8

28 7 0
                                    

Di dalam mobil Rachel merasa gelisah, seolah ia merasakan akan terjadi sesuatu buruk. Rachel mencoba untuk menenangkan diri, ia mulai mendengarkan musik dan mencoba untuk menikmatinya. Namun nihil, perasaan itu tidak kunjung hilang.

Setelah Rachel menyusuri jalan demi jalan, ia tidak sadar jika ia melewati jalan yang salah. Ia tidak tahu sedang berada dimana sekarang. Dan sial nya jalan itu sepi.

Karna teknologi sekarang sudah berkembang pesat, Rachel membuka GPS nya. Namun sial nya lagi, jalan ini tidak terdeteksi di GPS. Ia mulai panik saat ini, ditambah jalan cukup gelap.

-------------

"Semua udah siap kan. Jangan ada yang bawa senjata satupun. Atur posisi." ucap Kenzo dengan tegas.

Kenzo yang memulai semuanya, ia berjalan dengan gagahnya di barisan paling depan, memimpin pasukannya. Ia mulai menampakkan wajah menakutkanya.

"Bukannya itu mobil Rachel?" Naufal yang posisinya tepat dibelakang Kenzo, menunjuk sebuah mobil yang berhenti tepat di jalan kecil seberang kanan dengan posisi membelakangi mereka.

Kenzo terkejut, namun ia masih menampilkan wajah datarnya.

"Biar gue urus. Lo yang mimpin kali ini." Ujar Kenzo. Ia langsung menghampiri tempat dimana Rachel berada.

--------

"Ih ga guna banget ni GPS." Ia melemparkan hp nya karna merasa kesal dan ketakutan. Rachel mulai menginjak gas perlahan. Tapi tiba-tiba kaca mobil Rachel diketuk seseorang dengan keras.

"Buka."

Rachel masih tetap diam. Ia belum yakin bahwa seseorang itu adalah Kenzo. Rachel menurunkan kaca jendela perlahan, memastikan apakah benar lelaki itu Kenzo atau hanya ilusi Rachel saja.

"Eh. Ken.. Kenzo ada apa?" Rachel gugup, tanpa ia sangka takdir mempertemu kan ia dengan seseorang yang ia rindukan.

"Pergi." hanya satu kata yang terucap dari mulut Kenzo, tidak mewakilkan rasa penasaran Rachel.

Rachel mencoba untuk membuka pintu, namun tidak bisa. Ia pikir ia masih menguncinya, namun salah. Tangan Kenzo lah yang menahan pintu agar tidak dibuka.

"Gue bilang pergi." Kenzo mulai menaikkan nada bicara dua tingkat dari sebelumnya. Tanda nya Kenzo sudah tidak tahan lagi.

"Kenapa?" Rachel berusaha secuek mungkin.

"Banyak tanya." Balas Kenzo dengan tatapan sangat datar, tak berperasaan.

"Ya aku harus tau, kenapa kamu nyuruh aku pergi."

"Gue bilang pergi ya pergi."

Rachel tidak mau stuck di keadaan seperti ini. Ia mencari cara agar bisa keluar. Tanpa berpikir panjang, ia langsung melompat ke kursi samping lalu membuka pintu.

Sudah terlihat jelas dari wajah Kenzo, bahwa ia terkejut dengan tingkah Rachel. Namun ia langsung mengganti dengan wajah datarnya lagi.

"Ada apa?" Rachel mulai mendekati Kenzo.

Kenzo sadar jarak mereka berdua sangat dekat. Ia langsung menjauh dari Rachel, bahaya jika dirinya khilaf. Tidak bisa dipungkiri lagi, wajah Rachel lebih terlihat sangat cantik dan manis jika dilihat dari dekat, dari jauh saja cukup membuat hati Kenzo bergetar apalagi dari dekat seperti tadi.

"Bahaya." Di lubuk hati Kenzo, sebenarnya dia khawatir jika musuhnya tau Rachel lah kelemahannya. Tapi jika ia melihatkan rasa kekhawatirannya, ia takut Rachel semakin cinta. Kenzo pd banget sih autornya sebel jadian.

"Kamu khawatir." Rachel senang setelah sekian lama ini ia bisa melihat wajah Kenzo yang sedang khawati padanya. Rachel rindu itu.

"Nggak." Nada Kenzo berubah meninggi, yang tadinya sempat menurun sedikit.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang