Happy Reading !
====
Latihan dari pagi-pagi buta sampai malam masih lebih baik dibandingkan acara sesi keakraban. Kalau bisa, Himalaya mau pura-pura kesakitan karena datang bulan. Dia memang ahlinya menyuarakan apa yang dipikirkan tanpa disaring, tapi dia tidak pandai berakting.
Acara penutupan pelatihan ini adalah yang paling dia hindari. Himalaya malas berada ditengah-tengah anggota lain dan mendengarkan mereka menyampaiman kesan dan pesan pelatihan selama ini.
Apalagi setelah kejadian semalam. Mereka masih berbisik-bisik menjelekkan dirinya. Yang diomongin seperti itu pastinya capek juga. Himalaya heran kenapa mereka tidak memilih berbicara langsung kepadanya dari pada berbicara picik seperti itu.
Mau tak mau, Himalaya harus mengikuti acara tersebut. Masih bertempat di gimnasium. Seluruh anggota pemandu sorak disuruh duduk di lantau membentuk lingkaran.
Namanya sesi keakraban, tapi Himalaya malah tidak ada niat untuk mengakrabkan dirinya dengan siapa pun. Setidaknya dia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Sebenarnya bukan salahnya jika pernah disakiti oleh temannya sendiri.
Salahnya itu adalah mau-maunya berteman dengan orang itu. Pokoknya, dia berjanji tidak akan jatuh pada lubang yang sama.
Himalaya memilih posisi paling pojok dekat pintu keluar. Jaga-jaga untuk dirinya bisa mengendap-endap pergi dari tempat ini. Semoga saja dia tidak ketiduran saking bosannya.
Himalaya hanya bersabar diri sampai acara ini selesai.
"Terina kasih yang sudah berpartisipasi untuk mengisi kegiatan yang menyenangkan ini." sambut pelatih. Kedua tangannya merentang kedua sisi.
Menyenangkan dari mana? Himalaya menopang dagunya dengan tangan yang bertumpu pada lututnya. Matanya menatap malas.
"Sebelum acara ini ditutup, kita akan saling berbagi pengalaman singkat di sini. Sampaikan kesan dan pesan kalian."
Kalimat selanjutnya begitu tidak terdengar jelas karena Himalaya tidak menaruh fokusnya pada pelatih yang masih berceloteh. Dia malah menyadari masih ada bisik-bisik yang berlangsung. Beberapa cewek terkekeh sembari mencuri perhatian padanya.
Himalaya berusaha membaca gerak bibir cewek-cewek yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka. Lucu karena pelatih tidak menyadari bahwa tidak peduli kata sambutannya.
Yang Himalaya tangkap adalah....sesuatu....Himalaya....sesuatu....Alana.
Tidak begitu jelas.
Saat pelatih akhirnya mencoba komunikasi dua arah, semuanya mendadak memperhatikan. Semua mata langsung tertuju pada pelatih. Bibir terkatup rapat tanpa ada bisikan-bisikan lagi.
"Jadi siapa yang mau berbagi duluan?"
Jangankan jadi yang duluan, jadi yang berbagi saja Himalaya menolak terus.
Kemudia Himalaya melihat salah satu tangan junior yang kemarin terangkat. Perasaannga seketika tidak enak. Dirinya bertanya-tanya, apakah junior itu mau bermain menjadi pengadu. Maka Himalaya mengamatinya dengan tatapan lekat.
Junior itu berdiri dan berjalan ke tengah-tengah lingkaran.
"Halo, semuanya. Seperti yang kalian tahu, kemarin aku ngerepotin semuanya. Aku mau berterima kasih buat Kak Alana yang mendukungku untuk menjadi lebih baik." Junior itu bertemu mata dengan Alana. Himalaya melihat Alana mengacungkan kedua jempolnya diudara dengan tatapan bangga. "Makasih juga nasihat dari Kak Himalaya."
Tidak perlu menjadi seorang ber-IQ tinggi untuk mengetahui junior itu menyindir Himalaya. Reaksi dari anggota pemandu sorak yang lain adalah kekehan kecil sembari melirik Himalaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemani Setiap Detik Rasa Sepi - DOYOUNG
Fanfiction❝Dasar hantu cabul !❞ [28/11/19] ✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋ ❋*˚ ┉┉┉┉┉༝✧ A story By Kshinkko