Chapter 2

2 0 0
                                    


Chapter 2

Sudah hari kesepeluh semenjak Jae menghilang. Day6 pun sedang dalam keadaan yang tidak baik karena salah satu gitaris andalan mereka menghilang, Brian juga sering terkena konflik dengan member day6 lainnya yang masih kekeh ingin menunggu Jae pulang. Sedangkan Haru, masih menjalani hari-harinya dengan penuh tangisan. Dia tidak pernah berhenti menangis semenjak Jae menghilang, bahkan melihat pasangan tua yang sedang memberi makan burung merpati di taman pun bisa membuat Haru menangis.

Berat badannya turun banyak, mata coklat Haru yang biasanya terlihat bersinar kini seperti redup. Matanya sembab dan merah, hidung mancungnya selalu terlihat merah karena menangis. Rambut gelombang pirang miliknya yang biasanya terkuncir rapi kini dia biarkan terurai berantakan. Haru benar-benar terlihat seperti orang yang kehilangan semangat hidup.

Brian tidak pernah berhenti menemani Haru. Mengajaknya bicara, berjalan-jalan, membelikannya makanan, namun tetap saja Brian tak bisa membuat Haru semangat lagi. Bahkan senyuman yang Haru berikan kepada Brian terasa menyakitkan untuk dilihat. Brian menjadi frustasi. Tak tahu Harus berbuat apa lagi.

Di satu sisi Brian tak berhenti mencari keberadaan Jae. Walaupun dia membencinya atas perlakuannya Jae kepada Haru, Brian tak bisa memungkiri jika Jae adalah teman terbaiknya di day6. Brian menghubungi semua teman Jae. Datang ke rumah Jae, dan rumah orang tuanya. Pergi ke tempat yang biasa mereka datangi, ke tempat yang memiliki peluang besar Jae akan berada di sana. Nihil, Jae tak terlihat dimanapun.

Brian mengambil lagi kotak biru yang selama ini tak pernah dia sentuh lagi. Membukanya dengan hati-hati dan menghela nafas panjang. Ada belasan sheet music yang berisi lirik dan melodi buatan Brian untuk Haru. Ada juga lagu-lagu yang dibuat Brian dan Jae bersama-sama. Ada kotak kecil berisi cincin yang Harusnya dia berikan kepada Haru di hari itu, hari dimana Haru berkata dia telah menjadi milik Jae.

Brian menghela nafasnya lagi, kotak ini memiliki begitu banyak kenangan yang tidak ingin dia buka. Brian membaca lagi sheet musicnya yang berjudul "Will You" lagu yang sengaja dia buat untuk melamar Haru. Namun saying itu tidak pernah terjadi

Will You

By: Brian K

I saw you smile everytime

You saw me smile

I saw you laugh everytime

I said a lame joke

How can im not fallin in love

With a beautiful girl like you

I like you I love you

If I said this to you

Will you believe it?

So now baby

Please take my hand

Listen to this heartbeat

I love you and wish you were mine

Would you be the one

That I spent

The rest of my life

Will you?

Will you be mine?

Will you marry me?

This sincerely song I made

Only for you, will you?

Will you accept this love?

Brian tertawa kecut setelah membaca lirik itu. Andai saja, andaikan saja. Lagu ini dia nyanyikan satu minggu sebelumnya, mungkin saja saat ini haru telah menjadi miliknya. Dia melemparakan sheet music itu ke meja begitu saja, menghempaskan dirinya ke sofa putih kecilnya yang nyaman. Memejamkan matanya dan mencoba mengingat kembali hari itu, hari dimana brian menyadari jika mata haru tak lagi untuknya.

Cinta brian pada haru dulunya tidak bertepuk sebelah tangan, brian mengenal haru terlebih dulu sebelum Jae mengenal haru. Brian sangat menyesali mengapa dia memiliki sifat yang terlalu pemikir, dia terlalu terlelap dalam pikirannya sendiri untuk selalu menjadi yang sempurna sampai ia tidak sadar Jae sudah selangkah maju darinya.

Haru dan brian sudah berteman sejak kecil, pertama kali brian bertemu haru saat mereka masih di sekolah dasar. Pertama kali brian menyadari perasaannya pada haru saat dia masuk SMA, brian sering malu saat melihat haru memakai pakaian yang sedikit terbuka padahal mereka sejak kecil sudah terbiasa berenanng bersama.

Brian mengingat lagi saat itu, mereka berjanji akan pergi makan malam bersama untuk merayakan kelulusan haru. Brian sudah menyiapkan semuanya, memesan tempat makan yang cukup mewah, menyiapkan kue dan menu yang special. Namun sampai lewat tengah malam haru tak pernah datang. Tidak mengangkat telepon bahkan brian tidak bisa menemukan haru dimanapun sampai membuat keributan dan berkibat pada orang tua haru yang akhirnya marah karena haru tidak bisa dihubungi.

Walau pada akhirnya semua tahu, haru menghilang malam itu karena jae mengalami kecelakaan. Bukan kecelakaan yang besar, namun masih mampu membuat mereka berdua shock hingga tak sempat memberi kabar pada siapapun. Malam itu brian masih belum menyadari perasaan haru bukan untuknya, dia bahkan bersyukur karena malam itu jae bersama haru. Sehingga semuanya baik-baik saja.

Sejak kejadian itu semua berubah, haru pelan-pelan mulai menghindarinya. Membalas pesan brian sedikit lebih lama, menolak ajakan brian untuk bertemu berdua saja, selalu meminta brian untuk pulang cepat jika dia berada dirumahnya. Namun brian yang clueless benar-benar tidak menyadarinya. Dia hanya menganggap haru begitu lucu karena merasa canggung dengan dirinya.

Brian menghela nafas panjang mengingat kejadian itu lagi, dada dan kepalanya terasa sakit. Kenapa dia bisa begitu bodoh mengira haru merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya. Bodoh kau, gumamnya pelan.

Brian beranjak dari duduknya, memutuskan untuk tidak melanjutkan mengingat kenangan yang menyedihkan itu. Megembalikan sheet musik itu ke tempatnya semula dan menutup kotak itu rapat-rapat. Pikirannya menolak untuk mengingat kejadian menyedihkan itu lagi, brian berhenti memikirkan masa lalu dan mengempaskan dirinya ke atas ranjang empuk miliknya. Memejamkan matanya erap berharap dia akan terlelap.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CHOOSE MEWhere stories live. Discover now