Sincerely

33 6 4
                                    

Gadis itu kembali menyeka sebulir air mata yang mengalir menuruni tulang pipi hingga ujung dagu. Pandangannya sendu, wajahnya pucat lesu, kantung mata bak hewan imut maskot negeri china menghiasi lingkaran irisnya. Siapa yang tahu, pada nyatanya gadis itu tengah merasa lega. Meski sekelumit rasa sakit masih menyapa, namun kini hatinya tak lagi tersiksa, angannya tak lagi terluka, dan pikirnya tak lagi menanggung rasa ingin binasa. Kembali, terngiang kalimat yang terucap penuh percaya diri dari gadis belia yang tak sengaja bersua dibawah rindangnya pohon akasia.
.
.
.
Termenung memangku dagu dengan tangan, kedua kaki terlipat kearah dada. Iris sewarna Ruby memandang kosong berkas cahaya senja yang nampak mewarnai langit. Surai coklat batanya tergerai indah tersapu semilir angin.

Entah keberanian yang muncul dari mana, atau kah malu sudah tak ada dalam kamusnya, gadis itu bertanya pada gadis asing yang duduk disebelahnya.

"What do you do when someone stops loving you ?"

Gadis bersurai sehitam jelaga itu nampak heran, terdiam sejenak, namun kemudian tersenyum tipis penuh kehangatan.

"You let them leave. No matter how much you wanted to chase them. No matter how much it kills you, You let them leave. It'll get better, Im promise."









Banjarbaru
November 23th, 2019
08.11 pm

Momento, Memories and ScenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang