1

23 2 0
                                    

"Setidak nya aku hanya perlu memikirkan satu hal"

"Setidak nya aku hanya perlu memikirkan satu hal"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menikmati senja adalah salah satu hobi Jim. Berdiri menghadap sang surya terbenam dengan memejamkan mata dan menghirup sedikit udara. Mengambil gambar atau membuat video berdurasi pendek yang akan ia edit terlebih dahulu sebelum akhir nya ia bagikan di instagram milik nya.

Setiap hari, selalu seperti itu. Banyak yang menyebut nya 'pecandu senja'. Karena tak mungkin ia lewati jam itu meski terkadang ia terlihat sibuk. Seperti sekarang, ia sedang berada di dalam gedung kampus karena mengikuti kegiatan. Saat jam senja di mulai, mata nya akan menatap ke jendela. Jim memejamkan mata nya lima detik, menghirup udara sejenak kemudian memotret cahaya senja yang sedikit menerobos jendela.

"Jim, kau menikmati nya?".

Jim tersenyum tipis masih sibuk mengambil gambar. Jari nya bergerak memilah beberapa objek yang berhasil ia tangkap di kamera nya.
"Aku selalu menikmati nya".

Jim menoleh menatap siapa lawan bicara nya. Itu Momo, teman satu kampus nya yang populer karena bakat dance nya. Jim hanya melihat nya sejenak lalu pergi begitu saja. Momo bukan tipe wanita seperti yang lain nya, yang mengejar Jim hanya untuk mendapat perhatian. Momo sangat mengerti bagaimana Jim, meski seringkali di acuhkan. "Bahkan setelah lima tahun, ia belum berubah".Batin Momo.

Tepat jam 7 malam, Jim baru saja sampai di rumah. Ia berjalan gontai memasuki rumah tanpa ada firasat apapun. Mungkin ia sudah hafal bagaimana situasi didalam nya. Satu langkah saat ia membuka  pintu, pemandangan tak biasa ia temui. Kedua orangtua nya tengah duduk di ruang tamu dengan senyum simpul mendapati diri nya telah pulang.

Namun satu pandangan nya beralih ke objek asing yang belum pernah ia jumpa sebelum nya. Bukan senja, bukan manequin. Itu seorang gadis yang tengah duduk melihat nya bingung. Sama bingung nya dengan Jim yang juga membalas tatapan nya.

"Akhir nya kau pulang, ibu menghubungi mu tapi tak kau jawab". Ujar Ibu nya.

"Aku sibuk tadi, kegiatan ku lumayan banyak". Jawab Jim.

Ibu nya menghampiri dan merangkul nya untuk duduk bersama di sofa. Tatapan Jim masih pada gadis itu, sementara gadis itu menunduk saat Jim menatap nya.

"Jim, ini Somi. Ibu dan Ayah mengapdosi nya dari panti asuhan". Tanpa berpikir panjang dan tanpa basa basi, kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Ayah nya. Oke, sampai disini Jim sudah paham bagaimana maksud sebenar nya. Walaupun dalam pikir nya hanya ada kata mengapa, tapi di ras Jim tak perlu juga menanyakan nya.

"Ayah mengadopsi nya karena Ibu mu ingin ada teman di rumah. Ayah belakangan sangat sibuk pulang pergi ke luar negeri. Dan kau juga sibuk dengan kuliah mu. Jadi, Ayah rasa kau mengerti".

Jim kembali menoleh sejenak ke arah gadis itu. Gadis itu masih saja menunduk. Mungkin malu pikir nya dalam hati. Jim hanya menaikkan kedua bahu nya gontai. Kedua sudut bibir nya tertarik datar seolah bukan masalah atau bukan hal yang menarik juga. "Baiklah, aku mengerti. Aku pergi ke kamar dulu, aku lelah dan perlu istirahat".

Jim beranjak menarik tali tas nya yang tadi nya menjuntai. Lalu berjalan menaikki tangga tanpa menoleh sedikitpun ke tiga orang yang tengah menatap nya berjalan.

"Jim memang seperti itu. Dia sedikit cuek, tapi tenang saja, anak itu asli nya baik". Ibu nya yang berusaha menenangkan Somi agar tak perlu khawatir atau takut. Sedangkan Somi hanya mengangguk pelan dengan senyum simpul.

Jim masuk ke kamar nya dengan wajah yang teramat lelah. Tas nya ia lempar sembarang ke segala arah dan sepatu nya ia lepas kasar dari kaki nya. Ia merebahkan tubuh nya ke ranjang dengan keras. Tangan nya mengusap wajah sebagai bentuk bahwa hari ini cukup melelahkan. Ia menarik nafas lalu membuang nya. Menatap dinding langit yang kosong sama kosong nya seperti hidup nya. Ia terkekeh, kosong yang membingungkan memang. Jika orang lain akan mengisi kekosongan nya dengan cinta. Ia malah menapik itu keras.

Pikiran nya melayang. Somi, satu nama yang ia dengar hari ini cukup membuat imajinasi nya berkecamuk. Apa alasan Ayah nya cukup logis atau karena ada maksud lain? Jim tak berpikir sejauh itu. Hanya saja ia memang tau sejak dulu Ibu nya ingin Jim memiliki teman akrab. Jim membaringkan tubuh nya ke kanan mencoba berdamai dengan diri sendiri. Entah apa yang mengganjal kepala nya saat ini. Setau nya tak banyak hal yang perlu ia pikirkan. Ia hanya perlu menyelesaikan kuliah nya dan melanjutkan usaha Ayah nya karena dia satu-satu nya pewaris tunggal. Iya, hanya itu. Pada akhir nya pikiran dan tubuh lelah nya cukup merasa nyaman pada satu titik hingga tak terasa ia terlelap dan masuk ke alam bawah sadar nya.

_bersambung_

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮










Jangan lupa VOTE yaaaa..... 🤗🤗🤗🤗🤗




FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang