Pintu Kecil Tuan

50 2 0
                                    


Tok, tok, tok
Suara ketukan ringan itu menjalar secara menyeluruh ke seisi ruangan yang tidak terlalu besar itu.

"Iya? Siapa di sana?" Ada suara mungil yang menyahut dari dalam.

"Apakah itu kau tuan?" Lanjutnya lagi dengan nada yang penasaran.

"Iya ini aku." Jawab tuan dengan nada lembut dan tersenyum, namun senyumnya tak dapat dilihat dari balik pintu kecil yang tertutup rapat.

"Tuaannn! Aku rindu padamu, sudah lama sekali kau tidak menemuiku." Teriaknya terdengar sangat menggemaskan yang memekik dari dalam.

"Hehe, iya maaf. Aku juga rindu padamu. Kau apa kabar?" Ujar tuan.

Pembicaraan itu tersekat oleh pintu kecil yang catnya sudah tua juga engselnya yang sudah usang dan berkarat. Itu adalah pintu yang sudah sangat lama terkunci dan tertutup rapat.

"Aku di dalam sini baik-baik saja tuan, Tuan sendiri bagaimana? Apakah kali ini tuan datang bersama seseorang? Hihihi." Kekehnya yang tertahan itu sungguh menggemaskan di telinga tuan.

"Eh? Hahah. Tidak, tidak, aku datang sendirian." Tuan tertawa.

"Kabarku juga baik-baik saja di luar sana." Lanjut tuan.

"Syukurlah kalau tuan baik-baik saja. Khawatirku sedikit reda."

"Aku datang ke sini ingin menjengukmu sekaligus ingin meminta maaf padamu." Ujar tuan, suaranya melemah.

"Aku sangat senang tuan datang, tapi tuan ingin meminta maaf untuk apa?"
Tanyanya.

"Aku minta maaf belum bisa membukakan pintu ini, lihat saja sampai-sampai engselnya sangat berkarat, hehehe." Ujar tuan sambil mengusap pintu kecil itu.

"Aku juga minta maaf karena belum bisa membawakanmu seorang teman." Lanjutnya lagi.

"Hehehe, terimakasih tuan. Tuan sadar tidak kalau ucapan tuan yang barusan sangat membuatku bahagia."

"Eh?" Tuan malah kebingungan.

"Ucapan tuan yang barusan itu membuktikan bahwa tuan sangat peduli denganku. Sangat khawatir tentang kesendirianku dan pintu yang tak pernah terbuka itu.

"Tapi aku mohon jangan terlalu dipusingkan tuan. Aku tak mengapa tanpa teman di dalam sini, asalkan tuan sering datang ke sini menemuiku dan selalu berbagi cerita denganku. Dengan begitu aku tidak akan merasa kesepian." Ucapnya mencoba meyakinkan tuan, dan segurat senyum pun tergaris di pipi tuan.

"Biar aku tebak, sebenernya saat ini tuan sedang mendamba seseorang, tapi karena luka itu tuan jadi ragu kan? Iya kan? iya kan?"

Tuan diam saja. Senyumnya pun bertambah lebar, bahkan hampir saja ia tertawa.

"Hihihi kalau tuan diam saja berarti tebakanku benar, hehe." Ia tergelak dengan suara lucunya.

"Tak apa tuan, jangan dipaksakan. Lagipula masih ada aku, kurang imut apalagi coba aku ini,

"Tapiiii, kalau misalnya nanti tuan sudah yakin dengan orang itu, jangan lupa untuk bawa dia kesini ya. Aku mau tahu seperti apa orang yang berhasil membuat tuanku ini membuka pintu yang sudah lama berkarat itu, hihihih."

"Hahaha, kamu ini memang lucu. Sepertinya aku bakalan sering datang ke sini untuk melepas penatku. Tapi sekarang aku harus kembali, kerjaanku belum selesai, masih banyaaakkk. Hehehe terimakasih yaa." Ucap tuan sambil tertawa, ia sangat terhibur dengan perbincangan ini.

"Baik tuan sama-sama, aku akan menunggu pertemuan denganmu yang berikutnya, semangat tuaann! Daaahhhh~"

Tuan berbalik pergi, gema riang dari balik pintu itu mengantarkannya kembali, ia kembali membuka matanya. Berkat dialog itu pula ia telah melepas semua kekhawatirannya.

Episode BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang