Bumi sudah kiamat dua hari yang lalu.
Setidaknya, sudah kiamat bagi Taeyong. Terbangun di reruntuhan sekolah dan melihat teman-teman sekelasnya mati tertimbun reruntuhan bukanlah situasi yang bisa membuat orang berpikiran positif.
Guru-gurunya tidak terlihat, Taeyong berharap mereka selamat dan sedang berusaha mencari para murid yang masih selamat.
(Meski dalam otaknya Taeyong tahu, bahwa kemungkinan mereka mati tertimbun lebih besar. Gempa bumi dahsyat hingga membuat semua komunikasi terputus dan gedung runtuh dalam sekejap, dirinya bisa hidup saja sudah membuatnya bertanya-tanya.)
Sudah dua hari pula Taeyong tidak bisa kemana-mana, terjebak di halaman sekolah bersama tiga murid kelas sepuluh dan beberapa murid kelas tujuh dan delapan. Hanya dirinya yang murid kelas sembilan. Mereka tidak bisa berjalan jauh, gempa masih mengincar setiap saat. Baru saat ini dia merasa kalau bisa tertidur tenang barang sepuluh menit tanpa harus takut tertimpa tembok atau atap merupakan anugrah indah.
"Lee Taeyong! Ambilkan air di kantin! Jieun, kau ikut Taeyong dan ambil makanan kaleng!" salah satu murid kelas sepuluh memerintah, dengan sombong dirinya duduk di antara tas-tas yang terbengkalai ditinggal pemiliknya.
"Taeyong-sunbae, ayo." Jieun menarik pelan ujung bajunya, mau tak mau Taeyong membawa ember kosong besar untuk membawa air.
Sejak dirinya sadar hingga saat ini, Taeyong mengerjakan banyak pekerjaan yang menggunakan otot. Karena, meski sulit di percaya, dia adalah satu-satunya yang tidak terluka parah. Hampir semua memiliki luka. Bahkan kakak kelas yang menyuruhnya itu jalan dengan pincang, kakinya terkilir ke arah yang tidak semestinya.
Dengan berat hati Taeyong menunggu tetesan air dari selang memenuhi ember. Pikirannya melayang pada pagi sebelum bencana ini melanda, seharusnya dia ikut Johnny. Meski dia mati, setidaknya mereka akan mati berdua.
Taeyong sudah kenal Johnny sejak dirinya berumur lima. Menurutnya, Johnny itu unik meski terkesan aneh. Johnny tidak mempunyai banyak orang yang bisa dianggapnya teman, Taeyong selalu bertanya kenapa.
Taeyong mengganggap Johnny sebagai teman terdekatnya. Omongan tentang zombie, negeri di atas awan, alien, dan petualangan merupakan perbincangan seru hingga mereka berumur dua belas. Setelah itu, Taeyong tidak tahu apalagi yang harus ia bicarakan dengan Johnny.
Taeyong mulai membahas gadis di kelasnya, tetapi Johnny tetap pada alien dan segala fantasinya. Dengan terpaksa, Taeyong mulai menjauh dari Johnny. Dia merasa bahwa dunia mereka sudah berbeda. Temannya menolak untuk tumbuh dewasa, tapi Taeyong sadar bahwa dirinya harus berubah.
Puncaknya adalah tahun lalu, Johnny datang pagi-pagi buta dan mengajak Taeyong segera berberes, kiamat akan datang. Awalnya dia hanya menganggap ini adalah salah satu racauannya yang biasa, Johnny selalu membahas sesuatu yang ditonton atau dimainkannya di game.
Tapi tidak. Johnny mulai bolos sekolah, nilainya turun drastis. Dia membeli banyak barang seperti tas, bullet proof vest, dan selalu terjaga hingga dini hari. Omongannya semakin tidak masuk akal. Johnny bilang, dia mengetahui tentang kiamat dari Dia. Johnny dan beberapa orang lain akan bertemu melalui mimpi. Mimpinya selalu sama, mereka akan duduk mengelilingi seorang gadis yang Johnny panggil Chi.
Gadis itu, Chi, berkata bahwa setahun dari di mulainya mimpi Johnny, dunia akan kiamat. Gempa bumi dahsyat akan membelah bumi. Getarannya yang hebat akan membangunkan Iblis yang tertidur jauh di bawah. Selanjutnya hujan akan turun tiada henti selama dua puluh hari, lalu malam akan merayap memakan bulan dan matahari.
Taeyong curiga jika Johnny ditipu dan masuk ke salah satu aliran sesat. Atau dia ditipu untuk membeli barang-barang dengan harga tidak masuk akal.
Saat itu Taeyong baru menjadi anggota klub basket, dan dia akan ditarik menjadi anggota tetap. Taeyong tidak bisa membuat dirinya dikeluarkan dari tim hanya karena Johnny terus mengganggunya di sekolah dan di rumah, berkata bahwa kiamat akan datang dan Taeyong bisa ikut bersamanya untuk selamat.
Taeyong membuat keputusan berat. Dia memutuskan hubungan pertemanannya dengan Johnny. Johnny berhenti sekolah dan mereka tidak berbicara satu sama lain sejak itu.
Hingga pagi sebelum gempa terjadi. Johnny datang ke sekolah, dengan jaket dan celana jogging berwarna abu, tetap bersikeras bahwa akhir dunia akan terjadi tepat jam dua belas siang dan meminta Taeyong untuk datang berlindung di tempatnya. Taeyong menolak, satu sekolah melihatnya dengan anak yang sudah setahun berhenti sekolah bisa membuat gosip yang tidak mengenakan.
Johnny menyerah. Taeyong sudah menolaknya belasan kali, mungkin dia sudah mengerti. Dia merogoh kantung jaketnya dan memberi Taeyong sebuah kalung dengan bandul berbentuk anak panah lalu berlari pergi.
Saat melihat punggung temannya itu, Taeyong bertanya apa keputusan menjauhi Johnny benar-benar dari hatinya?
"Sunbae, airnya sudah penuh. Ayo kita kembali." Suara Jieun membuyarkan lamunannya. Dengan berat hati Taeyong bangun dan mengangkat ember yang sudah penuh kembali ke tempat perlindungan mereka.
Dunia sudah kiamat, Johnny mungkin sudah mati. Taeyong akan menyusul tidak lama lagi. Kalung dengan bandul anak panah yang melingkar di lehernya terasa jauh lebih berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dystopia
FanfictionBumi sudah kiamat. Yang mati terkubur reruntuhan, yang hidup mencoba bertahan hidup dalam ketidakwarasan.