[1] Malapetaka

1.1K 81 19
                                    

{Bagian Satu}

•••

"Gimana, nih? Kalau kita ngga kumpulin sekarang bisa nol nilai sosiologi kita, Tha!"

Cowok itu menghela nafasnya kasar. Pandangannya melirik kearah sekitar.

"Bu Gina kemana? Ngga masuk?" tanya cowok itu kepada Bayu—ketua kelas. Bayu menganggukkan kepalanya. "Bu Gina ngga masuk. Izin katanya."

Ucapan Bayu tentu membuat Athalan tersenyum lebar.

"Gue punya ide."

Athalan berlari menuju parkiran sekolah yang diikuti sahabatnya—Bagas, dari belakang. Pandangannya melirik kearah sekitar. Setelah merasa aman, barulah cowok itu memulai aksinya.

"Lo lagi ngapain sih, Tha?"

Cowok bertubuh tinggi itu tidak menggubris pertanyaan Bagas. Tangannya masih sibuk berkutik dengan salah satu ban motor yang terparkir disana.

5 menit, Bagas tersenyum lebar kala melihat sebuah ban motor yang menjadi sasarannya sudah tidak berisi angin.

"Sorry ya, Pak Lucas yang terhormat, Athalan yang ganteng ini ngga ada pilihan lagi selain ngempesin ban motor bapak." ujar Athalan. Sementara Bagas hanya mengerutkan keningnya. Masih tidak paham dengan apa yang telah sahabatnya itu lakukan.

"Lo kenapa ngempesin ban motornya Pak Lucas? Kalau ketauan tar kita bisa masuk Bk bego." kesal Bagas sambil menatap Athalan.

"Lo yang bego. Nih ya, gue jelasin,"

"Kita kan dikasih tugas sama Pak Lucas, dan kita belum ngerjain tugas itu. Benar saudara Bagas?"

Bagas tidak mengubris. Ia hanya mengangkat sebelah alisnya keatas sambil mendengarkan Athalan berceloteh.

"Sementara satu jam lagi bel pulang berbunyi—"

"Duhh. Bisa ngga sih langsung to the point aja? Gue jijik denger lo ngomong pake bahasa baku kayak gitu." Bagas jadi keki sendiri. Harusnya sekarang ia berada dikelas sambil mengerjakan tugas yang belum sempat ia kerjakan. Tetapi Athalan malah membawanya kesini. Buang-buang waktu saja.

Sementara Athalan hanya menghela nafasnya. Lelah mempunyai sahabat yang sedikit lemot seperti Bagas. Athalan yakin, setelah Bagas tahu maksud dari Athalan membawanya kesini, Bagas akan berterimakasih kepadanya.

"Dengerin gue. Kita kan dikasih tugas sama Pak Lucas, terus kita belom ngerjain tugas itu. Sementara bel pulang satu jam lagi. Lo mau nilai sosiologi kita nol? Maka dari itu, gue kempesin ban motor Pak Lucas supaya dia kejebak disekolah, dan kita bisa kerjain tugasnya, terus dikumpulin ke dia. Lo ngerti gak?!" ucap Athalan panjang lebar.

Benar dugaannya. Wajah Bagas yang sedaritadi memasang ekspresi kesal, langsung tersenyum lebar kearah Athalan. Saat Bagas akan berucap, Athalan memotong nya terlebih dahulu.

"Oke sama-sama. Gue tau lo mau ngomong 'Makasih Athalan. Tumben banget lo pinter, biasanya otak lo kan ga jalan' gue udah tau. Mending kita langsung balik ke kelas terus kerjain tuh tugas." setelah mengatakan itu Athalan beranjak pergi meninggalkan parkiran sekolah. Sementara Bagas hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil melihat sikap sahabatnya yang bisa dibilang sangat abstrak.

•••

Valerie mengerjapkan matanya beberapa kali kala merasa ada yang berusaha membangunkan tidur siangnya. Matanya kembali tertutup. sementara mulutnya sedang terbuka lebar karena menguap.

Valerie berdecih. Tidak sopan menurutnya membangunkan orang yang tengah tertidur nyenyak seperti ini.

"Siapa sih? Ngga liat gue lagi tidur?!" sarkas Valerie. Matanya masih menutup. Tetapi beberapa bisikan yang berada disekitarnya membangunkan dirinya. Matanya terbuka, dan langsung menemukan sosok besar menyeramkan sedang berdiri tepat dihadapannya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang