Bersama Hujan

28 2 0
                                    

Semilir angin berhembus lembut menyapa kulit pucatnya, aroma khas bunga bermekaran menyapa penghidungnya seolah membersihkan rongga pernafasannya. Matanya terpejam tenang menikmati saat-saat yang dinantinya. Bagaimana bisa pagi hari musim semi di halte bus bisa seindah ini? Batinnya bertanya. Kedua ujung bibirnya perlahan terangkat manis seiring angin yang semakin berhembus lembut menerpa wajah cantiknya.

Suara khas kendaraan menyapa rungunya membuatnya tersadar, jika yang ditunggunya sejak tadi sudah tiba. Tanpa diminta bus itu berhenti tepat di hadapannya. Seperti pagi biasanya ia akan duduk di kursi kedua dari belakang, berdekatan dengan jendela dan tak lupa kaca jendelanya dibuka lebar-lebar. Netranya mengamati lalu lalang manusia yang sibuk dengan kegiatannya masing – masing, ini merupakan hal kedua yang disukainya setelah menikmati udara pagi di halte bus. Entahlah, seperti sedikit mengurangi beban dipundaknya dan meringankan pikirannya.

Bus behenti di tempat tujuannya, ia turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada sang sopir. Itu selalu ia lakukan, berterimaksih setiap kali turun dari bus tak lupa dengan senyum manisnya. Bangunan di hadapannya tanpa sebab menimbulkan sunggingan di mulutnya, ditambah orang yang sedang melambaikan tangannya dan menyapanya saat ini.

"halo, bagaimana pagimu?" Tanya seeorang yang baru saja menyapanya beberapa saat lalu. Tangannya sibuk membereskan sandal sandal mungil di rak sepatu.

"seperti biasa, indah. Yang lain belum datang kak?" pertanyaannya mendapat gelengan dari nayeon. "sudah, mereka sedang membersihkan tempat dan memasak. Sepertinya kau yang terakhir datang" tangannya selesai membereskan sandal lalu menepuk bahu mina pelan.

"cepat ganti bajumu, kita harus bergegas sepertinya hari ini akan banyak tamu" lalu sang kaka menyunggingkan senyum dan berlalu ke ruangan lain. Mina lantas tanpa basa – basi mengganti pakaiannya dengan seragam kerjanya.

Mina, seorang pemudi cantik yang bekerja di salah satu baby day care di Seoul, usianya masih terhitung muda untuk seorang pekerja, 20 tahun masih sangat muda bukan? Ia memulai semuanya bukan tanpa alasan. Hidupnya tak seindah remaja pada umumnya, uang saku setiap harinya, makan disiapkan sosok ibu dipagi hari dan membeli pakaian sesuka hati. Mina tidak mendapatkan itu semua. Mengharuskan ia membiayai diri sendiri demi tidak menjadi tuna wisma. Hidupnya pernah berada dititik tertinggi tentunya, mendapatkan kasih sayang dari orang tua tanpa henti, mendapatkan semua yang ia mau tanpa diminta namun kembali lagi, jalan hidup tidak pernah ada yang tahu. Ia tiba-tiba dihadapkan dengan kenyataan yang hampir membunuhnya secara perlahan. Beruntungnya saat itu nayeon datang.

Membawanya keluar dari masa gelapnya yang hanya ada ia seorang diri, nayeon membawanya ke tempat ini dan membantunya mendapatkan pekerjaan. Toh, mina pun menyukai anak kecil jadi tidak ada salahnya nayeon membawanya kesini. Semuanya hanya untuk mengalihkan fokus mina. Untuk melihat kembali senyum indahnya, dan sekarang terbukti senyum itu mulai terlukis kembali menebar kebahagiaan.

"mina? You okay?" nayeon sedikit menepuk bahunya, menyadarkan mina dari lamunnya.

"eo? Mmm.." gumamnya sambil mengangguk.

Kring..

Bunyi bel khas pintu terbuka mengalihkan atensi mereka. Menampakkan seorang pria berbadan tinggi dengan anak kecil di pangkuannya sedang menangis.

"selamat datang" sapa nayeon. Si pria hanya tersenyum sambil menyamankan posisi anak di pangkuannya.

"bisa kah saya titip anak saya disini? Saya ada pekerjaan penting di kantor dan tak bisa membawa anak saya" nayeon mengangguk mengiyakan lalu mina beralih membawa sang anak kepangkuannya lalu membawanya ke ruangan bermain sementara nayeon menemani sang pria untuk melakukan prosedur penitipan.

Day CareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang