Hanya sedikit ungkapan dan perwakilan dari hati yang pernah menjerit meminta empati namun berakhir ilusi.
Untukku, untuk kalian yang pernah berada seperahu sama keadaan. Pengingat, bahwa aku pernah begitu tidak bersyukur akan hidup dan pernah menjadi salah satu budak pesakitan yang lari dari kenyataan dan bersembunyi dibalik bayang kedunguan, dengan dalih menenangkan diri.
Ini bukan tentang bagaimana menemukan cara untuk bahagia, tapi bagaimana cara menyembuhkan luka. Self-harm bukan kasus kecil dari segelintir minoritas, namun banyak yg melakukan secara terang-terangan atau diam-diam.
Entah sekecil apapun luka yg dibuat, bukan tentang fisiknya. Namun tentang hati dan mentalnya, sebagai salah seorang dari segelintir manusia bodoh yg pernah melakukan itu aku tau bagaimana rasanya sulit percaya pada orang lain bahkan diri sendiri. Alasan paling besar yg menyebabkan hati menjadi kelu dalam beberapa hal, bahkan kadang mengikis rasa simpati dan empati. Mematahkan nurani, karna terlalu kebal dengan sakit yg menerpa diri.
Meski telah berhenti, meski sudah sadari, tapi pada nyatanya perasaan itu masih menghantui. Masih ada disudut hati meski tak bertunas bagai mati. Trauma bukan sebuah hal kecil yg bisa disepelekan, meski terlihat baik-baik saja pada nyatanya belum ada kalimat, 'aku tidak apa-apa' bagi mereka.
Sepenggal asa dalam berbagi rasa
.
.
.Simpang Empat,
February 16th, 2021
06.01 pm
KAMU SEDANG MEMBACA
Momento, Memories and Scenes
Fiksi Penggemarhanya sebuah cerita singkat tentang kejadian kecil yang sering dialami manusia... Sebuah kenangan, momen dan kejadian yang pernah kau alami... Bahagia, canda, tawa bahkan luka dan derita... Pernahkah kau disana ? Samakah rasa yang kau tanggung ? Apa...