Pusaka Indonesia

238 47 6
                                    

Hujan rintik-rintik mengingatkan Mayor Laut TNI Ganendra Tuma Darsa,seorang TNI yang mengabdikan hidupnya untuk negara di Matra Angkatan Laut,kepada anak tunggalnya,Sandya, yang akan berulang tahun tepat minggu depan."Mayor!" seru Letnan Satu Laut TNI Nayaka Sandra,seorang ajudan sang Mayor,seraya memberikan PPM (Peraturan Penghormatan Militer) kepada Mayor Laut itu yang tampak sedang termenung.Sang Mayor membalas PPMnya dengan memberikan hormat pula kepada sang ajudan."Ada apa,Letnan?" Tanya Ganendra."Ini,surat panggilan tugas langsung dari Panglima TNI,Mayor!" balasnya dengan gemetaran sambil memberikan surat itu."Tenanglah,Letnan Satu!" seraya menegaskan pangkat yang disandang perwira pertama,yang seharusnya dapat mengendalikan emosi agar dapat memimpin bawahan dengan baik."Panggil tim agar bersiaga!" balas Ganendra."tim telah bersiaga Mayor,mereka di dek BC-15." Balas Nayaka."baiklah" jawab Ganendra seraya pergi ke dek BC-15,diikuti oleh sang ajudan.Sesampainya mereka di depan pintu geladak itu,mereka mendengar suara para prajurit Detasemen Jalamangkara,biasa dikenal dengan nama Denjaka,sedang bersenda gurau.Denjaka adalah sebuah Detasemen khusus penanggulangan teror aspek laut,para prajurit Denjaka dididik khusus dan berfungsi untuk operasi anti teror,anti sabotase dan operasi klandestin maupun operasi-operasi khusus lainnya."Selamat malam semuanya!" seru sang Mayor dengan suara yang lantang.Seluruh tim yang hanya terdiri dari 10 orang berdiri dan memberi PPM kepada sang Mayor."Panggilan tugas untuk kita,melaksanakan operasi khusus pembebasan sandera asing dan pribumi,serta merebut kembali wilayah pelabuhan yang dikuasai teroris di area pantai Sibolga,Sumatera Utara,kita akan berangkat 5 jam lagi,gunakan waktu kalian dengan baik,ingat,ini adalah operasi khusus,rahasiakan ini dari semua orang,termasuk keluarga kalian sendiri,bubarkan!" kata Mayor seraya melihat para prajurit itu bersemangat dengan tugasnya untuk mengamankan negara ini.

                               ***

"Kau melihat sesuatu,Letnan?" tanya Ganendra selagi menghentikan perahu di sebuah pantai yang sepi dekat area target.Saat itu larut malam sehingga seluruh tim operasi terpaksa menggunakan Night Vision selagi membawa persenjataan lengkap di tubuh tiap personel."Lapor Mayor! Saya melihat sekumpulan teroris bersenjata lengkap arah jam 7.8 penjaga pintu,13 penjaga sandera,dan dilantai 2 terdapat 20 orang penjaga dengan 1 orang sedang berjaga di depan monitor CCTV,menurut data,dialah yang memimpin seluruh teroris,beserta 6 Sniper siaga di tiap sudut lantai atas bangunan,laporan selesai!" seru Nayaka seraya memberikan data visual lengkap kepada Ganendra.Ganendra berjalan menuju tim yang sedang mengambil posisi "istirahat gerak" dalam Peraturan Baris Berbaris (PBB)."Prajurit harus takut jika tugasnya tidak dilaksanakan dengan baik,martabat bangsa sedang dipertaruhkan disini,lebih baik mati dalam medan pertempuran dari pada gagal dalam tugas.Laksanakan tugas sebaik mungkin.Selamat bertugas Prajurit Nusantara,semoga Tuhan menyertai kita." Kata sang Mayor yang berusaha menyemangati anak buahnya."Ingat tidak ada yang boleh tahu tentang operasi ini,mungkin ini adalah tugas akhir kita,tidak ada yang tahu,"Hantu Laut" begitulah mereka menyebut kita,Denjaka!" tambah sang ajudan."Denjaka!" seru seluruh tim.Tiba saatnya mereka melaksanakan tugas.Mereka bergerak seperti hantu,tak satupun dari teroris itu tahu mengenai kedatangan mereka.Mereka bergerak mengendap dan menusuk bahkan hanya mencekik,penjaga pintu pun tumbang.Mereka tidak menggunakan senjata tajam sama sekali,setidaknya belum.Salah seorang sandera yang terikat dipinggir kaca melihat mereka bergerak,karena saking senangnya,ia berteriak dan membuat para teroris itu bersiaga.Para prajurit pun terpaksa menggunakan senjata dan terjadi baku tembak.Ganendra yang tidak mengetahui dirinya dibidik oleh sniper,karena sedang sibuk membebaskan para sandera pun tertembak dibagian bahu dan beberapa tembakan di perut.Hanya ia sendiri di ruangan sandera,para prajurit lainnya sedang menahan teroris dan beberapa juga ada yang tertembak.Dokter militer yang sedang mengobati Letnan Satu Nayaka yang tertembak dibagian lengan pun langsung bergegas menghampiri sang Mayor."Tidak!biar anak muda itu dulu yang engkau selamatkan,perjalanannya masi panjang." Sang Mayor menolak."Tapi Mayor,kau akan kehabisan darah,saya khawatir akan keselamatanmu!" kata dokter militer itu."ini perintah!" tegas Ganendra."Siap!" kata dokter militer itu sambil bergegas mengobati kembali Letnan Satu Nayaka yang tertembak."Tidak!mengapa harus saya dulu?!ini hanyalah luka ringan,selamatkan Mayor dahulu!" sang ajudan mengahawatirkan Ganendra yang terlihat lemah itu."Ini perintahnya,dan luka itu bukanlah luka ringan!".Tiba-tiba,Ganendra melihat seorang teroris yang sedang membidik kedua orang itu menggunakan senapan.Sontak,Ganendra berlari dengan dengan darah yang tak henti keluar dari tubuhnya,dan melindungi kedua anak muda itu.Teroris itu menembakkan seluruh pelurunya sampai habis.Selagi mengisi ulang senapannya,dengan paksa,Ganendra membidikkan dan menembak kepala si teroris itu,lalu terjatuh,kemudian Nayaka yang lukanya telah diobti langsung menghampiri Ganendra yang sekarat."Untuk Indonesia,janganlah kau menyerah!" kata Ganendra sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, kepada kedua prajurit yang sedang berada di ruangan itu dengan mayat teroris itu tergeletak beberapa meter dengan mereka.Sang ajudan mengeluarkan air mata dan lanjut berperang dengan teroris dengan semangat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya,semangat yang dibuat oleh emosinya saat ini.Setelah semua teroris dikalahkan,semua sandera selamat,dan pelabuhan diambil alih,mereka pulang menggunakan kapal dengan nestapa karena harus kehilangan pemimpin mereka.Nayaka merasa bersalah karena tidak dapat membawa jasad sang Mayor yang hangus terbakar di hotel.Hotel itu meledak karena gas yang sedang bocor tertembak oleh salah satu teroris.Untungnya seluruh prajurit,kecuali sang Mayor,selamat.Ia menyalahkan dirinya sendiri karena lalai melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai ajudannya.Nayaka menghirup udara segar di lautan luas dan merenung.Ia ingat bahwa Mayor Laut itu pernah berpesan jika ia mati ketika bertugas,saat upacara pemakaman militernya,untuk mengambil keranjang merah putih yang berada di geladak pribadinya dan memberikannya kepada putranya.Itu adalah pusaka yang akan menyembuhkan Indonesia dari penyakitnya saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pusaka IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang