Deep in the night when you close your eyes
A watchful eye will see your every move
Don't smile, don't open your eyes, don't breathe
or they will drag you into the darkness.
- C.
:::
Taeyong terbangun dengan gelisah untuk ketiga kalinya malam itu. Dia selalu takut untuk menutup mata sejak pertama kali gempa terjadi, namun ketakutan itu lebih terasa hari ini. Matanya melihat sekeliling, tidak ada pergerakan berarti dari murid-murid yang selamat selain berusaha menyamankan badan yang terpaksa tidur di lantai.
Empat hari berlalu, dan Taeyong sudah bisa menebak tidak ada yang selamat lagi di sekolah. Dia sudah mengelilingi gedung puluhan kali, memanggil seseorang━siapa saja, tolong jawab━ di balik reruntuhan hingga suaranya hampir habis namun tidak ada yang menjawab.
Bukan sekali dua kali Taeyong ingin menusuk pecahan kaca ke lehernya, namun tangannya selalu berhenti. Mungkin dia pengecut, dia takut mati. Dia takut sakit. Dia ingin meminta maaf pada Johnny. Dia ingin bersama temannya.
Air mata mengalir tanpa suara ke pipinya. Buru-buru dia bangun dan menggosok kasar mata, kakinya melangkah cepat ke luar ruang kelas yang sudah dirubah menjadi pengungsian seadanya.
Keluar dari lelorongan, Taeyong berada di tengah-tengah lapangan. Mengambil nafas beberapa kali untuk menenangkan diri━tarik, keluarkan, tarik, keluarkan, kau pasti bisa Lee Taeyong━, akhirnya dia bisa menengadah melihat langit.
Langit gelap dengan sedikit pencahayaan dari bulan yang sudah perlahan menghilang membuat Taeyong memincingkan mata. Dia bukanlah murid yang terlampau pandai, namun dia tahu bahwa gerhana bulan seharusnya membuat bulan tidak mengeluarkan cahaya, atau bahkan berubah menjadi merah dan menghilang, bukan menjadikan bulan berwarna ungu.
Tiba-tiba kalung pemberian Johnny lebih berat. Seharusnya Taeyong sudah tidak merasa aneh, dia bahkan tidak merasa khawatir pada orangtuanya yang berada di rumah saat gempa terjadi. Dalam hatinya Taeyong sudah menduga bahwa mereka berdua tidak akan selamat.
Mungkin itu adalah alasan Taeyong tidak memilih keluar dari sekolah. Yang lain mungkin denial, namun dia tahu tidak akan yang datang menyelamatkan mereka tidak peduli selama apa mereka menunggu. Taeyong takut dia tidak akan menemukan orang lain di luar sana dan menjadi gila.
Dia mungkin bisa bertahan tanpa makan dan minum, tapi tanpa mendengar suara orang lain di luar sana, dia pasti menjadi gila. Taeyong yakin itu.
Tanpa sebab bulu kuduknya berdiri, Taeyong menarik nafas dalam-dalam. Bulan di atas kepalanya semakin bersinar, namun hal itu makin membuat Taeyong takut. Dengan tergesa dia berlari ke ruang kelas, berusaha memaksakan dirinya untuk tidur.
Namun belum sempat berbalik, dia mendengar suara geraman. Sontak dia berhenti, kakinya tidak bisa melangkah lebih jauh. Di sana, di depan ruang kelas tempatnya tertidur tidak sampai tiga puluh menit sebelumnya, lebih dari empat makhluk yang tingginya hampir menyamai langit-langit sedang membaui para murid yang sedang tertidur.
Pikiran Taeyong kosong, dia ingin teriak membangunkan yang lain namun instingnya berkata untuk diam, mundur perlahan ke tempat mereka tidak bisa melihatmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dystopia
FanfictionBumi sudah kiamat. Yang mati terkubur reruntuhan, yang hidup mencoba bertahan hidup dalam ketidakwarasan.