CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang