Penantian itu.

439 17 1
                                    

Di pagi hari yang cukup cerah ini, banyak orang yang menjadi saksi bahwa ada dua orang remaja yang saat ini sedang berlari bersama dan kadang diselangi oleh canda tawa.

"Istirahat dulu yuk, capek nih." Ujar Risa. Natasya hanya mengangguk. Lalu mereka berjalan menuju kursi taman.

"3 minggu lagi kita pisah ya," ucap Risa, sembari meluruskan kakinya.

"Ya iyalah, emang kamu mau kalo gak lulus?" Risa yakin itu hanya candaan agar dirinya terhibur.

"Maksud aku bukan itu, Natasya." Natasya hanya terkekeh. Risa memutar bola matanya.

"Iya, aku ngerti kok maksud kamu. Tapi, kalo kita gak pisah, kita gak akan tau lebih banyak tentang dunia luar." Jawab Natasya. Risa mengernyitkan keningnya, heran. Natasya yang mengerti langsung membuka mulutnya kembali.

"Maksud aku, kalo kita gak pisah, kita gak akan punya pengalaman baru. Paham?" Risa mengangguk mengerti.

"Kita pulang yuk? Udah siang, aku laper." Ujar Risa, sembari menepuk pelan perutnya. Natasya terkekeh, lalu mengangguk. Mereka pun pergi dari taman.

~...~

"Kami pulang." Seru Natasya dan Risa bersamaan.

"Cepat mandi, setelah itu segeralah makan." Ujar Nia--ibu Natasya. Natasya yang mendengarnya langsung mengangguk. Lalu pergi menuju kamar Natasya, disusul oleh Risa.

Risa memang suka menginap di rumah Natasya, begitupun dengan Natasya. Terkadang mereka dipanggil dengan panggilan 'anak kembar'. Padahal tidak ada ikatan darah sama sekali. Tanpa disengaja, tas, sepatu, jam tangan, dan ikat rambut milik mereka terbilang sama.

Mungkin pertemanan mereka terjalin karena hal itu. Dan terkadang mereka tertawa bila mereka saling melihat penampilan satu sama lain. Mirip. Satu kata yang terlontarkan setelah mereka saling menatap.

~...~

Seusai mandi, Natasya bisa melihat Risa yang saat ini sedang mengeringkan rambut nya. Natasya pun memutuskan untuk menghampiri nya. Ris ayang bisa melihat dengan jelas Natasya di pantulan cermin, langsung tersenyum.

"Mau aku keringin?" tawar Risa. Natasya hanya menggaruk-garuk tengkuknya. Ia merasa bodoh, karena tidak bisa memakai alat pengering rambut, yang saat ini sedang Risa genggam.

"Mau atau enggak?" tawar Risa, lagi. Natasya langsung mengangguk dengan semangat.

"Ya udah cepet sini!" Ujar Risa, sembari menepuk kursi yang tadi ia duduki. Natasya mengangguk. Lalu menghampiri Risa, dan duduk dikursi.

~...~

Hari ini, teman-teman Natasya dan Risa bisa menghela nafas nya, begitupun dengan mereka. Mengapa? Karena mereka semua--siswa dan siswi kelas IX--sudah mengerjakan soal UN yang terakhir.

Besok adalah hari perpisahan. Jika sudah mendengar kata 'perpisahan' pasti ada perasaan sedih. Namun, rasa sedih itu bercampur menjadi senang karena mereka sudah mengerjakan semua soal UN.

"Dua minggu lagi kita wisuda." Gumam Risa. Natasya yang mendengar nya hanya mengangguk.

"Semoga kita lulus." Ucap Natasya, sembari tersenyum. Risa tidak menjawab nya, selain tersenyum.

~...~

Dua minggu sudah dilewati oleh Natasya, Risa, dan semua teman-teman nya. Saat ini, hari ini, adalah waktu yang sebenarnya untuk berpisah. Rasa tegang, tidak sabar, dan penasaran terasa oleh semua siswa-siswi kelas IX. Setelah menunggu--cukup--lama, semua siswa-siswi kelas IX bersorak riang, karena mereka dinyatakan...

Cerita Pendek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang