Encounter

18 2 0
                                    

Seorang wanita berdiri dengan wajah menahan kesal sembari berada di samping mobil putih miliknya. Kepalanya mendongak dengan ponsel yang setia menempel pada telinganya, ia sedang menelfon jasa derek mobil.

Terpaksa ia harus naik transportasi umum, beruntung ada taksi yang lewat didepannya. Segera diberhentikannya taksi itu namun, saat hendak meraih handle mobil itu ada sebuah tangan yang juga meraihnya.

Ternyata seorang pria kemeja hitam dengan snelli putih tersampir di lengan kirinya.
"Eh maaf dik, saya ga lihat tadi silahkan." Ujar pria itu sembari mundur beberapa langkah mempersilahkan gadis disampingnya masuk ke dalam taksi.

'Aileen' ujar pria itu dalam hati setelah melihat ID Card yang ada didepan dada gadis tersebut. Dalam hati Aileen kesal sebab pria itu memanggilnya 'dik' padahal usianya kini menginjak 26 tahun.

"Oke, makasih om" ujarnya dengan nada sinis. Lalu masuk kedalam taksi, membiarkan pria itu menganga karna terkejut atas panggilannya barusan.
Setelah mobil itu berlalu si pria hanya tersenyum dengan pandangan heran.
.
.
Langkah terburu-buru Aileen menampakan ke khawatirannya akan telat namun tidak dengan ekspresi pada wajahnya yang terkesan cuek dan datar.

Begitu memasuki lift seseorang menepuk bahunya ialah Rafa partner kerja Aileen. "Telat lagi Lin?" Tanyanya retoris sekedar basa-basi. Yang ditanya hanya memutar bola mata malas.

"Dari pada ngejek gue mending lo kerjain tugas RAB sama desain lo udah Deket deadline gini, eh tapi ga usah deh biar lo cepet di pecat." Ujarnya sarkas.
"Mulut lo Lin udah macam cabe-cabean kampung! Sembarangan." Bentak Rafa tak terima.
Setelah lift terbuka Aileen langsung melenggang tanpa memperdulikan Rafa yang masih mencak-mencak.

"Lin lo di suruh pak juno survey ke proyek labolatorium RS Medika Center!" Ujar salah satu teman kantor Aileen. "Kapan?" Tanya Aileen. "Ya sekarang lah~" jawab temannya dengan nada yang menyebalkan.
"Ck, emang ga ada tenangnya hidup tuh manusia. Bisa aja bikin gue susah." Gumam Aileen sambil kembali melangkah pergi.

Begitu sampai di proyek Aileen langsung melakukan tugasnya dengan cekatan setelah itu ia berbincang sedikit di ruang pribadi direktur rumah sakit.

Tak mau mengobrol lebih lama ia pamit undur diri dan pergi dari ruang pribadi direktur, sampai ia menyadari perutnya keroncongan.

Begitu melihat jam ditangannya nampak jarum telah menunjukkan pukul 12:30 tanpa menunggu lebih lama Aileen pergi menuju kantin rumah sakit, namun saat hendak melangkah tiba-tiba bunyi barang jatuh membuatnya menoleh.
Rupanya seorang dokter yang berlari tidak sengaja menjatuhkan tumpukan berkas.

Aileen langsung membantu memunguti berkas tersebut.
"Terimakasih." Ujar dokter itu.
"Sama-sama." Balas Aileen dengan senyumannya.
Sang dokter kembali melangkah, begitu juga dengan Aileen. Sampai pada langkah ke lima dokter itu berbalik menatap Aileen yang memunggunginya, menyadari sesuatu.
Seulas senyum terukir di bibir tipisnya. Pria dengan name tag bertuliskan nama 'Adrian syam' pada snelli-nya.
.
.
Saat Aileen makan di kantin rumah sakit hujan turun dengan derasnya, bahkan kilat ikut menyertai tetesan air tersebut.

Aileen hanya dapat mendesah pasrah, terpaksa ia harus menunggu hujan reda terlebih dulu berhubung mobilnya sedang di service.

Tadi pagi setelah taksi yang ditumpangi Aileen melaju ia langsung menghubungi bengkel mobil langganannya untuk memperbaiki mobil kesayangannya itu.

Setelah Aileen selesai makan, ia masih menunggu hujan yang belum kunjung reda.

Lalu seorang pria dengan snelli bertengger di lengan kanannya duduk dengan santai di seberang Aileen, mereka hanya terhalang sebuah meja makan di depannya.

Si pria memesan minuman pada pelayan kantin lalu perhatiannya beralih pada Aileen, sang pria tersenyum manis dan menyapa.
"Hai, kalo enggak salah kita yang ketemu tadi pagi kan? Nama saya Adrian" ujar Adrian ramah dan mengulurkan tangannya.
Aileen mengerutkan keningnya, berpikir keras dimana ia bertemu orang ini.

Walaupun tidak ingat Aileen tetap menjabat tangan Adrian "Aileen tapi saya gak ingat kita pernah ketemu sebelumnya" jawab Aileen jujur membuat tawa kecil keluar dari bibir Adrian.
Aileen merasa sedikit tersinggung dengan tawa Adrian langsung melontarkan pertanyaan "kenapa ketawa?" Adrian membalas dengan tenang "gapapa, lucu aja. Jawaban kamu jujur banget." Aileen hanya mengangguk tidak peduli.

Hening. Tak berselang lama minuman yang Adrian pesan sampai dan diminum Adrian hingga tinggal setengah.
Aileen masih berfokus pada handphonenya, sebab pesan dari atasannya menyuruhnya segera kembali ke kantor padahal hujan masih terus turun.

Adrian yang terus-menerus mendengar suara notifikasi dari handphone perempuan didepannya mulai penasaran.
"Keliatannya lagi buru-buru, kalo mau saya bisa antar kamu. kebetulan mobil saya baru aja di balikin teman siang tadi, lagi gak tugas juga hari ini, cuman ngasih dokumen pasien aja barusan. Gimana?"

Aileen tentu menolak. Mana mungkin ia menumpang pada orang asing yang baru ditemuinya tadi. "Ga usah, saya naik taksi atau bus aja" Jawab Aileen sembari bangkit dari duduknya tanpa menunggu balasan dari pria di depannya ia permisi dan melenggang pergi.

Adrian si pria yang ditinggal hanya mengamati punggung sang gadis yang menjauh dan menghilang dibalik tembok.
Tiga jemari Adrian mengacung disertai gumam kecil dari mulutnya. "Tiga kali pertemuan"
.
.
To be continue-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ms. Eng And Mr. psyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang