Apa Kabar Ve?

876 99 30
                                    

Veranda diatas ranjangnya hanya duduk bersandar menatap layar ponselnya. Tepat 10 menit lalu ia menerima pesan singkat yang tak akan pernah ia duga.

Apa kabar Ve?
Apa kamu masih memikirkan aku?

Ia baca kembali pesan itu tanpa menulis sepatah kata untuk membalasnya. Pesan itu dikirim oleh nomor asing yang tak Veranda ketahui, namun saat itu juga Veranda tau siapa orang yang mengirim pesan itu. Hanya satu orang yang memanggil Jessica Veranda dengan sebutan Ve. Orang yang tak akan pernah Veranda lupakan, sampai kapanpun, yang tak pernah hilang dari dalam hati Veranda.... Kinal.

Jauh di belahan bumi, di negara asing. Kinal dengan buru-buru menyembunyikan ponselnya dari suaminya.

"Siapa?" Tanya lelaki itu dengan suara berat.

Kinal menggeleng sambil tersenyum kikuk.

"Ayo tidur? Sudah sangat larut."

Kinal menuruti kemauan sang suami, merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan masuk kedalam pelukan lelaki itu.



●●●●●●●●●



Veranda membalik lembar demi lembar halaman buku yang ia baca. Selalu dan selalu saja buku bertema detective yang mampu membuat Veranda menjadi kutu buku.

Hampir saja Veranda membuka halaman terakhir dari buku namun diurungkan karena ia mendengar dering yang memekik telinganya. Ia ambil ponsel diatas nakas miliknya. Matanya melebar setelah melihat nomor yang sedang menelponnya adalah nomor yang telah mengirim pesan padanya tadi malam.

Dengan penuh ragu ia mengangkat teleponnya. Diam cukup lama, hingga sang penelpon membuka suara.

"Apa kabar Ve?"

Dada Veranda berdebar kencang, tak salah lagi ia menebak sang penelpon.

"Mungkin kamu bertanya-tanya siapa aku. Aku-"

"Kinal." jawab Veranda singkat.

Diam. Sang penelpon diam beberapa saat. Sebelum kini Veranda yang memecah keheningan.

"Apa kabar Kinal?"

"Baik. Sangat baik."

Veranda kini mulai duduk diatas ranjangnya, menaruh bantal dipangkuannya dan menekan-menakan bantal itu dengan jari telunjuknya. Apakah ia gugup?

"Kamu membaca pesanku semalam kan?"

"Ya tentu."

"Jadi, apakah kamu masih memikirkanku Ve?"

Tubuhnya menegang sesaat akibat pertanyaan Kinal yang gamblang.

"Kenapa?"

Terdengar orang diujung telepon mendesis. Ia tahu, jawaban seperti ini sangat Kinal benci.

"Jangan kembali bertanya Veranda."

"Hey, memang seharusnya aku yang memberikan banyak pertanyaan untukmu."

Veranda jeda perkataannya, menarik napas dalam lalu menghembuskannya.

"Setelah 2 tahun kita berjanji untuk tidak lagi saling berbagi kabar satu sama lain. Kenapa kemarin? Tepatnya tadi malam, kamu mengirim pesan seperti itu?"

"Bukankah kamu sendiri yang meminta tepat dihari pernikahanmu dengan Adli-"

"Aku merindukanmu, aku rindu Veranda sahabatku."

Veranda tersenyum remeh.

"Sahabat macam apa yang selalu melumat bibir satu sama lain?"

Kinal terkekeh.

Apa Kabar Ve?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang