Happy Reading !
====
Meskipun Himalaya sadar pemandu sorak itu kegiatan berkelompok, dia merasa sendirian di sini. Dia melihat sekelilingnya saat pelatih meminta tim mengulangi kombinasi gerakan yang sama. Nyaris setiap orang menghela napas panjang dan memasang muka masam.
Sepertinya mereka membayangkan kegiatan lain. Yang enak, yang santai, yang selalu mereka lakukan diakhir pekan. Dengan keluarga, teman, atau pacar. Kecuali Himalaya, dia sudah biasa tidak kemana-mana. Sudah biasa dengan tidak bersama siapa-siapa.
Himalaya tau kalau bisa mereka ingin mengerang atau berseru Boo! Tapi tak ada yang berani mengeluh. Jika dilakukan, malah jam latihan bisa-bisa ditambah. Ini saja entah sudah pengulangan keberapa. Himalaya kehilangan hitungan.
Apa mereka akan mengulangi gerakan yang sama terus-menerus sampai ada yang pingsan lalu berhenti?
Yang pasti Himalaya tidak mau pingsan.
Dia rapika cepol rambut hitam sepundaknya. Wajah dan tubuhnya dipenuhi keringat. Kulitnya putih, tapi sekarang merah seperti direbus lama-lama. Dia sama sekali tidak semang. Tepatnya, dia lelah dengan kemah pelatihan yang lebih cocok disebut pelatihan militer.
Semua pengulangan gerakan ini disebabkan oleh satu cewek junior kurang fokus. Padahal mereka harus fokus dan memegang prinsip kerja sama tim. Satu salah yang menanggung sekampung.
Pelatih berteriak memberi dorongan semangat. Himalaya melakukan gerakannya lagi. Tentu saja dengan sempurna. Himalaya ingin ini segera berakhir. Bahkan pikiran itu nyaris keluar melalui mulutnya saat pelatih lewat di sisinya.
"Kalian contoh Himalaya!" seru pelatih, menunjuk Himalaya yang bergerak dengan lincah dan luwes. "Fokus! Fokus!" dia bertepuk tangan.
Banyak pasang mata tertuju pada Himalaya. Sayangnya dia bukan diharapkan menjadi congoh. Dia akan jauh lebih senang kalau waktu latihan dipersingkat.
Jam dinding di gimnasium menunjukkan latihan telah usai. Sepertinya masih lama waktu tidur untuk anggota pemandu sorak SOPA. Himalaya tidak berlebihan jika menyebut pelatihan ini seperti wajib militer.
Suara debum terdengar. Satu cewek akhirnya tumbang. Atau pura-pura pingsan untuk menyelamatkan seluruh anggota. Himalaya berterima kasih dalam hatinya. Yang lain bahkan ada yang sampai sujud syukur.
Latihan selesai.
Himalaya melaju bersama kerumunan, berbondong-bondong masuk ke ruang loker untuk membilas keringat dan berganti baju. Ritual ini biasanya jadi ajang gosip sekalian. Beberapa cewek pemandu sorak masih betah saja haha-hihi ditempat minum.
Berbeda dengan Himalaya. Dia segera mandi dan setelah selesai dia kembali ke loker, lalu mengenakan baju gantinya. Kaus putih dan celana training panjang. Rambutnya masih basah dan dibiarkan tergerai. Ingin cepat beristirahat, dia segera beranjak melewati tempat minum untuk keluar dari gimnasium.
Matanya menangkap sosok junior sialan tadi. Haha-hihi dengan gelas minuman ditangan. Junior itu sama sekali tidak terlihat merasa bersalah, malah enak bergosip dengan temannya sesama junior. Himalaya menghampiri biang kerok lamanya pelatihan militer ini.
Apa mereka akan mengulangi gerakan yang sama terus-menerus?
"Harusnya lo lebih fokus," ujar Himalaya. Basa-basi tidak ada didalam kamusnya. Dia lihat kepala si junior itu tertunduk.
"Gara-gara lo semuanya jadi kena."
Suara riuh berubah menjadi hening. Semua perhatian cewek ter arah pada Himalaya dan si junior. Bahkan seorang cewek meleser ke ruang loker untuk mengumumkan. Tak lama, cewek-cewek itu berhamburan keluar dan berkerumun membentuk lingkaran dengan dua orang sebagai titik fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemani Setiap Detik Rasa Sepi - DOYOUNG
Fanfiction❝Dasar hantu cabul !❞ [28/11/19] ✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋ ❋*˚ ┉┉┉┉┉༝✧ A story By Kshinkko