Tepat pukul 07.15 malam Cio dan Nindy beranjak meninggalkan pantai. Hari sudah gelap lampu-lampu jalanan sudah di nyalakan yang menambah kesan indah pada malam hari. Cio berjalan beriringan dengan Nindy yang sibuk memakai jagung bakar hasil patungan yang di beli nya tadi. Sesekali Cio juga ikut menggigit jagung bakar tersebut.
"Menurut gue ini jagung bakar tereenaakkkk di pantai ini." ucap Nindy dengan memanjangkan kata 'enak' nya.
Cio menoleh, pandangan nya sedikit turun karena tinggi badan Nindy hanya sebatas dagu nya.
"Iya lah terenak, kan yang jualan jagung bakar disini cuma abang itu doang."
Nindy nyengir menunjukan deretan gigi nya yang rapi dan terkesan imut.
"Nin."
"Apa?"
"Makan dulu yuk di angkringan depan sana." Cio menunjuk salah satu angkringan yang lumayan ramai di kunjungi malam ini, Cio pernah dengar kalau makanan di sana enak-enak.
"Gaskeun." Ucap Nindy dengan logat sunda sambil berjalan mendahului Cio, soal makanan Nindy tidak akan menolak dia yang akan berdiri di garis terdepan. Sedangkan Cio di belakang sana hanya menggeleng sambil terkekeh pelan.
Setelah memesan menu, Nindy dan Cio memelih tempat di ujung sana yang tidak terlalu ramai supaya mereka bisa makan dengan tenang.
"Terima kasih Bli." ucap Cio kepada pedagang tersebut yang sudah membawakan pesanan mereka.
Nindy yang terlebih dahulu berdoa dan langsung menyantap makanan nya dengan lahap, ia belum pernah makan disini sebelum nya. Menurutnya ini makanan sederhana namun rasanya luar biasa enak.
Cio yang tadi nya hanya memperhatikan Nindy makan kini ia ikut menyantap makanan nya.
"Cio?" tanya Nindy setelah makanan yang di kunyah nya habis.
"Hm."
"Lo lebih milih dicintai atau mencintai?"
Cio meminum es teh nya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Nindy.
"Kalo gue jelas pilih mencintai. Karena apa? Karena gue cowok, jadi gue gak akan ngebiarin dia jatuh cinta sendirian." Jelas Cio.
Nindy tersenyum, andai saja Arkan seperti Cio yang lebih menghargai perempuan.
"Kalo misalkan cewek itu suka sama lo dan elo gak suka gimana?"
Cio mengedarkan pandangan nya ke langit ia jadi mengingat awal pertemuan dia dengan ibu angkatnya. Awalnya Cio tidak mau tapi seiring waktu berjalan Cio menjadi salah satu anak yang paling beruntung karena di sayangi oleh wanita paling baik menurutnya. Dulu sebelum ibu angkatnya pergi, Cio punya keluarga yang utuh dan harmonis. Tidak seperti sekarang, semuanya telah hancur karena adik tiri nya merasa tersaingi.
"Lo tau istilah cinta datang karena terbiasakan? Gue bakal ikutin alurnya meskipun gue gatau takdirnya bakal kayak gimana, tapi gue yakin tuhan udh siapin rencana yg luar biasa."
Nindy speechless mendengar kata-kata tak terduga dari mulut Cio. Ia beruntung bertemu dengan Cio dan berteman dengan nya.
"Orang yang akan di cintai sama lo pasti ngerasa bahagia banget karena elo bukan hanya tau caranya mencintai tapi lo juga tau caranya menghargai." Ucap Nindy kagum kepada Cio, selama ini dia belum menemukan orang seperti Cio.
"Kalau elo orang nya gimana?" pertanyaan singkat tapi mampu membuat Nindy tersentak kaget. Matanya terbelalak jantung nya juga ikut berdegup lebih kecang tidak seperti biasanya.
Hening sesaat, mata Cio dan Nindy bertemu seolah ada yang mengunci pandangan nya untuk tidak tidak beralih sedikitpun. Cio menatapnya dalam sambil tersenyum membuat kadar ketampanan nya meningkat. Siapa yang tidak baper jika di tatap seperti itu.
Cio menangkup wajah mungil Nindy dengan satu tangan nya yang membuat wajah Nindy tertutupi sambil tertawa karena ekspresi Nindy yang lucu dan menggemaskan. "Serius amat lo hahaha."
Nindy mengembulkan pipinya, bibirnya ikut mengerucut. Ia pikir Cio serius dengan ucapan nya.
"Gue rasenggan mampus loh!" Nindy menepis tangan Cio dari wajah nya lalu Nindy maju sedikit dan mengeluarkan jurusnya, yaitu mencubit pinggang Cio dengan gemas yang membuat si empu pemilik pinggang itu meringis.
"Itu bukan jurus rasenggan, tapi jurus capit encok." Ujar Cio sambil berusaha menjauh dari Nindy takut kena jurus capit encok andalan Nindy.
"Dan biasanya yang punya jurus itu cuma nenek-nenek." lanjutnya mengejek Nindy yang sekarang sudah bertolak pinggang bersiap mengeluarkan jurusnya kembali.
"Ishh Cio ngeselin!" pekik nya lalu menerkam Cio yang tengah tertawa.
"Aduhh pinggang gue beneran encok dah nih." ringis Cio setelah berkali-kali terkena jurus andalan Nindy.
"Mampus lo, siapa suruh ngelawan cewek cantik kayak gue." Nindy tertawa puas melihat Cio di depan nya tengah mengusap-usap pinggangnya.
"Iyain. Ayo pulang udah malem, nanti gue dikira nyulik anak perawan lagi." Cio berdiri bersiap untuk pulang ia juga memasukan ponsel nya kedalam tas.
Kali ini mereka tidak patungan tapi Cio yang mentraktir Nindy karena katanya ini ucapan terima kasih karena Nindy sudah menjadi teman baiknya.
Di perempatan jalan mereka harus berpisah karena jalan rumah mereka yang tidak searah. Bukan nya Cio tidak ingin mengantarkan Nindy pulang tapi karena Nindy sendiri yang menolak Cio mengantarnya. Nindy kasihan kepada Cio jika harus mengantarkan nya pulang terlebih dahulu yang artinya Cio harus berjalan lebih jauh lagi. Nindy tidak masalah jika harus pulang sendiri toh, Nindy sudah terbiasa.
Walaupun berjalan kaki tapi ini lebih indah daripada menaiki mobil mewah ataupun motor sport. Dengan berjalan kaki mereka lebih banyak mengobrol, bercanda dan menikmati hembusan angin yang menerpa. Lagipula para touris dan wisatawan disini juga banyak yang berjalan kaki untuk lebih menikmati alam dan mengurangi polusi udara.
"Gue punya satu pesan buat lo sebelum lo tidur."
"Apa?" tanya Nindy.
"Jangan kebayang wajah gue yang ganteng ya sebelum lo tidur." Ucap Cio sambil tertawa.
"Siapa juga yang kebayang muka lo, ada juga elo kali." sunggut Nindy bersedekap dada.
"Yaudah. Sana pulang hati-hati di jalan." ucap Cio sambil menepuk-nepuk puncak kepala Nindy.
"Dahhh jangan kangen ya man!" teriak Nindy yang sudah berjalan lumayan jauh dari Cio sambil melambaikan tanganya.
Cio tertawa sambil membalas lambaian tangan tersebut.
Dasar gadis ceria tapi bucin. Kata Cio dalam hati.
-------------
Mon maaf klo ga ngefeel, masi amatiran. Wkwk. Semoga suka ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Cakrawala
أدب المراهقينNindy mencintai Arkan, tapi arkan tidak mencintai Nindy. Nindy mendekati tapi Arkan menjauhi. Hilang nya Nindy pun tak akan dicari, perginya Nindy tak akan Arkan tahan, begitupun hadirnya Nindy tidak akan pernah di nanti. Ternyata sesakit itu cinta...