Chapter 1

2 1 0
                                    

        Meskipun matahari bersinar terang, aku selalu basah. Fla bilang aku berasal dari dunia air, jadi air selalu lengket denganku. Huh! Memangnya aku ini putri duyung? Bahkan, sejelek-jeleknya putri duyung,  hanya air laut yang lekat padanya. Bukan air bekas cuci piring seperti ini.

        BYUR!

"Aduh, buang air cucian jangan sembarangan dong!" sentakku saat melihat rokku basah di bagian depan. Aku memelototi tukang mi ayam yang sering mangkal di depan sekolah.

"Uh, maap Neng. Nggak liat."

"Ih, masa segede gini nggak kelihatan Bang?"

"Ah, Neng ini, mah, kurus kering. Abang pikir tadi papan nama" jarinya menunjuk papan nama SMP Tunas Siswa.

"Wuaaa, papan nama? Yang bener aja?" seruku. Terdengar suara tawa di sekelilingku. Bibirku langsung manyun.

"Ori, mukamu jelek banget, kayak nenek kempot. Kalau ideku kepilih untuk acara penggalangan dana, kamu nggak usah pakai kostum. Udah horor kok," ejek Fla dengan senyum dikulum. Sebenarnya dia sedang mengulum lolipop, tapi aku tahu dia juga sedang tersenyum mengejek. Fla dijuluki Nona Sempurna.

        Dia selalu menginginkan segalanya sempurna sampai detail-detailnya. Lihat saja penampilannya. Semua serba pink: anting, tas, jam tangan, jepit rambut, bahkan lolipop yang dikulumnya berwarna pink. Hari lain, dia bisa saja berpakaian serba hijau, biru, merah, bahkan hitam. Menurutku, dia justru pantas untuk diejek. Sayangnya, tidak ada yang berani mengejeknya secara langsung. Paling banter cuma bergosip di belakangnya. Padahal Fla itu suka mengejek, senang memerintah, dan sombongnya minta ampun.

        Fla ikut mengajukan ide untuk penggalangan dana, yang menjadi program tahunan sekolah. Bahkan jika idenya diterima, dia sekaligus akan dipilih sebagai ketua kegiatan itu. Kudengar tahun ini Fla mengajukan konsep pesta kostum bertema horor. Setiap peserta harus membayar tiket masuk. Uang hasil penjualan tiket akan disumbangkan ke panti asuhan.

        Kupikir idenya aneh, dan entahlah apa bisa diterima. Tahun-tahun lalu saja ide yang diterima seputar penjualan barang bekas, atau usaha siswa mandiri seperti membuat kerajinan yang dijual ke masyarakat. Jika ide pesta kostum Fla diterima, itu pasti karena dia anak ketua yayasan sekolah ini.

"Makanya gemuk dikit. Biar nggak dikira papan nama," kata Fla

"Biar makan sebaskom juga tetep kurus. Lagipula apa hubungannya sama kena siram air cucian piring?" kilahku

"Terima aja, deh, nasibmu memang begitu. Makanya pakai jas hujan."

"Terus dikira orang sinting, panas-panas pake jas hujan."

"Ye! Daripada basah. Makanya, kalau pakai jas hujan kan jadi nggak basah."

"Kamu ini hobi banget bilang 'makanya'. Heran deh."

        Aku melengos. Pada saat yang sama, di kejauhan angkot yang biasa kutumpangi sudah muncul. Fla mencolek bahuku.

"Jangan lupa kado untuk Kalea."

"Iya, bawel amat sih," kataku jengkel. "Kalea itu sahabat karibku. Mana mungkin aku lupa hari ulang tahunnya."

"Habis kamu ini kan Miss P."

        Aku melengos. Aku paling kesal jika Fla memanggilku Miss P singkatan dari Pelupa.

"Eh, ngompol lagi Neng?" tegur kenek angkot. Ah, dia lagi. Kenek itu memakai topi terbalik, dan giginya tongos. Paling tidak enak kalau melihat dia senyum. Giginya mengilat terkena pantulan cahaya dari kaca spion. Aku hanya membuang napas jengkel, sementara suara tawa bergemuruh dari luar, maupun dari dalam angkot. Dan coba tebak siapa yang tertawa paling keras? Tentu saja Fla.

➡TBC

Jangan lupa vote and comment!!!
Thankyou Reader's♡

Salam dari Lalaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Days Of TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang