"Blanka! Sudah mama peringati berkali-kali, jangan injakkan kaki kamu ke kamar mama! Mama benci kalau kamu kesini hanya untuk mengganggu. Cepat keluar!" Sejak 14 tahun yang lalu, itu yang selalu dikatakan mamaku ketika aku ingin menghabiskan masa mudaku bersamanya. Selene Meredith, seorang wanita pekerja keras, berkepala tiga, blaster Yunani-Indonesia, dan keras kepala. Memiliki buah hati pada waktu yang tidak pas, membuat Selene putus asa menjalani hidupnya.
12 November 1978
Pada suatu hari, seorang pemuda tampan berdarah Jerman, Rainier Schwansteiger, baru saja pindah ke sekolah yang sama denganku. Tubuh atletis, aksen khas Jerman, dan rambut yang klimis membuatnya menjadi idola para wanita pada jamannya. Ia menapakkan langkah pertamanya ke sebuah bangunan bernama Peitharchía Boarding High School."Yaampun tampan sekali! Siapa dia?" ujar Britney Hawkins, sang queen bee yang diidamkan para lelaki kebanyakan. "Masa kamu enggak tahu sih? Dia itu Rainier si anak pindahan dari Jerman itu!" sahut Tiffany Heinz, salah satu anak buah Britney. "Dia memang tampan, masa ayahnya model no. 1 Glanz Magazine anaknya enggak tampan sih?" lanjutnya.
*KRIING*
Bel berbunyi, aku duduk tegap di kursi kelasku. Aku masih menduduki tingkat Sophomore, kelas C. Dan tidak salah bahwa aku sudah mendengar mengenai "Si Tampan dari Jerman" itu. Aku sedikit berharap kalau Si Tampan akan masuk ke kelasku beberapa menit lagi, dan kami berakhir menikah seperti cerita-cerita romansa fantasi yang pernah kubaca. Namun tidak. Ia tidak masuk ke kelasku hari itu. Dan kenyataannya, Ia menempati tingkat Senior, yang jauh berbeda dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 April 1979
Aventura4 April 1979. Penentu masa depanku. Penentu kehidupanku. Penentu aku.