Busking

928 74 19
                                    

Disclaimer: all the characters in this story still belong to God and themselves, this story  just a fiction. Homophobic plis go away and dont leave a bad comment i beg u. Thank you ♥

Happy reading!
Enjoy, peace, and chanchen for life.

#

Jongdae berpikir menghabiskan malam dengan berjalan-jalan di sekitar Hongdae memanglah pilihan yang tepat. Apalagi dirinya akhir-akhir ini harus lembur menggarap beberapa lagu untuk idol yang akan comeback. Untuknya hal seperti ini sudah dianggap seperti refreshing.

Satu jam lebih Jongdae berkeliling, tidak lupa memuaskan lidah dan perutnya. Ia memutuskan untuk kembali ke apartemen miliknya.

Jongdae berjalan sambil bersenandung kecil, tangan kirinya membawa kantong plastik berisi tteokbokki. Dia berencana akan menonton film sambil memakannya nanti. Tangan kanannya membawa cup buble tea yang asyik dia minum.

Mata Jongdae menyipit ketika melihat keramaian di depannya, di area taman air. Penasaran dengan orang-orang yang berkerumun setengah melingkar itu Jongdae pun mendekat.

Di dekat air mancur seorang pria duduk di kursi tinggi. Mata pria itu terpejam dengan suara bass yang terus terlantun dari mulutnya. Sedangkan kedua tangannya sibuk memainkan gitar akustik.

Sejenak Jongdae merasa terbius dengan penampilan pria itu. Ada sesuatu yang menarik atensi Jongdae untuk terus melihatnya.

Sebagai seseorang yang sehari-harinya berurusan dengan musik tentunya Jongdae dengan mudah menilai karya musik yang dibawakan oleh orang lain.

Pria itu,

Penampilannya sangat sederhana namun, penghayatan lagu yang ia bawakan seakan menghipnotis siapapun yang mendengarnya. Pria itu tahu bagaimana cara musik dapat menarik seseorang dan membuat mereka terhibur sekalipun mereka tidak mengetahui lagunya.

Mata pria itu terbuka dan secara kebetulan langsung bertatapan dengan Jongdae. Beberapa detik keduanya masih saling bertatapan. Pria yang asyik dengan acara buskingnya itu masih setia menatap Jongdae. Jongdae yang tersadar langsung menunduk. Pipinya memanas. 

Saat Jongdae kembali melihat ke arah pria itu, pandangan pria itu masih terpusat padanya. Oh dan Jongdae melihatnya, pria itu tersenyum ke arah Jongdae sebelum kemudian beralih kembali ke gitarnya.

Jantung Jongdae berdetak tak biasa. Astaga, bagaimana bisa hanya dengan tatapan dan senyuman pria itu dia jadi seperti ini. Jongdae memegang pipinya yang memanas. Mungkin jika orang lain yang melihatnya akan terlihat jelas semburat merah di kedua pipinya. Umurnya bahkan sudah 25 tahun tapi, saat ini dirinya malah terlihat seperti gadis yang tersipu malu hanya karena ditatap oleh pria tampan. Ya, Jongdae mengakui bahwa pria itu memang tampan.

Lagu yang dibawakan pria itu telah selesai. Penampilan pria itu berakhir seiring dengan riuh orang-orang bertepuk tangan kemudian meninggalkan area taman air. Jongdae masih betah dengan keterdiamannya sesekali memandang pria itu. Jujur dirinya penasaran dengan pria itu.

Jongdae sebenarnya sedikit kecewa karena hanya sebentar mendengar pria itu bernyanyi. Bahkan tidak genap satu lagu. Jongdae sudah sangat terbiasa melihat penampilan memukau seseorang saat bernyanyi hanya saja pria itu berbeda pikirnya, ah sudahlah. Jongdae menghembuskan nafasnya kasar kemudian berbalik, berjalan meninggalkan taman air.

"Tunggu!"

Baru beberapa langkah ia berjalan, Jongdae mendengar seseorang memanggil. Jongdae ragu apakah itu ditujukan kepadanya atau orang lain. Memilih berbalik, Jongdae melihat pria yang tadi berlari kecil ke arahnya.

ChanChen's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang