Zahra semalam memikirkan bagaimana caranya agar bisa dekat dengan laki-laki itu, sampai-sampai ia bangun kesiangan dan hampir terlambat. Zahra menlihat Ayahnya sedang membuat bekal untuk dibawa kesekolah.
"Ayah, mengapa tak membangunkan aku? Ini sudah jam setengah tujuh Ayah" rengek Zahra pada Ayahnya, sambil bergegas untuk berangkat ke sekolah.
"Ayah kira kamu sudah bangun dari Subuh." Jelas sang Ayah, sambil memasukan makanan ke wadah bekal.
"Aku tertidur selesai subuh Ayah" tergesa-gesa Zahra mengambil bekal yang sudah disiapkan Ayahnya.
"Ya udah Ayah, Zahra berangkat dulu, Assalamualaikum!" Mencium tangan Ayahnya, setelahnya memeluk sebentar sang Ayah. Menurut Zahra pelukan adalah ketenangan dan takutnya tidak dapat memeluk orang yang disayangnya, maka dari itu ia selalu memeluk Ayahnya karena Zahra tidak akan tau kapan ajal akan menjemput.
"Wa'alaikumussalam anak Ayah, hati-hati" jawab sang Ayah yang melihat Zahra berlari untuk ke tempat tunggu angkutan umum.
Zahra sudah sampai disekolah, ia berjalan dikoridor yang menuju kelasnya. Zahra melihat laki-laki itu didepannya, Zahra menghampirinya.
"Hai, boleh kenalan? Aku Zahra" Zahra mengulurkan tangannya kepada laki-laki itu, hanya senyum tipis tak ada respons lain. Laki-laki itu terus berjalan menuju kelasnya, sedangkan Zahra sudah ada didepan pintu kelasnya sendiri.
"Cuek banget" batin Zahra
"Wa'alaikumussalam!" Sindir Dini yang sedang membaca novel.
"Assalamualaikum!" sahut Zahra.Zahra menempelkan pipinya ke meja.
"Masih pagi, kenapa mukanya ditekuk?" Tanya Dini sambil menutup novelnya, namun tak ada respons dari Zahra.
"Yakin tidak mau cerita? Ya udah." Dini melanjutkan membaca novelnya.
Pelajaran berlangsung sampai terdengar bunyi bel yang menandakan istirahat, Zahra dan Dini berjalan ke kantin yang ada disekolah tersebut. Sampai dikantin, Zahra memesan baso dan Dini memesan siomay. Mata Zahra mencari kesana kemari laki-laki itu, namun nihil yang Zahra dapat. Huftt
"Mata udah mau keluar aja tuh" celetuk Dini
"Kok dia tidak ke kantin ya" sahut Zahra masih mencari.
"Sudah, ayo cari tempat duduk!" Ajak Dini yang membawa nampan berisi baso dan siomay.
Zahra dan Dini sudah berada dimeja yang kosong. Dini memakan makannya dengan lahap, sedangkan Zahra tampak malas dengan makanan yang ada dihapannya.
"Sudah makannya?" Tanya Dini
"Sudah" jawab Zahra.
Mereka pun keluar dari kantin dan kembali ke kelas. Mata Zahra menangkap sosok laki-laki itu, bibir Zahra melengkung dengan sendirinya.
"Hai, ketemu lagi. Emang jodoh kali kita" seru Zahra, dan lagi hanya senyum yang Zahra dapat.
Bel pulang berbunyi, Zahra membereskan alat tulis dan memasukannya dalam tas. Zahra keluar kelas tapi sebagian dari temannya memilih nanti untuk pulang, Zahra tidak terbiasa kalau pulang terlalu sore takut ayahnya cemas. Dan lagi, Zahra bertemu laki-laki itu. Zahra berlari menghampiri laki-laki itu dan menyamakan langkah disebelah laki-laki tersebut.
"Bisa pelan tidak jalannya?" Tegur Zahra
"Bisa" memelankan langkahnya
"Aku ulangi, namaku Zahra. Zahra Balqis Abrar! Kamu siapa?" Tanya Zahra.
"El Zidan" Sahut laki-laki itu.
"Boleh aku pulang bareng sama kamu?" Tanya Zahra
"Aku ke arah barat" jawab El
"Yah beda arah" Balas Zahra dengan lesu
Zahra dan El berjalan bersamaan tapi tidak ada percakapan, dan sampai pada akhirnya Zahra lebih dulu meninggalkan El di halte. Zahra melambaikan tangannya ketika sudah menaiki angkot, namun Zahra tidak dapat respons karena El memilih fokus ke lagu yang ia dengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamuku
Spiritual"Perlu kamu tau, tidak ada hati yang baik-baik saja ketika cintanya bertepuk sebelah tangan. Terimakasih, karenamu aku mengerti rasanya tak dianggap" Zahra Balqis Abrar.