SOLITUDE 5

1.9K 82 5
                                    


Vote sebelum dibaca

*****

Sebelum melakukan rutinitas dan juga kesibukannya, Kim Bum konsisten pada janjinya kepada So Eun untuk mengamankan gadis itu di dalam ruangannya. Selain karena memang perlu untuk menjauhkan So Eun dari orangtuanya, Kim Bum masih memerlukan So Eun sebagai siasatnya untuk membuat Yuri berhenti mengusik masalah hati di antara mereka. Kim Bum benar-benar tidak mau melihat Yuri membayar secara terus menerus kebencian tidak berdasar orangtuanya. Kim Bum merasa jika Yuri berhak bahagia dengan seseorang yang bisa menemaninya hingga menua.

Baiklah, ternyata masih ada saja cinta seperti itu.

Dituntunnya So Eun berjalan ke arah ruangannya, tidak begitu menarik perhatian orang-orang. Karena Kim Bum biasa menggandeng pasien ke ruangannya. Dari yang jelek dan tua, hingga yang muda dan cantik seperti So Eun. Mungkin dipengaruhi penampilan So Eun yang berubah adalah faktor lain mengapa orang-orang yang pernah menangani So Eun tidak lagi mengingat So Eun.

Tanpa percakapan panjang, Kim Bum mempersilahkan So Eun duduk di sofa. Lalu Kim Bum meletakkan tas dan menggunakan jas putih panjangnya yang tergantung dekat mejanya kemudian Kim Bum berencana keluar dan melakukan rutinitas paginya di rumah sakit itu.

"Cobalah untuk tidak mengacaukan ruanganku"

Pesan Kim Bum sambil membenarkan gantungan nama di saku jasnya. Berjalan untuk meninggalkan ruangan dan berpura-pura tidak melihat jika sejak tadi So Eun berusaha menciptakan jarak darinya.

Hanya karena kecupan sialan itu? Hanya kecupan, bukan ciuman panas seperti yang dilakukan So Eun dengan para pria yang membayarnya. Mungkin

"Akan ku coba untuk tidak membakarnya" Jawab So Eun cetus, gadis itu duduk di sofa dengan kakinya yang terlipat. Wajahnya kembali datar seperti dahulu dan itu berhasil membuat Kim Bum menghentikan langkah.

"Kau berkeahlian membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit" Kesal Kim Bum, sepertinya Kim Bum juga tidak suka pada reaksi So Eun yang berlebihan hanya karena kecupan itu. Kalimat singkat itu menarik tatapan datar So Eun tadi untuk membalas mata Kim Bum. Mereka berdua sepertinya akan beradu kata lagi.

"Kenapa kau tidak tutup mulut dan pergi saja bekerja? Sepertinya itu lebih baik untuk kau lakukan dari pada mengurusi kerumitanku" Balas So Eun dengan kesengitan yang sama. Keduanya mungkin bisa bicara baik seperti sebelumnya, tapi sulit untuk selalu melakukannya.

"Aku tidak akan mengurusi kerumitanmu jika tidak menganggu kenyamananku"

"Kau yang menciumku sesuka hatimu, kau yang merasa tidak nyaman. Luar biasa, laki-laki zaman sekarang sangat tahu cara menghargai wanita"

Balas So Eun memperjelas alasan mengapa dirinya demikian dan semakin membuat Kim Bum ingin menertawakan betapa berlebihannya So Eun hanya karena kecupan singkat itu. Mereka bahkan sudah bukan ABG.

"Aku tak paham mengapa kau meributkan itu"

"Lalu aku harus senang ketika kau lecehkan seperti itu?"

"Seingatku kau akan menjadi istriku"

"Kau selalu mengatakan itu saat dimana jelas kau tidak benar-benar ingin menjadikanku istrimu"

"Benar-benar ingin atau tidak, itu bukan urusanmu. Intinya aku tetap menikahimu. Itu yang penting"

"Penting juga bagiku merasa nyaman menikah dengan seseorang"

"Beberapa waktu yang lalu kau mengatakan sebaliknya" Kim Bum menyumpal pembelaan So Eun yang tidak sesuai dengan apa yang sudah terjadi. Sudah dibilang, So Eun sangat berkeahlian membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit.

SOLITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang