Akhir-akhir ini hari-hari Lia terasa membosankan, dan sedikit menyebalkan—thanks to Brian for that. Apalagi karena artikel yang ditulisnya tentang lelaki itu, membuat ia seakan dimusuhi oleh anak-anak Sastra Inggris 2018. Rumor, angkatan di atasnya sangat kompak sepertinya bukan isapan jempol belaka. Tiap kali ia memasuki kelas Miss Rahmi, tatapan tajam tak pernah absen menyambut gadis itu.
"Laper nggak, lo?" Yezy menyenggol bahunya.
Lia mengangguk. "Abis kelas Miss Rahmi kelar, kantin yuk. Pengin bakso."
Lima belas menit kemudian, dua gadis itu sudah duduk manis di kantin, menunggu makanan mereka diantar ke meja. Dua mangkuk bakso dan es teh. Di sebelah meja Lia, ada segerombolan mahasiswi Sastra Inggris tingkat akhir. Ia tahu, karena di sana ada Mbak Tiara, mahasiswi Sastra Inggris 2017 yang satu kos dengannya.
Suasana kantin yang sangat ramai karena jam istirahat, membuat Lia dan Yezy harus menunggu cukup lama. Lia menghela napas sambil terus melihat ke arah dapur kantin. Berbagai topik obrolan terdengar melengkapi keadaan hiruk pikuk kantin fakultas. Karena bosan, ia membuka aplikasi Instagram untuk melihat berita-berita menghibur yang gadis itu lewatkan. Jempolnya yang sibuk menggulir foto-foto di aplikasi tersebut berhenti, ketika telinga Lia menangkap percakapan menarik dari meja sebelah.
"Gila emang itu, si dosen geblek!"
"Gue udah pernah denger gosip-gosip soal dosen mesum sebenernya, tapi nggak tahu dia siapa. Eh, pas sekarang tahu, temen sendiri yang jadi korban."
"Bangsat emang."
"Kabar si Ririn gimana?'
"Kata dia sih, pas chat-an sama gue kemarin, mau berhenti bimbingan. Dia nggak kuat kalau harus ketemu sama dosen mesum itu."
"Kalau gue mah, juga iya. Kalau nggak bisa ganti dosen pembimbing, mending pindah!"
"Jijik sumpah. Kenapa nggak dipecat-pecat, sih?"
Mata Lia membelalak. Sudah lama memang ada kabar angin tentang dosen mesum di fakultasnya. Namun, baru kali ini ia mendengar rumor ini dengan detail jelas, dan betapa mengejutkan gadis itu si dosen mesum ternyata dosen jurusannya, karena ia dengar obrolan tersebut dari kakak kelasnya.
"Lo denger nggak barusan?" Lia berbisik pada Yezy.
Gadis itu mengangguk. "Jadi, gosip itu beneran, ya?"
"Kayaknya sih, iya." Lia menoleh ke arah meja Tiara. "Menurut lo, siapa si dosen cabul itu?"
Yezy menghembuskan napas. "Dosen Sastra Inggris di mata gue, tampangnya baik-baik semua. Eh, nggak tahunya ada yang cabul. Bingung gue."
"Tadi kan mereka nyebut nama Ririn, lo kenal nggak siapa dia?"
"Tanya ke Mbak Ti-"
Obrolan mereka terhenti saat sang ibu kantin datang mengantar dua mangkuk bakso yang masih mengepul dan dua es teh manis. Lia tersenyum kepadanya, setelah mengucapkan terima kasih. Gadis itu lalu menyeruput es tehnya untuk melegakan tenggorokan.
"Gue juga kepikiran buat tanya Mbak Tiara. Mending tanya di kampus atau di kos aja?" tutur Lia dengan tangannya sibuk mengaduk bakso yang sudah dicampuri sambal.
"Kos aja deh, nanti malem."
Lia mengangguk-angguk menyetujui saran Yezy. Siang ini, ia jadi tidak bisa menikmati makanan kesukaannya. Otak gadis itu terlalu keras berpikir, kira-kira siapa si dosen cabul itu dan bagaimana caranya untuk menguak kasus mengerikan ini.
***
Sejak pukul enam sore, setelah menunaikan salat maghrib, Lia menetap di ruang tamu, menunggu kedatangan Mbak Tiara. Sudut matanya terus melirik pintu, berharap handle pintu bergerak, dan terbuka, lalu menunjukkan sosok yang dinantinya. Lia mengetuk-ngetukkan jarinya di permukaan meja. Laptop di hadapan gadis itu yang menampilkan materi presentasi besok belum ia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Trouble (END)
General Fiction[KAMPUS SERIES |3] Menceritakan kisah Brian si anak band cengengesan yang juga berstatus Ketua BEM dan Julia-jurnalis majalah kampus super kritis, yang sama-sama berjuang demi keadilan dan membela hak-hak mahasiswa, dengan caranya masing-masing. Ak...