Happy Reading !
====
Betapa magnetisnya sebuah kasur itu. Rasanya Himalaya enggan beranjak darinya meski bunyi alarm ponselnya begitu nyaring selama beberapa menit. Ditambah dia masih sakit terlalu kelelahan untuk masuk sekolah hari ini.
Kasurnya empuk. Seprainya lembut. Himalaya merasa dirinya sedang direngkuh. Sangat nyaman. Alarm berbunyi nyaring lagi. Dia berpikir kamarnya terlalu polos karena suara ponselnya menggema di sudut ruangan. Memang tidak terlalu banyak pernak-pernik seperti kamar anak cewe pada umumnya. Kamarnya didominasi warna biru dan putih seperti langit ketika cerah.
Setidaknya, warna kamarnya membuat kehidupannya tidak terlihat begitu muram.
Meja belajar terletak di dekat pintu masuk, terdapat MacBook Pro diatasnya. Disamping meja ada cermin yang cukup besar. Di sisi lain, ada lemari bajunya. Sebuah nakas disamping tempat tidur. Hanya perabotan dikamarnya.
Baginya kamarnya adalah tempat teraman. Tidak terlalu banyak barang didalam kamarnya itu sangat nyaman dan tidak terasa sesak.
Suara alarm perlahan-lahan seperti menyusup dan menggema dalam otaknya. Himalaya sudah tidak tahan lagi. Suara itu memekakkan telinga.
Akhirnya satu tangannya mencoba menggapai ponselnya diatas nakas. Tanpa melihat ponselnya, dia menggeser tombol alarm. Suara itu tidak lagi memenuhi ruang kamarnya. Himalaya melanjutkan tidur. Dia ingin tidur nyenyak dan bermimpi indah.
Sudah diterapkan bahwa Himalaya akan bolos sekolah hari ini.
Himalaya menarik selimut kembali sampai menutup kepala. Badannya bergelung dalam selimut. Ini hari sempurna untuk dihabiskan di atas tempat tidur saja.
"Bangun, Ayo sekolah." Himalaya mendengar seseorang berkata.
Himalaya mengerang malas. Dia semakin menutup tubuhnya dengan selimut rapat-rapat. Tidak ada niat untuk beranjak sedikitpun.
"Jangan malas, demi masa depanmu. Ayo, harus semangat sekolah."
"Lima menit lagi. Capek tahu semalam baru pulang. Jangan ganggu aku." balas Himalaya. Suaranya teredam karena posisinya dibawah selimut. "Aku masih mau tidur. Sana!"
Apa-apaan ini?
Pagi hari ini Himalaya sudah diberi nasihat.
Beberapa detik kemudian, Himalaya merasakan ada kejanggalan. Adegan seperti ini seharusnya tidak terjadi di dalam hidupnya. Seseorang membangunkannya di pagi hari. Rasanya tidak mungkin. Lagi pula siapa yang berani-beraninya masuk kedalam kamarnya?
Seseorang?
Saking menjaga privasinya, Himalaya melarang Bibi penjaga untuk masuk kedalam kamarnya. Dia tidak keberatan sama sekali untuk membereskan kamarnya sendiri juga kamar di dalamnya. Baginya kamqr adalah benteng yang tidak bisa dimasuki orang lain.
Mengibaskan selimutnya, Himalaya mencoba memastikan apakah dia tidak salah dengar barusan.
Dia mungkin salah dengar.
Dia mungkin salah lihat.
Dia melihat seseorang cowok duduk dipinggir ranjangnya.
Takut salah melihat, Himalaya memicingkan mata untuk memperjelas pandangannya. Sosok itu tidak menghilang. Himalaya mengucek matanya. Tetap ada cowok di dalam kamarnya. Duduk bersila di ujung tempat tidur.
Hidungnya mancung, gaya seperti orang atasan, kulitnya putih, cowo itu mengenakan kaos berwarna putih dengan celana jins berwarna biru muda.
"Selamat pagi." Sapanya. Cengiran menyusul dari cowok itu.
Senyum sumringah itu sejujurnya membuat Himalaya bergidik.
Selamat pagi kepalamu!
Kenapa ada cowok didalam kamarnya?
Himalaya memekik. "LO SIAPA?"
Refleks, dia meraih lalu melemparkan ponsel ke arah cowok tersebut. Lalu terdengar debam suara ponselnya mendarat dilantai.
Ponsel tersebut menembus cowok tersebut.
Tidak mungkin!
Cowok itu terlihat kaget. Dia mengusap-usap dadanya yang menembus ponselnya.
Himalaya tidak memerdulikann "Mimpi yang aneh."
Dia tidak lagi menghiraukan kehadiran cowok tersebut. Siapa tahu memang dia lagi bermimpi karena terlalu kecapean.
Tapi, mustahil jika ada yang masuk kerumahnya, CCTV, alarm segala macam ada dimana-mana.
Dari pada jadi memikirkan hal yang membuat kepalanya semakin pusing. Himalaya kembali menarik selimutnya. Dia memilih tidur dibandingkan lelah fisik sekaligus lelah batin.
Beberapa jam memilih tidur, Himalaya bangun dan duduk dipinggir kasurnya untuk mengumpulkan tenaga, setelah tenaganya terisi, Himalaya menuju kamar mandinya untuk membersihkan diri.
Terkadang anak cewe pada umumnya butuh waktu berjam-jam dikamar mandi, tapi tidak dengan Himalaya. Hanya butuh kurang lebih 15 menit didalam kamar untuk membersihkan diri, terkadang Himalaya berpikir apa yang dilakukan orang dikamar mandi sampai selama itu.
Himalaya mengambil bajunya dan hanya mengenakan pakaian sehari-harinya dirumah, Toh juga Himalaya gak kemana-mana.
Soal cowok tadi, Himalaya masih kepikiran. Himalaya duduk diujung kasurnya dan melihat setiap penjuru sudut kamarnya.
Perlahan Himalaya berdiri mengambil beberapa langkah kecil untuk menuju lemari yang ada disamping televisinya itu.
Himalaya mengendap-endap dan membuka lemarinya, nihil, tidak ada siapapun disana. Lalu cowok itu kemana? Tidak mungkin hilang secepat petir dan flash.
Dari pada pusing, Himalaya lebih memilih mengambil remote dan menonton film horror. Sesekali Himalaya mengecek ponselnya, untuk mengecek sosial medianya. Tujuannya juga untuk mengintip kehidupan sehari-hari orang disana.
Himalaya terlihat senang, ibunya menelponnya setelah sekian lama.
"Maaf, Saya salah sambung" Muka senyum Himalaya tiba-tiba hilang begitu saja. Sungguh begitu lupakah orangtuanya bahkan saat menelpon pun salah sambung?
Himalaya menangis, namun tangisannya hanya seperti orang terisak saja. Dia menutup kedua mukanya dan menangis walau sekejap.
Selesai dengan dunia air matanya, Himalaya lanjut menonton tvnya dan hanya terdiam seperti orang banyak pikiran.
----- tbc -----
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemani Setiap Detik Rasa Sepi - DOYOUNG
Fanfiction❝Dasar hantu cabul !❞ [28/11/19] ✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋ ❋*˚ ┉┉┉┉┉༝✧ A story By Kshinkko