Baseball

53 15 8
                                    

Meira tersenyum kagum saat melihat Boby berhasil memukul bola hingga jauh. Meira begitu memperhatikan permainan baseball boby sampai dia tidak sadar bahwa Ayu sudah berada di sampingnya.

“Asyik banget sih, sampe nggak sadar kalau ada gue.” kata Ayu

“Hai yu, nggak kok. ini permainan tim baseball sekolah kita makin hebat ya.” sahut Meira.

“Tim baseball atau Boby yang hebat?” goda Ayu.

“Tim baseballnya lah, Ayuuu.”

“Sampai kapan sih lo mau nutupin perasaan lo ke Boby,  udah 4 tahun lho, Mei .” Ayu seolah mengingatkan Meira  tentang rasa cintanya pada Boby.

“Entahlah Yu, mungkin nggak akan pernah gue ungkap. Biar gue simpan semua ini sendiri aja. Gue cuma pengen seperti bintang, yang selalu ada meskipun nggak selalu terlihat.”

“Meira… lo udah sering sakit hati karena dia, apa lo nggak ngebutuhin balasan?” Ayu tampak heran.

“Rasa cinta gue ke dia besar banget Ayu.. , sampai gue nggak bisa bedain antara sakit hati dan cinta. Melihat dia bahagia aja gue udah ikut seneng kok. Untuk apa sih dia sama gue kalau dianya enggak bahagia.” jawab Meira tulus.

“Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo, Mei. ” kata Ayu akhirnya.

“Lo nggak harus ngerti Ayu, lo cukup jaga rahasia ini aja. Udah deh nggak usah ngomongin ini.” pinta Meira.

Ayu hanya mengangguk. “Gue akan bantuin lo semampu gue, Mei.”
batin Ayu.

Siang ini kelas Meira kosong, tanpa tugas. Meira memutuskan pergi ke perpustakaan seorang diri. Meira memang paling suka membaca buku. Sikap ini sangat bertentangan dengan sahabatnya, Ayu. Jadi Meira selalu pergi ke perpustakaan tanpa sahabatnya itu.

Meira duduk tepat di sudut kiri perpustakaan setelah selesai mencari buku yang diinginkannya. Kebetulan perpustakaan sepi saat itu. Suasana perpustakaan seperti itu yang Meira suka. Dan Meira hanya menempati meja panjang itu seorang diri. Saat tengah asyik membaca buku, Lia merasa seperti ada orang yang berjalan ke arahnya. Meira lantas mendongak. Matanya beradu dengan mata seseorang. Sepersekian detik hanya seperti itu sampai akhirnya orang itu menyapa Meira lebih dulu.

“Hai Meiraa, sendirian aja ya, boleh gue duduk di sini?” tanya cowok bernama Boby menunjuk kursi yang ada di hadapan Meria.

“Eh, ehm.. iya nih, duduk aja bob...” jawab Meira tergagap.

“Tumben sendiri, biasanya kemana-mana sama Ayu.” kata Boby seraya duduk di hadapan Meira.

“Ayu kan anti banget sama perpustakaan, lo sendiri tumben ke perpus.”
“Males aja di kelas, jam kosong gini kalau nggak dimanfaatin kan sia-sia.”
“Iya sih, kelas lo jam kosong juga ya. Kenapa nggak maen baseball aja?”
“Enggak deh,Mei, ntar si nenek lampir ngerecokin gue.”
“Nenek lampir? bukan Nini kan yang lo maksud?”

“Ya dia lah, Mei.  Siapa lagi coba yang selalu ngekor gue kalau bukan dia.” kata Boby kesal.

“Lho, gue kira kalian pacaran. Selama ini kan kalian selalu barengan terus.” ujar Meira heran.

“Ogah gila’ pacaran sama orang kayak gitu, bukannya cinta tapi malah ilfeel. Lagian udah ada seseorang yang ngisi hati gue.” kata Boby serius.

“Oh gitu, lo pasti cinta banget ya sama dia sampai Nini yang secantik itu aja lo tolak.” suara Meira bergetar.

“Iya gue cinta banget sama dia, tapi sayang gue cuma bisa jadi bintang. Bintang yang selalu ada tapi nggak selalu nampak di matanya. Walaupun kebahagiaannya bukan sama gue, tapi gue ikut bahagia kok.”Boby berkata tulus.

Meira terdiam. “Kenapa ucapan Boby seperti ucapan gue ya?" Meira bertanya dalam hati.

“Eh.. , kok malah ngelamun sih. Lo nggak papa kan?” Boby menyadarkan Meira.
“Eh, enggak kok. Gue cuma ngebayangin gimana sakitnya lo setiap liat cewek itu jalan sama cowok lain.” dusta Meira.

“Gue cinta banget sama dia Mei.. , sampai gue nggak bisa bedain sakit hati sama cinta.”

Meira merasakan matanya mulai memanas. Ucapan Boby begitu terasa di hatinya. Semua ucapan Boby seperti sebuah parang yang menggores hatinya. Ucapan Boby seperti sebuah sindiran yang ditujukan padanya.

“Ehm, Bob, gue duluan ya.” pamit Meira sebelum air matanya tumpah di depan Boby.

Boby ingin menahan kepergian Meira,  namun dia mengurungkan niatnya. Boby menyadari ucapannya telah melukai hati Meira. Boby memang sengaja mengucapkan semua itu untuk menyadarkan Meira bahwa Meira harus menunjukkan perasaannya pada Boby. Boby telah mengetahuai semua rahasia yang disimpan rapat oleh Meira selama 4 tahun semenjak dia SMP hingga kini dia sudah akan lulus SMA.

---

Dont forget to vote and comment

Seperti BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang