03. salah paham?👀

1 0 0
                                    

Juna masih berdiam diri di lobby rumah sakit. Tadi lucas mengirimi alamat ruang Gina, tapi ia merasa gugup untuk kesana.

"Huh, kau hanya menjenguk juna. Bukan untuk melamar Gina. Yang harusnya gugup itu kakak yang tadi, bukan kamu." Sugesti Juna.

Terlalu sibuk mensugesti diri, Juna tak sadar banyak orang yang berlalu lalang melihatnya bicara sendiri.
.
.
.
Ruang Mawar no. 127

"Ini untuk mu, maaf aku baru menjengukmu sekarang." Juna mendengar ada suara lain di ruangan Gina.

Seorang laki-laki memberi Gina karangan bunga mawar

Seorang laki-laki memberi Gina karangan bunga mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, ada yang sedang menjenguk juga. Lebih baik aku menunggu sebentar." Juna dapat melihat senyum Gina. Senyum paling bahagia dari senyum yang Juna lihat biasanya.

"Kenapa ia tak pernah memberiku senyuman seindah itu? Apa Gina laki-laki itu?" Gumam Juna.

"Sepertinya laki-laki itu akan lama." Juna meletakkan 2 tangkai bunga tulipnya di depan pintu. "Semoga saja kamu melihatnya, dan jangan sampai terinjak orang."

Juna memilih untuk pulang dan beristirahat.
.
.
.
"Gin, aku harus pulang. Mama pasti sudah menunggu," pamit laki-laki yang sedari tadi menemani Gina di kamar inapnya.

"Cepat sekali kamu pulang. Salam untuk tante dan om ya."

"Iyaa, akan ku sampaikan. Dah, haris pulang dulu." Haris keluar kamar inap Gina.

Baru buka pintu, ada 2 tangkai bunga tergeletak di depan sepatu haris.

"Gin, sepertinya ini untukmu." Haris memberikan 2 tangkai bunga tulip merah itu.

"Wah, tulip merah. Makasih."
.
.
.
30 menit setelah haris pulang, dokter Sam datang untuk mengecek keadaan Gina.

"Hai gina, bagaimana keadaan mu? Merasa lebih baik?" Sapa dokter Sam.

"Bagaimana acara lamaran mu dok? Berhasil?" Tanya Gina antusias.

"Aku bertanya dan kau balik bertanya." Dumel dokter Sam.

"Aku merasa lebih baik setelah makan dan minum obat. Sekarang dokter jawab pertanyaan ku," ujar Gina.

"Baiklah. Ada sedikit masalah, tetapi lamaran berjalan lancar dan dia menerima lamaranku." Ucap dokter Sam bahagia.

"Selamat dokter, semoga lanjut sampai tahap selanjutnya."

"Amin."

"Uh? Tulip? Tadi pagi aku tidak melihat ada bunga tulip." Ujar dokter Sam saat melihat bunga tulip di dalam vas yang ada di atas meja nakas.

"Memang, tadi haris menjengukku, dan saat ia pulang, di depan pintu kamar ada 2 tangkai bunga tulip. Sepertinya ada yang menjatuhkannya," Jelas Gina.

"Menurutku, siapapun itu dia ingin kamu yang memilikinya," ujar dokter Sam.

"Iya, menurutku juga begitu."
.
.
.
Setelah 3 hari meliburkan diri, Gina hari ini masuk sekolah.

"Ginaaaa, aku kangen. Aku duduk sendiri selama kamu sakit." Ujar Reina.

"Iya Gina, aku pusing karena tugas dan PR yang nemumpuk. Kalau kamu masuk, mungkin PR ku sekarang sudah selesai semua." Ujar Lucas. Yang diangguki Mark dan Reina.

"Ih, kalian ini."
.
.
.
Sudah 3 hari semenjak Gina sekolah, Juna tidak mengganggu lagi. Juna jadi lebih pendiam? Atau Juna menjauh dari Gina?

"Rei, Juna kenapa ya? Saat berpapasan denganku ia memalingkan wajah. Aku buat salah?" Ujar Gina.

"Hm? Juna baik-baik saja. Saat kamu ke toilet, dia bertanya rumus Matriks padaku." Ujar Reina.

Juna menjauhi ku - batin Gina
.
.
.
Saat jam pulang sekolah, Gina memberanikan diri untuk bertanya pada Juna.

"Juna, bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan." Ucap Gina.

"Boleh. 10 menit." Jawab Juna datar.

"Emm, apa aku buat salah? Kenapa belakangan ini kamu menjauhi ku?" Tanya Gina.

"Tidak, aku tidak mau mengganggu pacar orang. Nanti aku dianggap perusak hubungan orang." Jawab Juna.

Alis Gina mengeryit bingung. "Pacar? Maksudmu aku? Aku berpacaran dengan siapa?" Bingung Gina.

"Kok kamu bertanya pada ku? Kan kamu yang berpacaran. Aku melihatnya saat ingin menjengukmu." Ujar Juna.

"Hm? Oh! Kau yang memberiku bunga tulip merah? Kenapa tidak masuk?"

"Kau mengalihkan pembicaraan Gina."

"Oke, maksud kamu Haris? Dia bukan pacarku, aku tidak punya pacar. Dia tetangga ku sejak kecil, dia murid kelas XI IPS 4, kamu tidak tahu?" Jelas Gina.

"Dia satu club denganku, bagaimana mungkin aku tidak tahu. Aku kira kamu menyukainya. Ralat, aku kira kalian saling menyukai."

"Kenapa kamu bisa berasumsi bahwa kami saling menyukai?" Tanya Gina.

"Sudah 10 menit. Pembicaraan selesai." Juna keluar kelas meninggalkan Gina sendirian.

"Juna, jawab aku! Jangan tinggalkan aku!" Teriak Gina memanggil Juna.

Tulip⚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang