29

2.7K 105 0
                                        

Resya dan Devan sedang berada di kedai kopi tempat mereka jadian malam itu. Devan sedang sibuk dengan laptopnya, sedangkan Resya membaca buku novel.

Setelah mencapai halaman terakhir, Resya meletakkan novel miliknya. Kemudian mengangkat gelas yang berisi Redvelvet miliknya, lalu menyesapnya pelan seraya menatap Devan yang sedang serius menatap layar laptopnya.

Semenjak menjadi pacar Devan, Resya suka tiba tiba tersenyum seperti orang gila. Dia tidak menyangka kalau Devan kini menjadi pacarnya, seperti percaya tak percaya. Resya selalu berfikir kalau ini semua mimpi, kalau iya Resya tidak ingin bangun.

Masih tersimpan manis di otaknya malam itu saat Devan tiba tiba menyatakan perasaan kepadanya.

"Aku sukanya sama kamu Resya."

Resya terdiam cukup lama tidak memberikan reaksi apapun, untuk beberapa detik dirinya mencerna ucapan Devan yang sialnya terngiang ngiang di kepalanya. Devan yang melihat itu ikut merasa bingung, ia tak tau harus apa melihat keterdiaman Resya.

"Maaf kalau aku lancang suka sama kamu, tapi aku juga gak bisa ngontrol perasaanku ke kamu."

Resya menggeleng."Enggak kak, aku gak percaya aja kalau ada yang suka sama aku."

Devan tertawa, apa yang gadis itu katakan? Reaksi Resya membuat Devan yakin sepertinya ini adalah momen pertama dalam hidup Resya ketika seorang laki laki menyatakan perasaan padanya. Dan bukankah Devan adalah laki laki yang beruntung karena dia menjadi yang pertama?

"So, im the first?"

Pertanyaan mendadak Devan membuat Resya menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu mengangguk malu.

"Gakpapa, yang penting kamu tau tentang perasaan aku. Aku gak bakal maksa kamu res buat nerima aku, aku cuma pengen ngasih tau sesuatu yang belakangan ini menghantuiku. Tapi sekarang aku udah lega setelah ngomong sama kamu."ucap Devan seraya tersenyum, entahlah itu adalah senyuman getir atau senyuman ikhlas.

Setelahnya akward, tidak ada yang memulai obrolan lagi. Devan sibuk menenangkan dirinya yang sepertinya ditolak, dan Resya yang sedang bertarung otak dan hatinya.

"Kak."Akhirnya Resya mengangkat kepalanya lalu menghunus mata Devan dengan tatapannya.

"Aku sebenarnya juga udah suka sama kamu kak sejak awal kita ketemu."Resya memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya, meskipun ia berbicara dengan menunduk tak berani menatap mata Devan.

Kini Devan yang gantian terdiam, namun tak lama. Setelahnya Devan tersenyum lega, dibalas dengan Resya yang tersenyum manis. Merasa mendapat lampu hijau, Devan memegang tangan Resya.

"Jadi, do you wanna be my girlfriend?"

Resya mengangguk malu malu.
"Yes. Im your girlfriend now."

"Sayang?"

Resya tersadar setelah Devan melambaikan tangan di depan wajahnya. Kemudian ia menaikan alisnya seraya menaruh Redvelvetnya di meja.

"Iya, kenapa?"

"Aku tanya, novel kamu sudah habis?"

Dear, FayolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang