Pagi hari yang sangat cerah, secerah wajah ketiga lelaki yang baru saja memasuki area sekolah, tak lain, mereka adalah Arif, Aji, dan Rayhan.
Mereka jalan sejajar bersama, Arif di tengah, Aji di samping kanan Arif, dan Rayhan sebaliknya.
"Wasup qimak!."teriak Rayhan ketika sudah sampai di kelas.
"Wuish, serem euy, ada pangeran pangeran sekolah nih"ujar salah satu siswi di kelas.
Walau niatnya bercanda, percayalah, mereka bertiga langsung percaya diri begitu saja, mereka memperbaiki penampilan masing masing.
"Kebanyakan pengalaman belajar sama dedy Corbuzer nih."ucap Aji pada Riska, wanita yang tadi meneriaki ia dan teman temanya.
"Kebiasaan, ngomong asal ngomong aja,"ujar Riska menjulurkan lidahnya.
"Keliatan banget pinternya, kapan kapan belajar bareng lagi sama Dedy Corbuzer, biar sekalian bening tuh kepala"ucap Arif.
"Kepalanya udah bening, puyeng mikirin lo bertiga ngutang uang kas terus"ucap Gevar, mereka bertiga, tiba tiba terbungkam karna Gevar.
Bukan karna kalimat pedas yang mereka ketahui hanya bercanda, tapi dengan sikap Gevar yang tiba tiba berbicara ketika mereka mendebat dengan Riska tadi. Karna tak biasa nya Gevar ikut serta ketika Arif, Aji, dan Rayhan mendebat dengan siapa pun.
"Woah,"Rayhan bertepuk tangan sendiri, awalnya ia memberi kode kepada kedua temanya untuk ikut bertepuk tangan, namun, karna tidak peka, Aji dan Arif kembali menatap Gevar yang membuat Rayhan mendengus sebal dan malu.
Rayhan kembali melihat Gevar yang juga melihat ia dengan teman temanya "Apa?."tanya Gevar penuh tanya.
"Gue traktir lo jajan kue monyet sebungkus di kantin"ucap Arif bangga pada Gevar.
Meski hanya hal spele dan terdengar tak begitu penting, tapi bagi ketiganya, hal ini sangat penting.
Buktinya Arif dengan suka rela akan memberikan Gevar kue monyet sebungkus di kantin.
Yang di maksud kue monyet yang di sebutkan Arif adalah wafer coklat bercampur rasa pisang. di dalam televisi, iklan wafer tersebut menggunakan tema monyet dan pantai, jadi Arif dan kedua sahabat nya itu menyebut nya dengan sebutan kue monyet, bahkan di kemasan nya terdapat wajah kartun monyet.
. . .
Bell istirahat berbunyi, ketiga lelaki tampan yang kini langsung melesat menuju kantin, terpaksa kembali lagi ke kelas.
Karena David bilang, di kelas sedang ada OSIS yang sedang menagihi uang infaq untuk orang yang baru baru ini terkena bencana di daerah lain.
Kenapa ketiganya di panggil? Karena para OSIS yang memanggil nya sehingga David selaku ketua kelas menghubungi Arif, Aji, dan Rayhan.
Baru saja ingin memasuki kelas, ketiga lelaki bersahabat itu di kejutkan dengan OSIS yang berpas pas an dengan mereka di depan pintu kelas.
"Nah kebetulan, kalian di panggil sama Pak Iyan, di tunggu di ruang OSIS,"ucap Bima, salah satu anggota OSIS, yang merupakan anak dari salah satu guru di sekolah ini.
Mereka mengangguk dan segera pergi ke ruangan OSIS.
"Ngga di ruangan Pak Iyan aja? Suasana ruangan OSIS kurang mendukung,"ucap Aji.
Ruangan OSIS di sekolah ini memang terbilang sangat menakutkan, selain gelap, hampir semua murid pernah di sidang karna melanggar peraturan sekolah.
Yang membuat Aji ragu untuk bertemu pak Iyan di ruang OSIS, saat murid sedang melakukan Jumsih, atau Jumat Bersih yang mewajib kan seluruh murid untuk bersih bersih dari ujung sampai ujung sekolah, Aji tak sengaja bertemu dengan wanita yang di sukainya, dan wanita tersebut merupakan sekertaris OSIS yang pasti akan selalu membuat wanita itu berada di ruang OSIS, Aji menakutkan perasaan aneh akan mengganggunya, seperti perasaan ketika kita bertemu dengan gebetan kita, kurang lebih seperti itu.
"Hah? Ngga Mendukung apa nya? Jelas jelas kita bakal ketemu sama cewe cantik cantik di sana, lumayan juga anak OSIS cakep semua."ucap Arif, yang membuat kedua sehabat nya itu menggeleng.
. . .
"Assalamualaikum,"
"Walaikumssalam, dateng beneran ternyata"ucap seoarang wanita beranak dua, sambil mengikat rambut nya.
Arif, dan Aji datang ke rumah Ray, bukan untuk bermain dengan Ray, tapi memakan masakan Bu Wiguna yang sangat mereka sukai.
Ray bilang pada Arif dan Aji bunda nya hari ini memasak Hati ayam, makanan kesukaan kedua nya dan kesukaan Ray.
Mendengar itu, Arif dan Aji sangat antusias dan buru buru pergi ke rumah Ray.
Mereka sudah biasa seperti itu, ikut makan di rumah Ray, menginap sampai beberapa hari di rumah Ray.
Namun orang tua Ray tak keberatan, mereka selalu menerima kedatangan Arif dan Aji, mungkin bosan, tapi tetap saja di terima, mereka selalu ribut bersama saat makan, habis sholat, nonton tv, itu pun tentang hal hal yang spele.
Kebiasaan mereka sudah tersimpan di dalam benak bu Wiguna, mereka rusuh, apapun yang membuat mereka terganggu, pasti mereka akan segera membentak satu sama lain, tapi hanya bercanda.
Seperti Arif dan Aji yang mendebat karena sabuk sekolah milik Ray yang ketinggalan di rumah Arif.
"Heh! Arif, sabuk Ray udah ketemu belum?"tanya bu Wiguna di seram seram kan.
"Udah bunda Ray, tapi lupa ga kebawa, haha"jawab Arif enteng.
"halah bunda Ray, padahal kemarin kemarin dia pake sabuk nya si Ray,"ucap Aji lalu menyuap sesendok makanan pada mulut nya.
"Itu sabuk gue!."ucap Arif "Tapi kemarin waktu gue tanya sabuk yang lo pake, lo jawab kalo itu sabuk si Ray,"balas Aji.
"Ngga, itu sabuk gue, di rumah gue ada tiga sabuk, dan gue gatau yang mana sabuk si Ray,"
"Eh tapi kemarin lo yang bilang,"
"Iya, makanya mau gue balikin juga, gue gatau sabuk si Ray yang mana, di gue ada tiga sabuk, satu logo SMA Wijaya, dua logo OSIS yang suka tempel tempel di saku seragam keatasan, nah makanya gue bingung"
"Ya logika atuh, punya si Ray pasti yang logo SMA, masa lo yang pinjem gatau sih,"ucap Aji.
"Yakan gue gatau, mana gue pinjem udah lama"
"Makanya kalo abis pinjem langsung balik-
"UDAH WOI."teriak Ray yang jengah mendengar perdebetan antara Arif dan Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
r e m a j a
De Todoೃ༄Ini adalah kami, pejuang bangsa, yang tangguh dan kukuh, tidak pernah jatuh oleh sampah bumi yang berserakan, tidak pernah lelah untuk mengerjakan tugas untuk menjaga negara, dan juga tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan sesuatu yang pantas...