Bab 3

29 2 0
                                        

Ku lihat ke arah luar jendela angkot, gak kerasa udah sampai di depan komplek ku dan sebelum Tari mengeluarkan seribu jurus keponya, aku segera menyuruh supir angkot untuk berhenti di pinggir jalan.

"Tar, gue duluan ya" ucap ku sambil keluar dari angkot dan kemudian melambaikan tangan kanan ku pada Tari. Tari sempat ingin berbicara namun supir angkot seolah mendukung ku, dia langsung menancapkan gasnya dan melaju kencang.

****

Sore ini hujan begitu lebat, di rumah gak ada siapa siapa lagi. Bang Andre belum pulang kerja dan pada akhirnya aku hanya berdiam di dalam kamar sambil menatap keluar jendela. Rintik demi rintik hujan menerpa kaca jendela ku, Aku tidak terlalu suka dengan hujan tapi karena lagi gk ada kerjaan lain aja jadi liatin ujan dari jendela. Iya bengong intinya.

Drrrrrrrrtttttt....drrrrrrrttttt

Handphone ku yang bergetar membuyarkan lamunan ku, Aku melihat siapa yang menelpon ku. Dan ternyata dari seseorang yang tak ku inginkan keberadaannya. Dengan malas aku menjawab panggilan itu.

"Ada apa?" Tanya ku dengan dingin

"Bagaimana kabar mu?"

"Baik, sangat baik sebelum kau menghubungiku"

"Mamah ingin bertemu dengan mu, bisa kita bertemu sebentar besok di taman dekat sekolah kamu?"

"Akan aku usahakan" Aku langsung menutup percakapan dingin ini tanpa basa basi lagi.

Karena kelamaan bengong dan juga kesal membuat ku jadi lapar tapi di rumah lagi gak ada stok makanan dan terpaksa harus keluar rumah saat hujan kaya gini, abis mau gimana lagi daripada aku mati kelaparan kan gak lucu.

Dengan erat aku genggam payung yang melindungi tubuh ku dari gerimis hujan sore sambil terus ku langkahkan kaki ku yang sudah mulai basah akibat genangan air. Terasa banget kaya gembel kelaperan terus berusaha cari makan, gara-gara Bang Andre yang lupa beli stok makanan jadi harus pergi keluar cari makan.

Biasanya di depan komplek jam segini banyak yang jualan tapi sekarang mendadak gak ada sama sekali, udah jalan cukup jauh juga masih gak keliatan ada yang jualan. Ya ampun, makin terasa deh penderitaannya.

"Please, siapapun yang gue kenal atau yang gak gue kenal sekalipun tolongin gue" dengan pasrah aku berdiam di tepi jalan, bingung harus cari makan kemana.

Dan tiba-tiba Tuhan kabulkan doa ku pada akhirnya aku melihat Alaska sedang mengendarai motor vespanya yang berwarna hitam, Aku mencoba menghentikannya dengan berteriak memanggil namanya sambil melambaikan tangan ku.

"Alaskaaaaaaa..... tolongin gue"

Dengan santai Alaska berhenti di depan ku kemudian menatap ku dengan sangat dingin. Suasananya lagi gerimis dingin terus harus di tambah dengan tatapan dingin Alaska, kebayang dong dinginnya gimana?

"Tolongin gue, anterin gue ketempat makan dimanapun terserah lo yang penting gak jauh dari sini" kata ku panjang lebar kepada Alaska yang terlihat kebingungan.

"Naik"

Satu kata. Tapi kenapa terasa aneh bagi ku?, namun karena rasa lapar ku yang tak tertahankan akhirnya aku langsung naik motor vespa Alaska.

"Payungnya dilipet dulu"

Oh, shit. Kenapa aku jadi kaya orang bego sih. Dengan malu aku pun melipat payung ku dan membiarkan gerimis hujan menyentuh rambut ku yang di ikat seperti buntut kuda, wajah ku pun basah oleh gerimis hujan dan dingin karena hembusan angin belum lagi sikap alaska yang cuek dan dingin membuat tubuh dan hati ku dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Introvert BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang