3

866 98 0
                                    

...

"Jaehyun!"

Haechan terlihat gembira mendapati salah satu teman sekolahnya saat tingkat dasar dulu. Sungguh ia tidak menyangka Jaehyun yang dulu sering di ejeknya karena memiliki tubuh gendut justru kini tidak kalah dengan bintang Hallyu yang sering Haechan lihat di televisi. Hal itulah yang membuat Haechan sulit mengenali lelaki bertubuh tinggi itu ketika pertama bertemu.

"Jahat sekali! Aku bahkan langsung mengingatmu saat kau datang kemari.", gerutu Jaehyun dengan ekspresi sebal yang di buat-buat. Hal itu sukses membuat Haechan tergelak, dan memberikan sebuah pukulan kecil di bahu lelaki itu. Well¸dilihat dari gelakan tawa yang cukup keras membuktikan bahwa Haechan sedikit lupa dengan kekesalannya pada Mark Lee. Tidak masalah jika Haechan tidak mendapat ketenangan, paling tidak ada Jaehyun yang sedikit banyak menyingkirkan Mark dari pikirannya.

"Maklumlah, kau terlihat berbeda sekarang. Dulu kau sangat gemuk seperti babi."

"Sialan. Tapi apa sekarang aku terlihat tampan?"

"Yah, sedikit." Jaehyun memberikan pelototan yang sama sekali tidak menyeramkan. "Tapi tentu saja lebih tampan kekasihku!"

Oh! Haruskah Haechan memamerkan ketampanan Mark?

Haechan, baru saja kau bilang kepada Mark jika kau membencinya, dan kini malah mengagungkan ketampanannya?

"Ahh, kau punya kekasih? Pantas saja, kukira kau sedang patah hati dilihat dari wajah murammu sejak masuk kesini."

Haechan menyesap capucinno-nya untuk pertama kali. Nyaris saja ia melupakan minuman berkafein itu. "Tapi aku tidak patah hati!"

"Bertengkar?"

"Yah, bisa dibilang begitu." Lebih tepatnya Mark yang murka karena kekacauan yang kubuat.

"Well, aku turut bersedih. Tapi bukankah itu wajar untuk sepasang kekasih? Bertengkar, baikan, bertengkar lagi, baikan lagi. Bukankah seperti itu?"

Haechan mengangguk setuju. Setuju dalam hal pertengkaran yang dilakukan oleh pasangan kekasih normal. Tapi kan, Haechan dan Mark adalah sepasang kekasih yang -errr- tidak normal? Bahkan status kekasih itu rasanya tidak cocok disandingkan dengan hubungan Haechan dan Mark yang sebenarnya.

"Aku setuju. Well, terima kasih atas muffin-nya!"

Jaehyun memberikan senyuman termanisnya sebagai balasan. Dirinya memang terlalu tampan untuk kategori lelaki pemilik café. Seharusnya ia menjadi artis, atau menjadi Direktur yang pastinya lebih banyak dilirik oleh wanita. Kalau hanya bekerja café, dirinya tidak akan menjadi pusat perhatian karena ia tidak akan sering memperlihatkan diri pada pelanggannya.

"Sayang sekali, aku harus pergi.", ucap Haechan saat Jaehyun sibuk memperhatikan Haechan yang sebelumnya sibuk dengan ponselnya seraya menggigit kecil muffin buatan Jaehyun dengan bibir tipisnya. Siapa perduli dengan lipstiknya yang rusak, toh seseorang yang membuat Haechan berdandan cantik malah menyuruhnya pulang dengan di antar sopir.

"Oke. Kalau boleh, bisakah aku meminta nomor teleponmu?" Jaehyun meminta dan Haechan tidak berfikir panjang untuk memberikan nomor ponselnya untuk lelaki itu. Tak lama ponsel Haechan berbunyi dan menampilkan nomor tidak dikenal.

"Itu nomorku. Kau bisa menghubungiku kalau perlu."

"Oke. Apa aku bisa meminta layanan delivery cappucino juga?"

"Boleh juga. Tapi aku tidak mau bertanggung jawab kalau kekasihmu marah melihat pengantar cappuccino-mu setampan aku."

"Ugh!"

A Chance [MARKCHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang