gue benci,gue benci,GUEEE BENCI SEMUANYAAAA!!!!
Kenapa gue terlahir di dunia ini kalo hanya utnuk tersakiti.gue juga pengen bahagia.Tuhan kenapa?kenapa sesakit ini?
Aku hanya manusia biasa.kenapa cobaan ini begitu berat,apa kau benci dengan ku tuhan?Aku juga ingin merasakan apa itu yang nama nya kehangatan keluarga,kasih sayang,kebahagiaan.
Tapi kenapa sangat sulit sekali bagi ku untuk mendapatkan nya.
Takdir ini mempermainkan ku.
Rasanya aku ingin sekali mengakhiri semuanya.tapi itu bukan cara yang baik.
Yaa kini seorang gadis cantik sedang terduduk lemas di lantai yang dingin,tapi lantai dingin itu belum bisa mengalahkan dingin nya es dalam diri gadis itu,ya gadis itu adalah Abigail fidelya.
Orang-orang sering memanggilnya Aya.
Gadis remaja yang sudah memiliki masalah yang sangat berat untuk gadis seusia Aya.
Tok.tok.tok!!!
"AYA BUKA PINTU MU SEKARANG!!"ucap perempuan paruh baya yang bernama Melina Anindita, ia adalah ibu dari Aya
Tapi mungkin Melina tidak menganggap kalo ia adalah ibu dari Aya.Mendengar itu Aya pun langsung menghapus air mata nya,dan sedikit membenarkan penampilan nya karna setelah menangis tadi ia terlihat sangat berantakan.
Aya pun membuka pintu.
"Iya ma kenapa?"tanya Aya dengan nada serak."Kamu masih nanya kenapa!?kamu belum mengerjakan tugas kamu untuk membersihkan rumah ini!"sarkas Melina.
"Tapi kan udah ada bibi ma.."
"Berani kamu sama saya?"ucap Melina sambil menarik rambut Aya dengan kasar.
"Ashh...iya ma maaf"ucap Aya sambil memegang kepala nya yang sakit
"Jangan berani lawan saya ya kamu!"ucap Melina sambil melepas jambakan itu.
"Iya ma"
Sakit?tentu aja itu sakit,anak mana sih yang gak sakit mendengar ucapan kasar yang keluar dari mulut wanita yang ia banggakan?pasti tidak ada kan?
Tapi itu sudah hal biasa bagi Aya,ia selalu diperlakukan layak nya pembantu, menerima kata kasar,atau pun perilaku kasar.Tapi bodoh nya Aya masih bisa menyayangi keluarga nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/206681230-288-k408446.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aya'alone
Teen Fictionpura-pura senyum pura-pura tertawa pura-pura bahagia hanya untuk menyembunyikan rasa sedih, munafik.